tag:blogger.com,1999:blog-18177862013556897412024-03-05T11:44:16.015-08:00Dunia Sastrariskahttp://www.blogger.com/profile/07060621046321279808noreply@blogger.comBlogger179125tag:blogger.com,1999:blog-1817786201355689741.post-18166905985368416842018-07-02T21:21:00.000-07:002019-04-07T03:02:55.349-07:00Romansa Cinta Panglima Besar Jenderal Soedirman<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgZRhFsdQVYN0ARidx_VAK9z5BmxtIylXpuwYmf3-1gUH2M82DJgOkxKG8RvSAAjxojX_ZR4aEtSKcM48Sy6Eno_N1utsNiGaZl7er3KoWIj4zvCCsYAQUlNeCrFR17Of4U9XQlQYt4EM/s1600/Soedirman.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="736" data-original-width="960" height="306" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgZRhFsdQVYN0ARidx_VAK9z5BmxtIylXpuwYmf3-1gUH2M82DJgOkxKG8RvSAAjxojX_ZR4aEtSKcM48Sy6Eno_N1utsNiGaZl7er3KoWIj4zvCCsYAQUlNeCrFR17Of4U9XQlQYt4EM/s400/Soedirman.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gambar: Jenderal Soedirman beserta istri dan anaknya, diambil dari buku <br />Sumber: Soedirman: Seorang Panglima, Seorang Martir halaman 83</td></tr></tbody></table><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jenderal Soedirman adalah seorang panutan di dalam medan laga, juga bisa menjadi panutan di dalam keluarga. Ia sangat menyayangi keluarganya. Soedirman menikah dengan Alfiah. Berikut ini romansa cinta Jenderal Soedirman dan istrinya, Alfiah, sebagaimana tercatat dalam buku <i>Soedirman: Seorang Panglima, Seorang Martir.</i><br /><b>Kisah Sang Ketua dan Bendaharanya</b><br />Di dalam organisasi Muhammadiyah di Cilacap yang bernama Perkumpulan Wiworotomo, Soedirman didaulat menjadi ketua. Sebagai ketua, ia memilih Alfiah sebagai bendahara.<br /><br />Ayah Alfiah adalah orang kaya sekaligus pengurus Muhammadiyah. Oleh karena itu, meski banyak pemuda yang menaksir Alfiah, tak ada yang berani mendekatinya karena segan kepada sang ayah.<br /><br />Soedirman, sebagai pengurus Hizbul Wathan dan Pemuda Muhammadiyah, beberapa kali melakukan koordinasi internal dengan ayah Alfiah. Dari situlah, Soedirman bisa lebih dekat kepada keluarga Alfiah.<br /><br /><b>Kisah Cinta Terhambat Harta</b><br />Seorang paman Alfiah yang bernama Haji Mukmin tidak setuju dengan rencana pernikahan Soedirman dan Alfiah. Haji Mukmin adalah seorang saudagar pemilik hotel. Ia mengharapkan Alfiah menikah dengan orang kaya. Pada saat itu, Soedirman hanyalah anak seorang ajudan wedana yang bergaji kecil. <br /><br />Akhirnya, nenek Alfiah yang menyiapkan semua ongkos pernikahannya secara diam-diam. Hal itu dilakukan agar Soedirman tidak disepelekan oleh keluarga besar pihak Alfiah.<br /><br />Setelah menjadi Panglima Besar, Haji Mukmin mulai menghormati dan menghargai Soedirman. Bahkan, Haji Mukmin ikut berdiri di pinggir jalan saat arak-arak Jenderal Soedirman lewat. Soedirman yang melihat Haji Mukmin di pinggir jalan, segera menghentikan mobil lalu mengajak pamannya itu naik mobil bersamanya.<br /><br />Kosmetik dan Pakaian untuk Istri<br />Soedirman adalah orang yang memperhatikan penampilan. Selain, penampilannya sendiri yang selalu terlihat rapi, Soedirman juga memperhatikan penampilan istrinya. Bahkan, keperluan kosmetik dan pakaian istrinya dibelikan langsung oleh Soedirman. <br /><br /><b>"Kan, aku sudah punya kamu"</b><br />Selain selalu berusaha berpenampilan rapi dan tampak berwibawa, Soedirman juga jago berpidato. Suatu kali, Soedirman berpidato di hadapan putri-putri Keraton Solo. Para putri itu tampak kagum pada penampilan dan pidato Soedirman. Hal itu membuat cemburu Alfiah.<br /><br />"Kamu senang, ya?" seloroh Alfiah. "Kalau begitu mau lagi?"<br />Soedirman langsung menjawab, "Ya tidak, kan aku sudah punya kamu."<br /><br /></span><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>riskahttp://www.blogger.com/profile/07060621046321279808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1817786201355689741.post-85702412332128782018-07-02T21:10:00.000-07:002019-04-07T03:02:55.604-07:00Mimpi Masuk Surga Bersama Buku<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2LIjtw5XcC25t1g2dDdiAwSB-uyy3pZH8uWTe_RL8xbLFZznnO92LTE8BODUsnjqEGdhzDzVAzuvfFweATSEhuVkkr0Qmh_zGG4UmzMx0VuAu8wGhkDHTNmzIYbd-9OlxbMDdIsNddRA/s1600/Buku.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><img border="0" data-original-height="373" data-original-width="673" height="221" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2LIjtw5XcC25t1g2dDdiAwSB-uyy3pZH8uWTe_RL8xbLFZznnO92LTE8BODUsnjqEGdhzDzVAzuvfFweATSEhuVkkr0Qmh_zGG4UmzMx0VuAu8wGhkDHTNmzIYbd-9OlxbMDdIsNddRA/s400/Buku.png" width="400" /></span></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Sumber gambar: <i>waspadameda[dot]com</i></span></td></tr></tbody></table><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di dunia ini, ada orang-orang yang aneh, yang sungguh berbeda dari kebanyakan orang. Salah satunya ialah para pecinta buku. Para pecinta buku sungguh orang yang aneh. PIkiran dan perbuatannya kadang tidak selaras dengan pandangan umum. Berikut ini contoh beberapa keanehan para pencinta buku sebagimana dicatat oleh Ali bin Muhammad Al-Imran dalam bukunya <i>Gila Baca ala Ulama</i>.</span><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><br /></b></span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Buku Lebih Berat daripada Tiga Madu</b><br />Zubair bin Abu Bakr memiliki seorang paman yang sangat mencintai buku. Pamannya memiliki satu orang istri dan ia baik terhadap keluarganya. Namun, buku-bukunya telah membuat sang istri merasa cemburu hingga berkata, "Sungguh buku-buku itu lebih berat bagiku daripada 3 wanita yang dia jadikan madu bagiku."<br /><br /><b>Angan-angan Seorang Pecinta Buku</b><br />Syaikh Waliyuddin Abu Zurah bin Hafizh Zainuddin Al-Iraqi pernah menceritakan pengalamannya bahwa suatu hari beliau membonceng seseorang yang menyewakan kudanya dari Thaifah Ar-Riyafah, dia berkata, "Andai saja aku mempunyai empat istri di empat rumah, dan di setiap rumah mereka terdapat buku yang sama yang aku butuhkan."<br /><br /><b>Lebih Mencintai Buku daripada Emas</b><br />Thahir bin Abish Shaqr adalah orang yang senang mengembara ke berbagai negeri dan berguru kepada banyak ulama. Dia memiliki dan membaca banyak buku. Dia pernah berkata, "Buku-bukuku ini lebih aku cintai daripada sebongkah emas."<br /><br /><b>Tidur Bersama Buku</b><br />Hasan Al-Lu'luai setiap tidur siang ataupun tidur malam, serta saat istirahat sambil bersandar selalu ditemani buku. <br /><br /><b>Menjual Rumah Demi Buku</b><br />Abul Alla' Al-Hamadzani sangat mencintai buku hungga ia korbankan rumahnya. Suatu hari di Baghdad diadakan bazar buku. Abul Alla' menghadirinya dan membeli buku-buku seharga 60 dinar. Saat itu ia tidak memiliki uang sebanyak itu. Oleh penjual buku, ia diberi tempo 1 minggu untuk pembayaran bukunya. Ia pun pulang dan menjual rumahnya. Satu minggu kemudian ia kembali ke bazar buku itu dan melunasi harganya sebesar 60 dinar.<br /><br /><b>Mimpi Masuk Surga Bersama Buku</b><br />Abul Alla' Al-Hamadzani pernah bermimpi berada di sebuah kota yang semua dindingnya adalah buku, dan di sekitarnya terdapat banyak buku yang tak terhitung. Dia pun asyik membaca. Kemudian dia ditanya, "Buku-buku apa ini?" Dia menjawab, "Aku telah memohon kepada Allah untuk menyibukkanku (di surga dengan buku) sebagaimana dahulu di dunia. Dan Allah pun mengabulkam permohonanku."</span><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div></div>riskahttp://www.blogger.com/profile/07060621046321279808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1817786201355689741.post-34211241152391021162018-07-02T20:51:00.000-07:002019-04-07T03:02:55.792-07:00Bung Hatta dan Buku<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQRa4txBP1eyqptNR3dl9ugmI5LMnFiruMTyw9PbHoUZHvK2m2-mtOZSQm8T6isPnRgSHx6sCRN3_o3nBgY2qntdb73xZTUBY0GWCwv8iX10I9gt2GwzaxBCdRwK913RZDj9WcLbl9h0w/s1600/Hatta.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="817" data-original-width="653" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQRa4txBP1eyqptNR3dl9ugmI5LMnFiruMTyw9PbHoUZHvK2m2-mtOZSQm8T6isPnRgSHx6sCRN3_o3nBgY2qntdb73xZTUBY0GWCwv8iX10I9gt2GwzaxBCdRwK913RZDj9WcLbl9h0w/s400/Hatta.jpg" width="318" /></a></div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br />Muhammad Hatta adalah tokoh bangsa yang terkenal sangat mencintai buku. Rumahnya penuh buku, bahkan pada masa pembuangannya di Banda, Hatta membawa bukunya yang belasan peti besar. Hatta memiliki koleksi buku setidaknya 30.000 buku.<br /><br />MENABUNG DEMI BUKU<br />Sejak kecil, Hatta suka menabung. Uang sakunya sebesar 25 sen disimpan untuk kemudian dibelikan buku. Setelah berkeluarga pun, Hatta tak pernah memiliki deposito karena semua tabungannya dibelanjakan untuk buku.<br /><br />MERAWAT BUKU<br />Suatu kali Hatta meminjamkan buku kepada keponakannya. Setelah beberapa waktu, Hatta mengecek sampai sejauh mana buku itu dibaca sang keponakan. Setelah melihat buku itu, Hatta menjadi marah karena beberapa halamannya dilipat oleh sang keponakan. Keponakannya itu disuruh mengganti buku yang beberapa halamannya telah dilipat itu.<br /><br />Sang keponakan pun berkeliling Jakarta untuk mencarinya, namun usahanya sia-sia karena buku itu dibeli Hatta saat di Eropa. Saat pulang dengan tangan kosong, Hatta tersenyum kepada sang keponakan. Itulah pelajaran dari Hatta untuk mencintai dan merawat buku.<br /><br />MENOLAK AJAKAN DANSA DEMI MEMBACA BUKU<br />Saat menjadi mahasiswa di Amsterdam, kamar Hatta adalah ruangan yang penuh buku. Konon ia pernah dengan sengaja membercaki (mengotori) tangannya dengan tinta agar punya alasan untuk menolak ajakan dansa. Saat itu merupakan jam membacanya sehingga Hatta memilih membaca buku daripada berdansa.<br /><br />BUKU SEBAGAI MAHAR<br />Hadiah pengantin Hatta kepada Rahmi Rachim adalah sebuah buku. Pada hari bahagia itu, di vila Megamendung, kepada calon istrinya --yang masih berusia 19 tahun itu-- Hatta menghadiahkan bukunya yang baru selesai dikerjakan: Alam Pikiran Yunani.<br /><br />BUKU ADALAH KEKASIH UTAMANYA<br />Saking cintanya Hatta terhadap buku, muncullah anekdot: istri utama Hatta sesungguhnya adalah buku, istri kedua Hatta adalah buku, dan istrinya yang ketiga adalah Rahmi Hatta.</span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span>riskahttp://www.blogger.com/profile/07060621046321279808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1817786201355689741.post-87762731963976926362018-05-06T03:09:00.000-07:002019-04-07T03:02:56.011-07:00Review Film Avengers: Infinity War (2018)<br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-n9vtNOUjK0zG0X2RjzMR5BK6P6eTsCjupznSwPRC_Oa-VDy_IDQF7RH41H8KSfkQpN2XdfD059HBP6D9b6z0P1hf0ZzFwOh1K3ImO0N4BeOfES-70BXiTbq5-A4G2vOCFKm4Vn38xiI/s1600/avengers-infinity-war-et00073462-02-04-2018-09-21-43.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="536" data-original-width="1280" height="167" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-n9vtNOUjK0zG0X2RjzMR5BK6P6eTsCjupznSwPRC_Oa-VDy_IDQF7RH41H8KSfkQpN2XdfD059HBP6D9b6z0P1hf0ZzFwOh1K3ImO0N4BeOfES-70BXiTbq5-A4G2vOCFKm4Vn38xiI/s400/avengers-infinity-war-et00073462-02-04-2018-09-21-43.jpg" width="400" /></a></div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />Salah satu film yang ditunggu-tunggu tahun ini telah dirilis. Avengers: Infinity War adalah seri ketiga dari film The Avengers. Infinity War menjadi reuni besar-besaran para superhero. Iron Man, Captain America, Thor, Spiderman, Black Panther, Black Widow, Hulk, Winter Soldier, Vision, Scarlet Witch, Falcon, War Machine, Doctor Strange, serta Star-Lord and the genk. Ada yang kelewatan? Iya, Ant-man dan Hawk-eye absen dalam perang besar ini. Ah iya, Loki. Tentu saja ia ada. Ia kan tokoh abu-abu yang sering membayangi Thor.<br /><br />Kali ini The Avengers menghadapi tokoh yang superkuat: Thanos. Seberapa besar kekuatannya? Thor atau Ironman tak ada apa-apanya jika melawannya sendirian.<br /><br />Thanos juga memiliki pasukan yang dipimpin oleh anak-anaknya: Anak-anak Thanos. Ingat dalam film Guardian of The Galaxy vol 2 tentang Gamora yang juga menjadi Anak Thanos, tapi dia membelot dan akhirnya bergabung dengan Star-Lord. Anak-anak Thanos juga kuat.<br /><br />Thanos adalah penjahat super yang melankolis. Alam semeseta sedang sekarat karena over population. Sumber daya alam terbatas, tapi makhluk hidup semakin berkembang dan banyak penghuni planet yang menderita kelaparan. Thanos ingin menyelamatkan alam semesta dengan cara mengurangi populasi makhluk hidup. Tidak tanggung-tanggung, Thanos ingin melenyapkan separo penghuni alam semesta ini. Dan untuk mewujudkan "niat baiknya" itu, Thanos membutuhkan 6 infinity stones, batuan abadi yang memiliki kekuatan superhebat.<br /><br />Itulah sumber konflik Infinity War ini. Ada yang mau menghanurkan alam semesta dan Avengers tentu saja berusaha untuk menghentikannya.<br /><br />Karena besarnya ancaman dari Thanos, para superhero kita ini tidak terlalu berlarut dalam perselisihan sebagaimana tampak dalam The Avengers dan Captain America: Civil War. Mereka mudah saja bersatu padu. Meskipun, tentu saja ada satu dua tiga empat superhero yang sedikit menunjukkan egonya. Memang itulah masalah para superhero itu. <br /><br />Dalam film ini, Ironman ketemu "kembarannya", Doctor Strange. Kedunya adalah superhero paling egois, narsistik, dan sombong. Dan kebetulan keduanya diperankan oleh dua aktor yang sebelumnya pernah memerankan tokoh yang sama. Tebak siapa tokoh itu? -----> Sherlok Holmes. <br /><br />Robert Downey Jr (Iron Man) pernah memerankan Sherlock Holmes versi layar lebar, sedangkan Benedict Cumberbatch (Doctor Strange) memerankan detektif eksentrik itu versi serial. Tentu menarik menampilkan keduanya dalam satu panggung dan beradu narsistik.</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL8nIhwt7FWyBAMIo_YMA5R6tUnjVHAQbfP8uM8lF7-ubLxGI8T9h5t6Wwo-64n3eiG_2ogA1_nEMy4Ya8S6SEuOFi4JPK75zCpg1wUmqCvkuibS2uX6LMd1tQm4GZvXHUV-NyR5rBws0/s1600/strange.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="533" data-original-width="800" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL8nIhwt7FWyBAMIo_YMA5R6tUnjVHAQbfP8uM8lF7-ubLxGI8T9h5t6Wwo-64n3eiG_2ogA1_nEMy4Ya8S6SEuOFi4JPK75zCpg1wUmqCvkuibS2uX6LMd1tQm4GZvXHUV-NyR5rBws0/s400/strange.jpg" width="400" /></a></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Karena sumpeknya tempat saking banyaknya superhero, konsekuensinya para superhero itu tidak mendapatkan porsi tampil yang cukup. Mereka --dengan keunikan kekuatan masing-masing--bersama-sama melawan Thanos dan anak-anaknya.<br /><br />Anak-anak Thanos adalah penjahat super juga. Mereka beberapa kali berhasil menjatuhkan sebagian superhero. Sayangnya, karakter mereka hanya sebatas itu: tukang pukul Thanos. Tidak ada kedalaman karakternya.<br /><br />Thanos sendiri adalah lawan yang terlalu kuat. Ia dikeroyok para superhero, meskipun beberapa kali kena pukul,Thanos tetaplah unggul. Hei, dia punya beberapa infinity stones yang memberinya kekuatan luar biasa.<br /><br />Karakter Thanos dieksploitasi cukup baik. Thanos bukan jenis penjahat yang main pukul. Ia punya motif --melankolis tadi. Ia punya sejarah, punya hubungan dengan anak-anaknya, khususnya Gamora. Thanos adalah tokoh antagonis yang kita tak bias terlalu membencinya. Thanos adalah bintang layar dalam Infinity Stones.<br /><br />Sebagai sebuah perang besar-besaran, film ini menyajikan pertarungan epik dengan kekuatan super. Mobil-mobil melayang dibuat mainan, gedung-gedung rubuh, pesawat luar angkasa hancur, dan tubuh-tubuh berkekuaran super yang jatuh bangun. Selama durasi film, sajian pertarungan semacam ini cukup intens, membuat penonton enggan berpaling dari layar.<br /><br />Dalam pertarungan tingkat akbar ini, tentu tak masuk akal jika tidak ada yang mati. Beberapa superhero jatuh, mati setelah berjuang bersama kawan-kawannya. <br /><br />Akhir film Avengers: Infinity War membuka peluang adanya film lanjutan. Mungkin Infinity War part 2. Dan jika kamu menonton film ini, silakan sabar menunggu credit title hingga akhir. Sebelum layar sepenuhnya gelap, ada post-credit scene yang mengisyaratkan superhero mana lagi yang akan muncul. Perhatikan simbolnya! Itu kuncinya.<br /><br />Film Avengers: Infinity War memang menghibur dengan efek special CGI dan bumbu guyonan renyahnya. Menonton para superhero dalam satu layar menimbulkan semacam perasaan euphoria. Namun, detail karakter yang kurang dan ending yang –menurut saya—absurd dan enggak banget, menjadi kekurangan film hebat ini.<br /><br />Siapa karakter favorit saya dalam film-film MCU? <br />Doctor Strange dan Loki<br /><br />*<br />AVENGERS: INFINITY WAR (2018)<br />Skor: 8.0</span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiEqV8rMYnM7FYaHHIH-fvyfsRATA2sG_fqU6FRBqkQbrGW5DJMTDOsXvR8izfSpywR-dwj5CzX0wp0WnXUMzPhJT9msMxVtC74AhyxYO3-hMy7PFqlwz0bMSPsdsrvsRaCvuL2gKcM24/s1600/Thor-3-Ragnarok-Tom-Hiddleston-Loki-Last-Marvel.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="316" data-original-width="600" height="210" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiEqV8rMYnM7FYaHHIH-fvyfsRATA2sG_fqU6FRBqkQbrGW5DJMTDOsXvR8izfSpywR-dwj5CzX0wp0WnXUMzPhJT9msMxVtC74AhyxYO3-hMy7PFqlwz0bMSPsdsrvsRaCvuL2gKcM24/s400/Thor-3-Ragnarok-Tom-Hiddleston-Loki-Last-Marvel.jpg" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div><br /></div>riskahttp://www.blogger.com/profile/07060621046321279808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1817786201355689741.post-10047371309652733742018-02-18T17:27:00.000-08:002019-04-07T03:02:56.199-07:00Konser Nyanyian Puisi "Cerita Buat Lila"<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmzEfaZKqwlBme1aoU1vsIE90AO2llPpNnQnwEhRRPA-cwqyaHfJrpmEwdEjRCeC-ryJNZBHJWggXUC9s2e9B-TPiEFNFlmvhkKRYDufd0lDY-SEzWs2ndEBRVpJ72UC-XL3d4rUqyHHU/s1600/1.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmzEfaZKqwlBme1aoU1vsIE90AO2llPpNnQnwEhRRPA-cwqyaHfJrpmEwdEjRCeC-ryJNZBHJWggXUC9s2e9B-TPiEFNFlmvhkKRYDufd0lDY-SEzWs2ndEBRVpJ72UC-XL3d4rUqyHHU/s400/1.jpg" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">oleh Jodhi Yudono<br />feat Noorca Massardi, Rayni N Massardi, Joshua Igho, Wage Tegoeh Wijono, Agung Tri Nugroho, Heri Prasetyo, Rumah Balada Indonesia (RBI) Solo<br />***<br /><br />Rabu malam (14/02/2018) Solo diguyur gerimis kecil. Udaranya cukup dingin. Dengan segelas cokelat panas, suasana bakal jadi romantis. Tapi, ada hajatan di Balai Sudjatmoko malam itu yang tak kalah romantisnya.<br /><br />Konser Nyanyian Puisi dihelat di ruangan balai yang tak cukup luas. Dengan tema "Cerita Buat Lila", acara tersebut menarik sekitar 50-an para penikmat seni. Saya salah satu di antara mereka, duduk lesehan berdekatan satu sama lain.<br /><br />Lila. Saya penasaran siapa pemilik nama itu. Biasanya sebuah nama yang dipakai dalam acara seni budaya memiliki makna dan rujukan tertentu.<br /><br />"Cerita Buat Lila". Lila ternyata adalah nama istri sang penampil utama, Jodhi Yudono. Sayangnya, sang istri telah meninggal setahun yang lalu, tepat pada bulan Februari. Konser ini boleh dibilang didedikasikan untuk mendiang istrinya.<br /><br />"Judulnya Cerita Buat Lila," kata Jodhi Yudono dalam pengantarnya. "Besok 16 Februari itu tepat satu tahun kepergian istri saya, Lila. Violi Lila. Jadi, semua lagu-lagu ini saya persembahkan buat dia.<br /><br />"Cerita Buat Lila itu sendiri adalah satu puisi yang kemudian saya bikin lagu yang dulu kalau menjelang tidur biasa saya nyanyikan buat dia, sampai kami tertidur sendiri. Mudah-mudahan dia juga tertidur dengan tenang.<br /><br />"Genap satu tahun, rupanya dia nggak pergi-pergi juga dari pikiran dan hati saya."<br />#hikshiks<br /><br />Mengetahui fakta tersebut, perasaan haru menelusup di hati saya. Betapa bahagianya jika kita meninggal nanti, seseorang yang mencintai kita terus mengenang, mengekalkan kita dalam kehidupannya.<br /><br />Berikut ini kutipan bait puisi/lagu Cerita Buat Lila.</span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;"><i>Kukejar bayangmu, duhai kekasih</i></span><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;"><i>Kuikuti jejakmu, duhai cinta</i></span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;"><i>Di antara pasir dan desir angin</i></span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;"><i>Pada terang siang dan gelap malam</i></span><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjd73C43zFa0gzQfPfb46hxhMgeCe4L6fKyYQ9qXT21n_L3wV49DyAIQroZSKEV7Ygs_zcQV8fK0Erla4Knr-O_hJYLPl8IBgf4oF-3LhbQ3mujVYeUqHw_K5bVpfpYUpasqxWdRy6pfv0/s1600/4.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjd73C43zFa0gzQfPfb46hxhMgeCe4L6fKyYQ9qXT21n_L3wV49DyAIQroZSKEV7Ygs_zcQV8fK0Erla4Knr-O_hJYLPl8IBgf4oF-3LhbQ3mujVYeUqHw_K5bVpfpYUpasqxWdRy6pfv0/s400/4.jpg" /></a></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br />Dalam acara ini ada pembacaan puisi dan musikalisasi puisi. Saya menikmati pembacaan puisi yang dilakukan oleh para penyairnya. Dan saya lebih menikmati musikalisasi puisi oleh Jodhi Yudono dan seniman lainnya.<br /><br />Irama musiknya tak melulu melankolis. Ada irama yang agak menghentak juga. Membuat penonton ikut mengangguk-anggukkan kepala atau mengetuk-ngetukkan tangan.<br /><br />Jodhi Yudono menyanyikan beberapa puisi. Ada satu yang sangat berkesan bagi saya. Saya hanyut dalam lirik puisinya, nada lagunya, dentingan piano, serta petikan gitar dan gesekan biola. Saya tak tahu judulnya. <br /><br />Berikut ini larik puisi yang saya maksud.</span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;"><i>Kekasih itu hanya memberi tanpa meminta <br />Seperti hujan yang mengairi sungai</i></span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;"><i>Seperti sungai genangi laut</i></span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;"><i>Seperti laut tumbuhkan awan</i></span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;"><i>Seperti awan yang menjatuhkan hujan<br /><br />Kekasih adalah matahari, sinari jiwaku</i></span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;"><i>Kekasih adalah serupa embun pagi</i></span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;"><i>Kekasih adalah rumpun bambu lahirkan simfoni alam</i></span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;"><i>Nyanyian puisi yang tak pernah henti<br /><br />Kauberi daku semangat hidup</i></span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;"><i>Kau bagai arus sungai yang takkan pernah kering</i></span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;"><i>Sempurna hidupku...</i></span></div><div><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Berikut ini link youtube rekaman videonya via youtube</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; text-align: start;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="YOUTUBE-iframe-video" data-thumbnail-src="https://i.ytimg.com/vi/MW_nkilL5_I/0.jpg" frameborder="0" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/MW_nkilL5_I?feature=player_embedded" width="320"></iframe></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /><br />***<br />Sukoharjo, 17 Februari 2018</span><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"></span><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"></span><div style="text-align: center;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZ8XcerskhQgEZXBwFVRfvmGYX8JriPHD0vJBKKKd6HMesWLBHsEtNhxw3nG2PU6p5YhG3itNCwjkJ38zD8isc6B-Mh5ESkUUDjKa8JdeIm8nW01SGVj02o2MKrBdI8qZdY71nEDc6agk/s1600/2.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZ8XcerskhQgEZXBwFVRfvmGYX8JriPHD0vJBKKKd6HMesWLBHsEtNhxw3nG2PU6p5YhG3itNCwjkJ38zD8isc6B-Mh5ESkUUDjKa8JdeIm8nW01SGVj02o2MKrBdI8qZdY71nEDc6agk/s400/2.jpg" /></a></span></div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgzOsbW6fZC3u2aG_1RJDxCEwIoitrY9YunpHWlJPevr47m7nAGa9AhyphenhyphenPZZI3F-3qTIrNlFcRUINLbOt1caHv-65j0Y2FvxK2fgdSVYLHYJP5wjSI703RgmlHmWwH8GZgYRKymZBljA-s/s1600/3.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgzOsbW6fZC3u2aG_1RJDxCEwIoitrY9YunpHWlJPevr47m7nAGa9AhyphenhyphenPZZI3F-3qTIrNlFcRUINLbOt1caHv-65j0Y2FvxK2fgdSVYLHYJP5wjSI703RgmlHmWwH8GZgYRKymZBljA-s/s400/3.jpg" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoU4KccDnT_rGziXwUF-9kWH1Z99BQ7oEONC_RkQSYsPZRCfJN0hC0XUqpkMsIX4qky_JA6p7P9ne4xgmtRGs_pMKlAHXbkD7hlbOz5w0bxa9cS1eEKD4iv0EVkf2GCaxi-j0Y7AOIJb4/s1600/5.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoU4KccDnT_rGziXwUF-9kWH1Z99BQ7oEONC_RkQSYsPZRCfJN0hC0XUqpkMsIX4qky_JA6p7P9ne4xgmtRGs_pMKlAHXbkD7hlbOz5w0bxa9cS1eEKD4iv0EVkf2GCaxi-j0Y7AOIJb4/s400/5.jpg" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4qbcuiIQSVvrhENgIeTWU-dgGUgjx1hmBDLkjYeE400LdedA6CiG-_WD4gpOsulktqFubHFONcRzV-3P1GelKtyGnmf5cErYzc04ffBT4A6pJkFXHSTEDOwgHF32Qw2fNFk4diM2EQ-A/s1600/7.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4qbcuiIQSVvrhENgIeTWU-dgGUgjx1hmBDLkjYeE400LdedA6CiG-_WD4gpOsulktqFubHFONcRzV-3P1GelKtyGnmf5cErYzc04ffBT4A6pJkFXHSTEDOwgHF32Qw2fNFk4diM2EQ-A/s400/7.jpg" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div></span></div></div></div>riskahttp://www.blogger.com/profile/07060621046321279808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1817786201355689741.post-62772954556643467822018-02-14T21:39:00.000-08:002019-04-07T03:02:56.387-07:00Kutipan Novel The Storied Life of A.J. Fikry Karya Gabrielle Zevin<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFg7RHynivCiPUdFy3gHY4O-DvMix50hN8bCc7Aje7P8BmUsI8LF_pqeeltCYZYBM781e6aNFUhYGsdg2Rm9W2upAKyQBplq5A9EOVSczj2t3HHC3D5hUBncq1jD1jYlKSbO2PEdLxfS8/s1600/26904608_1362316447207903_7688495086705236475_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="659" data-original-width="540" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFg7RHynivCiPUdFy3gHY4O-DvMix50hN8bCc7Aje7P8BmUsI8LF_pqeeltCYZYBM781e6aNFUhYGsdg2Rm9W2upAKyQBplq5A9EOVSczj2t3HHC3D5hUBncq1jD1jYlKSbO2PEdLxfS8/s400/26904608_1362316447207903_7688495086705236475_n.jpg" width="327" /></a></div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br style="background-color: white; color: #1d2129;" /><br style="background-color: white; color: #1d2129;" /><span style="background-color: white; color: #1d2129;">"Ini Maya. Umurnya 25 bulan. Ia sangat cerdas, sangat pandai bicara untuk seusianya, dan anak yang sangat manis dan baik. Aku ingin ia tumbuh sebagai anak yang gemar membaca. Aku ingin ia dibesarkan di tempat dengan buku-buku dan di antara orang yang peduli dengan hal-hal semacam itu."</span><br style="background-color: white; color: #1d2129;" /><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline;"><br />"Aku mencemaskanmu. Kalau kau mencintai semua orang, akhirnya kau akan sering terluka."<br /><br />"Sebagai suatu bentuk karya, buku bergambar sama elegannya dengan cerita pendek."<br /><br />"Jadi begini, awalnya aku cenderung tidak menyukai buku, tapi lambat laun aku jadi menyukainya, ya. Karena, kau tahu, ceritanya tentang detektif. Tapi alurnya cenderung lambat dan kebanyakan masalah tidak terpecahkan. Tapi kemudian aku berpikir, memang seperti itulah kehidupan."<br /><br />"Cara pertama Maya mendekati buku adalah mencium aromanya. Ia melepaskan jaket buku, kemudian mendekatkannya ke wajah dan manangkupkan sampulnya di kedua telinganya. Biasanya buku beraroma seperti sabun Daddy, rumput, lautan, meja dapur, dan keju."</span></span><br /><blockquote class="tr_bq"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline;"><span style="font-size: large;">"Kau tahu segalanya yang perlu kau ketahui tentang seseorang dari jawaban atas pertanyaan ini: Apa buku favoritmu?"</span></span></span></blockquote><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline;">"Terkadang buku-buku tidak menemukan kita hingga saat yang tepat."<br /><br />"Dia kurang suka membaca. Tapi itulah yang menarik, bukan? Maksudku, rasanya menarik bersama dengan seseorang yang, eh, ketertarikannya sangat berbeda dari ketertarikanku."<br /><br />"Saat membaca buku, aku ingin kau membacanya di saat bersamaan."</span></span><blockquote class="tr_bq"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;"><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline;">"Aku ingin kau jadi milikku. Aku bisa menjanjikanmu buku, percakapan, dan hatiku seutuhnya."</span></span></blockquote><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline;">"Masalahnya dengan pernikahan adalah acara itu bisa membuat seseorang merasa sangat kesepian."<br /><br />"Sebagai penjual buku, kuyakinkan kau bahwa memenangi penghargaan mungkin punya andil cukup penting bagi penjualan, namun jarang berarti dari segi kualitas."</span></span><blockquote class="tr_bq"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;"><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline;">"Sebuah tempat kurang sempurna tanpa toko buku."</span></span></blockquote><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline;">"Maya, novel memang memiliki pesona tersendiri, namum ciptaan paling elegan dalam jagat prosa adalah cerpen. Kuasai cerpen dan kau akan menguasai dunia."</span></span><blockquote class="tr_bq"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;"><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline;">"Kita membaca untuk mengetahui kita tidak sendirian. Kita membaca karena kita sendirian. Kita membaca dan kita tidak sendirian. Kita tidak sendirian."</span></span></blockquote><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline;">"Maya, kita adalah yang kita cintai. Kita menjadi diri kita karena kita mencintai."<br /><br />"Di dunia ini tidak adayang seperti orang-orang perbukuan. Perbukuan adalah urusan pria dan wanita terpelajar."<br /><br />"Aku senang mengobrol tentang buku dengan orang-orang yang suka mengobrol tentang buku. Aku menyukai kertas. Aku menyukai rasanya, dan aku suka rasa buku terselip di saku belakangku. Aku juga suka aroma buku baru."</span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline;"><br /></span></span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline;"><br /></span></span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline;"><br /></span></span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline;"><br /></span></span>riskahttp://www.blogger.com/profile/07060621046321279808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1817786201355689741.post-43996775307868673042018-02-13T20:27:00.000-08:002019-04-07T03:02:56.573-07:00Wisata Eling Bening yang Eksotis dan Romantis<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKGQqNJBjYv_RcQFP366LFlnQRX28YIGkVDds8ZD71ZZzo_ITT2JOemyEZ9uFCPJTZoyg8lfXRmPcx28Nl-zM7ahvnIB0YnjOXNe63IrcGYIyolGqBoy7hWrhrwldP8WfdbBufh4A-80g/s1600/27973343_1377506155688932_5644850571428069059_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="405" data-original-width="720" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKGQqNJBjYv_RcQFP366LFlnQRX28YIGkVDds8ZD71ZZzo_ITT2JOemyEZ9uFCPJTZoyg8lfXRmPcx28Nl-zM7ahvnIB0YnjOXNe63IrcGYIyolGqBoy7hWrhrwldP8WfdbBufh4A-80g/s400/27973343_1377506155688932_5644850571428069059_n.jpg" width="400" /></a></div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">Eling Bening namanya ya... bukan eling mantan. Apalagi eling utang-yang-belum-terbayar.</div><div class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;"><div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px;">Lokasinya di Bawen, Semarang, dekat dengan jalan raya sehingga mudah ditemukan, nggak kayak jodoh yang sulit ditemukan. <a class="_58cn" data-ft="{"tn":"*N","type":104}" href="https://www.facebook.com/hashtag/uhuks?source=feed_text&story_id=1377506495688898" style="color: #365899; font-family: inherit; text-decoration-line: none;"><span class="_5afx" style="direction: ltr; font-family: inherit; unicode-bidi: isolate;"><span aria-label="tagar" class="_58cl _5afz" style="color: #4267b2; font-family: inherit; unicode-bidi: isolate;">#</span><span class="_58cm" style="font-family: inherit;">uhuks</span></span></a></div><div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">Asik nih tempat ini, gitu pikiran saya saat datang ke Eling Bening ini. Wahana wisata baru dibuka akhir tahun 2017. Tapi, sudah cukup terkenal. <span style="font-family: inherit;">Ada apa aja di sini? Yang pasti tempatnya cukup adem. Sekitarnya di kelilingi bukit-bukit, dan terlihat gunung di kejauhan.</span></div><div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">Banyak tempat untuk duduk-duduk sambil bersandar ke pundak seseorang, kalau nggak ada seseorang ya bersandar di tembok atau di tiang bangunan. Yang penting jangan bersandar pada harapan palsu.</div><div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">Ada balai yang cukup luas, gazebo yang teduh, kursi dan meja yang bercita rasa seni. Ada kolam renangnya juga. Jadi, kamu bisa berenang atau main air sambil melihat pemandangan ke bawah atau ke kejauhan. Akan terlihat jalan-jalan yang bekelok, persawahan, danau, dan gunung di kejauhan.</div><div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">Terdapat restoran di bagian atas dengan meja-kursi yang banyak. Kamu bisa milih meja-kursi di indoor atau outdoor. <span style="font-family: inherit;">Ada wahana outbound di sini. Paintball, flying fox, dan aneka sarana outbound lainnya.</span></div><div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">Mau foto pasca-wedding? Bisa banget. Ada banyak spot foto yang bagus dan romantis. Foto-fotomu bakalan bagus asala cuacanya mendukung.</div><div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">Saya ke Eling Bening saat mendung menggelayut manja di pundak langit. Jadinya untuk foto-foto, background langit terlihat suram. Kalau pas cerah, tentunya langit berwarna biru dan awan-awan putih bakal melayang-layang bermalasan di sana.</div><div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">Tempatnya yang luas cocok buat wisata keluarga atau komunitas. Ada tiket seharga enam belas ribu rupiah untuk masuk ke Wahana Eling Bening ini. Kamu akan dapat sebotol air mineral untuk peneman foto-foto di sini.</div><div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBOgQBzDs2Nf3-CbZ2dMgdvlNlz35VmaXnQqFJ6X1ksK_vTHyrK_ZY_W5zKQ8qAohOThvDp7ooqUw6dFCvTuvelrfdeNKKTyD2ZoPKeoaBdk2arYAExRxrsIynzaVNddJPkCDPzEDvoRs/s1600/27750220_1377506199022261_1047112238166024721_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="404" data-original-width="720" height="223" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBOgQBzDs2Nf3-CbZ2dMgdvlNlz35VmaXnQqFJ6X1ksK_vTHyrK_ZY_W5zKQ8qAohOThvDp7ooqUw6dFCvTuvelrfdeNKKTyD2ZoPKeoaBdk2arYAExRxrsIynzaVNddJPkCDPzEDvoRs/s400/27750220_1377506199022261_1047112238166024721_n.jpg" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRpfPpDlkYm-w9MQxQmEsW1EX3p2G-2VbNbc4lClTG-s_SNZG_9-Vilore7_5yoJ3m0wDBXw5hkoW-t5KH3z0GfLfIdGTlxg4xdPHWTwNxB995gOy0Izu731AtiIhLTEXouFRku_ctMWo/s1600/27752281_1377506479022233_1441331343353243464_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="404" data-original-width="720" height="223" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRpfPpDlkYm-w9MQxQmEsW1EX3p2G-2VbNbc4lClTG-s_SNZG_9-Vilore7_5yoJ3m0wDBXw5hkoW-t5KH3z0GfLfIdGTlxg4xdPHWTwNxB995gOy0Izu731AtiIhLTEXouFRku_ctMWo/s400/27752281_1377506479022233_1441331343353243464_n.jpg" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8oy4Vbk2S0AjqGJAYngabSgwLo9sca0L2MSr_K_OZwIpPNzkygudeZnKZVRDJXynmfF9aYPo2vfA6rTzdif9njNEtfGATvJtprDTPenA2e_OyzXzs2YGfWYoAhEFwnVbH659gMEI7Acs/s1600/27752371_1377506242355590_5482922838566674925_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="404" data-original-width="720" height="223" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8oy4Vbk2S0AjqGJAYngabSgwLo9sca0L2MSr_K_OZwIpPNzkygudeZnKZVRDJXynmfF9aYPo2vfA6rTzdif9njNEtfGATvJtprDTPenA2e_OyzXzs2YGfWYoAhEFwnVbH659gMEI7Acs/s400/27752371_1377506242355590_5482922838566674925_n.jpg" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5AwJlTvj1znzvE3sAQ4bUJ-KpygkiA6s3HzBvu3vXg7-thyphenhyphenHReuhoJ7qxPhT8Cz8TQhPWLuhgvt_UkS78Z5w30Y31NantMSR7oETGVE0a-T_dLi9CJpEe_SnSSdLeDqOsyQdkjEOc1Kc/s1600/27752438_1377506422355572_4985308847414605170_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="404" data-original-width="720" height="223" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5AwJlTvj1znzvE3sAQ4bUJ-KpygkiA6s3HzBvu3vXg7-thyphenhyphenHReuhoJ7qxPhT8Cz8TQhPWLuhgvt_UkS78Z5w30Y31NantMSR7oETGVE0a-T_dLi9CJpEe_SnSSdLeDqOsyQdkjEOc1Kc/s400/27752438_1377506422355572_4985308847414605170_n.jpg" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6ZZ5UgS8B8t01FwIhe8Up6SxgP3ZDh6gr79EDWeHSpuU0b2VIK-ZcfBKIubOjuiNTmeJFs8MYT3KuIz1yG3gInFDraU2ezODCYPHl6ff9XNnunSYiGtxH3xHMMrTDYzr0qoZRZ0qddsw/s1600/27867340_1377506445688903_649764160769310632_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="404" data-original-width="720" height="223" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6ZZ5UgS8B8t01FwIhe8Up6SxgP3ZDh6gr79EDWeHSpuU0b2VIK-ZcfBKIubOjuiNTmeJFs8MYT3KuIz1yG3gInFDraU2ezODCYPHl6ff9XNnunSYiGtxH3xHMMrTDYzr0qoZRZ0qddsw/s400/27867340_1377506445688903_649764160769310632_n.jpg" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjLSDUOinsvXJhqs-UJheRayYAx5C1NgOPU956vil9ytfK3z_gZiWPNoGRKr19aBr51q0TC78RW1xLmNoxqGv7fkvZyHizq6W2qtpv1bmgYkoWWMFMPOlvqH4BPHD9zQUk9jP4cqQoJ6U/s1600/27867843_1377506345688913_4023252740652124215_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="444" data-original-width="720" height="246" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjLSDUOinsvXJhqs-UJheRayYAx5C1NgOPU956vil9ytfK3z_gZiWPNoGRKr19aBr51q0TC78RW1xLmNoxqGv7fkvZyHizq6W2qtpv1bmgYkoWWMFMPOlvqH4BPHD9zQUk9jP4cqQoJ6U/s400/27867843_1377506345688913_4023252740652124215_n.jpg" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXsLGG_uDttY5hbqIakSTWhJoqv8Z8FDfUV4KgJgfOR0rYOVjAHg0gsEeaARfbmwbBhC349WgV63JFGyul0MGE0kwmacS9z0509eDusy5e_Sg7kkrM7FzgukgSS566XwpbQRokNAZm7b0/s1600/28056287_1377506265688921_6622632574295083402_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="404" data-original-width="720" height="223" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXsLGG_uDttY5hbqIakSTWhJoqv8Z8FDfUV4KgJgfOR0rYOVjAHg0gsEeaARfbmwbBhC349WgV63JFGyul0MGE0kwmacS9z0509eDusy5e_Sg7kkrM7FzgukgSS566XwpbQRokNAZm7b0/s400/28056287_1377506265688921_6622632574295083402_n.jpg" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEil6HJjYvuAdHOTc_-FYZYb2LKQnCHPnWST6VVGYV1Uu-P1i41yv9h3wjtaimmq0XXpKhbBxCaLFCFUyLN6ex1KaKEmZNGHNoCKAjAi4GkJntmFtPtVeFSG2IcKJLQBa8GaDuBBWkZnHyk/s1600/28056524_1377506372355577_4013711576987818916_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="404" data-original-width="720" height="223" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEil6HJjYvuAdHOTc_-FYZYb2LKQnCHPnWST6VVGYV1Uu-P1i41yv9h3wjtaimmq0XXpKhbBxCaLFCFUyLN6ex1KaKEmZNGHNoCKAjAi4GkJntmFtPtVeFSG2IcKJLQBa8GaDuBBWkZnHyk/s400/28056524_1377506372355577_4013711576987818916_n.jpg" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghCt9a3ias-OiHtfS6PmCMckcQUjMzDtBpEUGN9jYYjAsTx1mvNBGnFkCiEHFnzRyxmmlOx5DGYCQjAjU9tO5NFse6OjzP3wuHbuXgTyvWogr_BpUQOXgYtknBiFZF0l7U7XazICf9H8w/s1600/28056644_1377506302355584_2878188324377059601_n+%25281%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="404" data-original-width="720" height="223" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghCt9a3ias-OiHtfS6PmCMckcQUjMzDtBpEUGN9jYYjAsTx1mvNBGnFkCiEHFnzRyxmmlOx5DGYCQjAjU9tO5NFse6OjzP3wuHbuXgTyvWogr_BpUQOXgYtknBiFZF0l7U7XazICf9H8w/s400/28056644_1377506302355584_2878188324377059601_n+%25281%2529.jpg" width="400" /></a></div><div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;"><br /></div><div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;"><br /></div></div>riskahttp://www.blogger.com/profile/07060621046321279808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1817786201355689741.post-87770432630537708382017-09-05T18:54:00.000-07:002019-04-07T03:02:56.762-07:00Ada cinta di Pramuka<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwnfKTU1cAW8Mkk5VeWsimItTbn5uXiC-In4C4YWpeh6LUImCRXBbFpkJjoq0VqkfyfmO5S-CXDRyUs5p4_5lzjRFks5EhMD-7Yf-MtMfLTKBxF0llSw8L-BwezOZdlVOU7TT2bmyK09g/s1600/14441097_946750328764519_3633527678223909023_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="640" data-original-width="960" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwnfKTU1cAW8Mkk5VeWsimItTbn5uXiC-In4C4YWpeh6LUImCRXBbFpkJjoq0VqkfyfmO5S-CXDRyUs5p4_5lzjRFks5EhMD-7Yf-MtMfLTKBxF0llSw8L-BwezOZdlVOU7TT2bmyK09g/s400/14441097_946750328764519_3633527678223909023_n.jpg" width="400" /></a></div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br />Saya terjebak di Pramuka, terjerumus, hingga akhirnya tenggelam di dalamnya.<br /><br />Sewaktu SD, saya mengikuti Pramuka hingga mencapai Penggalang Ramu, ada piagamnya –yang sekarang entah di mana rimbanya. Saat SMP, saya tak terlalu tertarik dengan Pramuka. Kelas 1 SMP, semua siswa diwajibkan ikut Pramuka. Tapi, lha wong pada hari masuk biasa aja saya sering bolos, kok. Apalagi, pas Pramuka. Jadi, selama satu tahun, kehadiran saya di kegiatan latihan Pramuka bisa dihitung dengan jari.<br /><br />Selepas SMP, saya tidak bersentuhan lagi dengan ekstrakurikuler “di sini senang di sana senang” ini. Hingga akhirnya saya terjebak di Pramuka setelah 10 tahun kemudian, yaitu pada saat menjadi guru SMP. Dulu saat SMP saya menghindari Pramuka. Lhadalah, pas jadi guru SMP mesti membina Pramuka. Kalau kata orang-orang, katanya ini hukum karma.<br /><br />Inilah takdir Tuhan, kata saya.<br /><br />Saat itu tahun 2013. Saya lulus kuliah jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, kemudian diterima mengajar di SMP di Sukoharjo. Pada awal masuk kerja itu, ada kegiatan kemah Pramuka, Jambore Kwarcab Sukoharjo. Sebagai “anak baru”, saya tak terlalu heran ditugaskan untuk mendampingi anak-anak kemah selama 4 hari 3 malam itu. Lagipula, guru yang ada terbatas jumlahnya. Itulah, sentuhan pertama Pramuka pada saya sejak terakhir di SMP dulu.<br /><br />Akhirnya, saya resmi menjadi pembina Pramuka di SMP. Saya tak paham sedikit pun soal Pramuka. Bagaimana aba-aba PBB, membuat simpul, mendirikan tenda, bahkan mengajari tepuk dan yel-yel saja tidak bisa. Miris memang.<br /><br />Selalu ada yang pertama untuk segala sesuatu di dunia ini. Sebelum mengajarkan sesuatu kepada anggota Pramuka, tentu saya mesti belajar terlebih dahulu. Saya mesti belajar membuat simpul, mendirikan tenda, membuat yel-yel, dan lain sebagainya. Semuanya saya lakukan secara otodidak. Semakin lama, saya merasa pengetahuan dan keterampilan kepramukaan saya meningkat. Itulah gunanya belajar, bukan.<br /><br />Sesungguhnya, menjadi pembina Pramuka itu capek. Banget, malahan. Setiap selesai kegiatan latihan Pramuka, biasanya badan saya terasa lemas. Latihan Pramuka seringnya di luar ruangan dan kegiatannya cukup menguras tenaga. Apalagi jika ada kegiatan kemah atau lomba Pramuka, benar-benar menguras tenaga, pikiran, dan waktu. Jika boleh memilih, tentu saya tidak usah menjadi pembina Pramuka saja. Capek, bos...<br /><br />Tapi, itu sudah menjadi tugas dan kewajiban. Saya berusaha untuk selalu bersikap nrima, menerima apa pun yang ditugaskan.<br /><br />Pada tahun 2013, ada kegiatan pelatihan bagi pembina Pramuka: Kursus Mahir Dasar (KMD). Saya diikutkan kegiatan tersebut, dengan biaya sepenuhnya dari sekolah. Di situlah pertama kali saya mendapat bekal menjadi pembina Pramuka. Secara umum kegiatan KMD agak membosankan pada bagian penyampaian materi di ruangan. Bayangkan, ratusan orang duduk berhimpitan di dalam ruangan yang tak luas selama beberapa jam. Untuk kegiatan lapangannya cukup menyenangkan meskipun agak melelahkan. <br /><br /><a href="http://www.sukrisnosantoso.com/2016/02/tragedi-upacara-penurunan-bendera.html" target="_blank">Di kegiatan KMD itu terjadilah satu peristiwa yang cukup memalukan bagi saya</a>. Saya mendapat hukuman menjadi petugas penurun bendera pada acara apel sore. Pada kegiatan itu, selain langkah tegap saya yang wagu dan jalan yang kebablasan (tidak pas dengan tiang bendera), saya –dan dua teman saya—hampir menjatuhkan bendera. Selama beberapa saat kami kesulitan melipat bendera itu hingga datanglah seorang pelatih untuk membantu. Itu semua terjadi di depan pembina upacara –yang kenal dengan saya-- yang mana saat itu saya sedang menaksir anak gadisnya yang cantik itu. #wakdesss</span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Ada ungkapan “Kesan pertama begitu menggoda”, maka dalam kasus saya yang berlaku adalah “Kesan pertama begitu memalukan”.<br /><br />Sebagai seorang jomblo akhir zaman, saya memiliki pandangan bahwa: untuk mendapatkan gadis idaman, cara paling efektif dan efisian adalah dengan mengambil hati orangtuanya. #Yeah...<br /><br />Saat itulah, dimulai “perseteruan batin” dalam diri saya. Saya yang tidak bisa apa-apa di Pramuka, mesti mengambil hati calon mertua yang seorang pengurus kwartir ranting dan pelatih pembina Pramuka. Betapa beratnya misi saya itu.<br /><br />Lanjut...<br /><br />Setelah mengikuti KMD saya sedikit lebih percaya diri dalam membina Pramuka. Sambil terus belajar, saya mengajarkan apa yang saya bisa kepada anggota Pramuka binaan saya. Saya belajar keterampilan kepramukaan secara otodidak. Mengambil sumber belajar dari buku dan internet.<br /><br />Di sekolah saya dilaksanakan kemah Pramuka setahun sekali, biasanya di daerah Karanganyar, selama 3 hari 2 malam. Kegiatan kemah itu menyenangkan, saya suka berkegiatan di alam, di hutan. Kemah-kemah Pramuka itu membuat saya semakin nyaman di Pramuka. Nyaman? Kalau udah nyaman itu biasanya akan betah bertahan, iya nggak?<br /><br />Beberapa kali, sekolah saya mengirim delegasi Pramuka untuk mengikuti lomba. Pada tahun 2016, saya membersamai dua regu mengikuti Kemah Bakti Dasa Darma (Kembadarma) di buper Borobudur, Magelang. Dalam kemah yang diadakan oleh Dewan Ambalan SMAIT Ihsanul Fikri, Magelang ini kami membawa pulang piala yang cukup banyak.<br /><br /><a href="http://www.sukrisnosantoso.com/2016/11/juara-umum-kemah-ukhuwah-wilayah-kemwil.html" target="_blank">Lomba kemah yang kedua yaitu Kemah Ukhuwah Wilayah (Kemwil) Pramuka SIT se-Jawa Tengah di lapangan tembak Akmil, Magelang</a>. Kemah selama 4 hari 3 malam ini diikuti oleh ribuan anggota Pramuka. Untuk tingkat SMP setidaknya ada 36 regu. Kemwil ini sangat menyenangkan dan berkesan. Dan sekolah kami pulang membawa piala juara umum.<br /><br />Dalam kegiatan kemah Pramuka saya selalu terlibat. Dan lelahnya sungguh terasa. Tapi dalam rasa lelah itu ada kepuasan tatkala melihat anak didik bisa berkembang dan menunjukkan prestasi di Pramuka.<br /><br />Kembali ke soal gadis cantik yang saya taksir itu, eh maksudnya kembali ke pembina upacara yang memiliki anak gadis yang cantik itu. Kita sebut saja namanya Pak A. Sebagai laki-laki yang baik saya harus menunjukkan kepada Pak A bahwa saya layak dijadikan menantu. Saya ikuti kegiatan-kegiatan Pramuka dan berharap suatu saat Pak A bisa melihat saya ketika menunjukkan prestasi, bukan saat terjadi tragedi seperti KMD dulu itu.<br /><br />Ketika ada Kursus Mahir Lanjut (KML), saya pun ikut –lagi-lagi dengan biaya sepenuhnya dari sekolah. Sebagai pelatih pembina Pramuka, Pak A kemungkinan besar bakal menjadi peatih di KML ini. Saya mengikuti KML dengan baik, selamat sentausa tidak kurang satu apapun. Pada malam api unggun, saya ditunjuk menjadi pemimpin upacara api unggun. Betapa membanggakannya! <br /><br />Suara saya terdengar lantang di lapangan meneriakkan aba-aba. Semestinya pada momen seperti ini Pak A melihat saya, tapi ternyata saat itu Pak A sedang tidak menjadi pelatih. Duh, sia-sia penampilan saya sebagai pemimpin upacara yang telah menguras habis suara.<br /><br />Pada suatu kali, saya pernah satu mobil dengan Pak A. Di dalam mobil itu terjadilah percakapan. Salah satunya, Pak A mengatakan, “Nanti Mas Kris ikut KPD.” <br /><br />“Iya, Pak,” jawab saya. Apapun akan saya lakukan demi anak bapak. Hehehe ... <br /><br />Oya, KPD itu Kursur Pelatih Tingkat Dasar. Pelatihan bagi calon pelatih Pembina Pramuka yang dilaksanakan selama 10 hari. Saya bisa membayangkan beratnya pelatihan itu, tapi waktu itu saya iyain aja. <a href="http://www.sukrisnosantoso.com/2016/12/7-alasan-mengapa-pembina-pramuka-adalah.html" target="_blank">Saya akan membuktikan bahwa pembina Pramuka adalah calon menantu idaman</a>.<br /><br />Semakin saya mengikuti kegiatan Pramuka, semakin saya memahami Pramuka, semakin saya merasa nyaman dengan <strike>anak gadisnya Pak A</strike> Pramuka. Semakin saya tenggelam di dalamnya. <br /><br />Awalnya saya memang tidak suka, merasa berat, dan merasa tidak mampu menjadi pembina Pramuka. Tapi, seperti pepatah: witing tresna jalaran saka kulina. ‘Cinta karena terbiasa’. <br /><br />Demikianlah.<br />Ada cinta di Pramuka.</span><br /><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>riskahttp://www.blogger.com/profile/07060621046321279808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1817786201355689741.post-39671842549271779682017-08-26T21:46:00.000-07:002019-04-07T03:02:56.943-07:00Resensi Buku Kumpulan Cerpen Pemanggil Hujan dan Pembaca Kematian Karya Karisma Fahmi Y.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVNMD7TE66pzKNLJsSgdM9ECcSjUpub-genIAK21bvvU90LPNnKoQl6_RUtR7ErKD-GtOHzOWjl5ihRzgKh3C0329amnPMh_SttbEZwYtK2p_-LIlu03GDl5Tn8luFf_217b5UD0A9X-4/s1600/98149_f.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="555" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVNMD7TE66pzKNLJsSgdM9ECcSjUpub-genIAK21bvvU90LPNnKoQl6_RUtR7ErKD-GtOHzOWjl5ihRzgKh3C0329amnPMh_SttbEZwYtK2p_-LIlu03GDl5Tn8luFf_217b5UD0A9X-4/s400/98149_f.jpg" width="277" /></a></div><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: blue; font-size: large;"><b>Kisah-kisah Sendu di Antara Dongeng dan Realitas</b></span><br /><br />Judul : Pemanggil Hujan dan Pembaca Kematian<br />Penulis : Karisma Fahmi Y.<br />Cetakan : November 2016<br />Tebal : 172 hlm<br />Penerbit : Basabasi<br />***<br /></span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Karisma Fahmi, p</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">enulis muda asal Solo. Karya-karyanya telah dimuat di beberapa media massa nasional, bahkan beberapa dimuat dalam majalah sastra <i>Horison --</i>yang versi cetaknya sekarang sudah tamat riwayatnya. Beberapa cerpennya yang dimuat di media massa ditambah beberapa yang belum dipublikasikan sehingga berjumlah 16 cerpen diterbitkan dalam sebuah buku dengan judul<i> Pemanggil Hujan dan Pembaca Kematian</i>. <br /></span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Karisma Fahmi</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">.</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> P</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">enulis perempuan yang berkerudung dan berkacamata ini memiliki wajah bundar yang bertaburan gula-gula. Meskipun demikian, saya tidak akan bermain hati dengannya. Jika saya jatuh cinta kepadanya dan ia jatuh cinta kepada saya, hingga suatu hari nanti entah bagaimana saya membuatnya patah hati, saya khawatir ia akan menikam saya, memotong-motong tubuh saya, kemudian menjadikan saya makanan ikan peliharaannya. Hal demikian memanglah sulit terjadi di dunia nyata. Tapi, penulis menceritakan kisah semacam itu dalam cerpennya yang berjudul “Sepasang Ikan Merah”.<br /><br />“Sepasang Ikan Merah” menceritakan tokoh aku –yang memiliki peliharaan seekor ikan piranha merah—yang merasa kecewa dan sedih berkepanjangan karena kekasihnya berpaling hati. Suatu hari, mantan kekasihnya itu datang ke rumahnya untuk mengambil barang-barang miliknya. Di dorong kekecewaan dan kepedihannya, tokoh aku membunuh mantan kekasihnya, lalu memotong-motong tubuhnya, dan memberikannya kepada ikan piranha merah peliharaannya. Ia menganggap mantan kekasihnya itu bersemayam dalam tubuh ikan dan akan terus menemaninya. Sungguh kisah yang sadis sekaligus manis.<br /><br />Satu kisah tersebut mewakili cerpen-cerpen dalam buku ini yang semuanya menceritakan kisah pilu nan sendu. Kepedihan menjadi benang pengikat di antara cerpen-cerpen tersebut. Ada kisah pendaki yang meninggal di gunung dan merasa kesepian dalam “Pendaki Bukit Nyanyian”. Ada ratap duka atas perang di padang Kurusetra yang tak terelakkan dari tokoh Bisma dalam “Tembang Lara Kesatria Kurusetra” dan Gandari dalam “Perempuan Gandari”. “Sayap-sayap Emas Yasmin” mengungkapkan seorang wanita karier yang merasa menyia-nyiakan suami dan anaknya, namun maut telah memisahkan mereka. “Tali Pusar Karna” mengungkapkan kepiluan seorang perantau yang ketika pulang mendapati ibunya sudah meninggal dan kampung halamannya berubah menjadi sebuah waduk besar.<br /><br />Melalui cerpen-cerpennya, penulis seperti ingin mengatakan bahwa rasa sakit, rasa pedih, dan kecewa adalah bagian dari kehidupan. Seperti kata Gabriel Garcia Marquez, “Rasa sakit adalah risiko untuk tetap hidup.”<br /><br />Kepiluan menjadi salah satu unsur keindahan di dalam cerita-ceritanya. Keindahan memang tidak melulu berada pada hal-hal yang romantis atau kisah yang berakhir bahagia. Ada sebuah keindahan dalam kisah-kisah sendu jika diceritakan secara baik. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Azwar dalam salah satu esainya yang termuat dalam buku <i>Membaca Sastra Membaca Dunia</i> (2016), “Keindahan karya juga bisa jadi terasa atas cerita kegetiran hidup manusia, keprihatinan, dan kepiluan yang mendalam. Bahkan, kondisi yang sangat buruk dalam realitas bisa menjadi indah setelah menjadi sebuah karya sastra.” <br /><br /><b><br />Dunia Wayang dan Kisah-kisah Supranatural</b><br />Selain mengungkap dunia realitas, penulis juga menceritakan dunia wayang. Wayang menjadi salah satu inspirasi kuat bagi penulis. Hal ini diungkapkan sendiri oleh penulisnya dalam kata pengantar, “Bagi saya, kisah wayang berikut tokoh-tokohnya, selalu mampu menembus batas imajinasi, sebuah dunia kecil yang bergerak di luar dunia nyata manusia.” (hal. 8)<br /><br />Dua cerpennya merupakan reinterpretasi terhadap kisah pewayangan yang diambil dari Mahabharata. Dalam “Tembang Lara Kesatria Kurusetra”, penulis menceritakan gejolak hati Bisma yang merasa sedih dan kecewa karena perang Bharatayuda akan menghancurkan kedua belah pihak yang disayanginya. Dalam cerita itu juga sedikit disinggung tokoh wanita –Srikandi yang merupakan penjelmaan Dewi Amba-- yang menyiapkan senjatanya untuk menghabisi Bisma karena dendam masa lalu.<br /><br />Kegelisahan Dewi Gandari dikisahkan dalam “Perempuan Gandari”. Gandari sebagai ibu dari kesatria Kurawa merasa was-was di dalam kerajaannya, sedangkan anak-anaknya berperang hidup-mati di padang Kurusetra. Gandari dengan mata yang selalu tertutup kain hitam merasa terpukul dengan berita yang dibawa kurir yang menyebutkan nama-nama anaknya yang tewas di medan pertempuran.<br /><br />Bagi pembaca berlatar belakang budaya Jawa, kedua cerpen tersebut akan lebih termaknai karena ia mengetahui kisah-kisah pewayangan (Mahabharata) secara umum. Berbeda dengan orang yang tidak mengenal kisah Mahabharata, kedua cerpen tersebut tidak akan begitu menggugah hatinya. Pengaruh dunia wayang terhadap penulis juga terlihat dalam pemilihan nama tokoh. Penulis menggunakan beberapa nama tokoh pewayangan dalam ceritanya, misalnya Anjani dan Karna.<br /><br />Selain dunia wayang, penulis juga mengungkap hal-hal supranatural dalam. Penulis mengisahkan dunia roh dalam “Pendaki Bukti Nyanyian” dan “Sayap-sayap Emas Yasmin”. Dalam kedua cerpen tersebut, penulis memunculkan tokoh roh orang mati yang berlaku, berbicara, dan mengungkapkan perasaannya.<br /><br />Ada sebuah mitos yang mengatakan bahwa jika terdengar suara burung dares pada malam hari, berarti akan ada orang yang meninggal di kampung. Mitos tersebut diceritakan dalam “Tangan Kanan Malaikat Maut”. Tuyul sebagai makhluk ghaib warisan kepercayaan Jawa dimunculkan dalam cerpen “Brenges”.<br /><br />Cerpen “Pemanggil Hujan dan Pembaca Kematian” –yang digunakan sebagai judul buku ini—mengemukakan dunia supranatural tentang adanya tokoh yang bisa memanggil hujan dan tokoh yang bisa membaca kematian seseorang melalui pandangan kedua matanya.<br /><br />Mistisime terlihat dalam cerpen “Ketika Masnawi Menyanyikan Rumi”. Dalam cerpen ini penulis mengungkapkan kecintaan seseorang terhadap syair-syair Rumi. Beberapa bait syair Rumi pun dikutipkan dalam cerpen ini.<br /><br /><b>Alur yang Berliku dan Akhir yang Mengejutkan</b><br />Dalam hal penceritaan, sang penulis sungguh piawai “mempermainkan” alur. Dalam sebuah cerpen ada beberapa cabang alur. Ceritanya seperti melompat-lompat. Tokoh-tokohnya pada awal hingga pertengahan cerita seolah-olah tidak memiliki hubungan. Namun di akhir cerita, hubungan antar-alur dan antartokoh menjadi jelas. </span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">l</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">ika-</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">l</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">iku a</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">l</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">ur ini bisa digambarkan sebagai beberapa cabang sungai yang awa</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">lnya tak berhubungan satu sama </span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">l</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">ain hingga akhirnya menyatu di </span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">l</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">autan</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">.</span><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />Dalam “Grambyangan Manyar Sewu” penulis membuka dengan kisah tokoh Pekik yang gusar karena terganggu suara gamelan di kepalanya. Cerita kemudian meloncat pada kisah dua penari, Arum dan Anjani, yang sedang pentas di atas panggung dan problematikanya. Lalu kisah beralih lagi pada tokoh Pekik. Alurnya yang melompat-lompat ini membuat pembaca merasa penasaran dan bertanya-tanya: apa hubungan antara kedua cerita ini dan apa hubungan antara kedua tokoh ini? Di akhir cerita, barulah pembaca bisa menghubungankan benang merah antarcerita dan antartokoh.<br /><br />Itulah salah satu kekuatan cerpen-cerpen dalam buku ini. Penulis membuat cerita-cerita yang berlompatan sehingga membuat pembaca merasa penasaran dan menebak-nebak akhir cerita yang seringkali mengejutkan.<br /><br />Kekuatan alur tersebut didukung dengan sudut penceritaan yang dinamis. Penulis tidak hanya menggunakan satu sudut pandang dalam ceritanya. Sebagian besar cerpennya menggunakan sudut pandang orang pertama dan orang ketiga sekaligus. Pada bagian awal cerita, penulis sering menggunakan sudut pandang orang ketiga. Setelah masuk tahapan pemunculan konflik, penceritaan akan diambil alih oleh tokoh utama sehingga menggunakan sudut pandang orang pertama.<br /><br /><b>Kisah Naratif yang Tak Menjemukan</b><br />Dalam buku-buku panduan menulis cerpen, sebagian besar akan menyarankan penulisan cerpen dengan komposisi antara narasi dan dialog yang proporsional. Sebuah cerpen yang narasinya terlalu banyak, berisiko menjadi cerita yang kering dan membosankan. Jika dialognya yang terlalu banyak, resikonya cerpen tersebut akan terasa dangkal dan tidak menarik. Demikian garis besar pengaturan komposisi narasi dan dialog dalam sebuah cerpen. Namun, aturan tersebut tentu saja tidak berlaku bagi para penulis yang piawai menyusun kata-kata, baik dalam bentuk dialog maupun narasi. <br /><br />Cerpen-cerpen dalam <i>Pemanggil Hujan dan Pembaca Kematian</i> hampir semuanya tersusun atas narasi. Dari 16 cerpen dalam buku ini, hanya 5 cerpen yang memuat dialog, itupun porsi dialognya sangat minim. Penceritaan dengan gaya naratif berisiko menjemukan bagi pembaca. Namun, penulis pandai memikat pembaca dengan gaya penceritaannya yang cenderung ekspresionis. Pembaca seolah didongengi oleh seorang tukang cerita yang andal yang setiap kalimatnya menimbulkan kekaguman dan setiap ceritanya menimbukan rasa penasaran. <br /><br />Kadang penulis menyuguhkan realitas kehidupan tokoh dan konteks cerita. Pada banyak kesempatan, penulis mengajak pembaca menyelami batin tokohnya, merasakan kegetirannya, mengecap kepedihannya, dan menanggung penderitaannya. Penggalian konflik batin tokoh sangat dalam. Inilah salah satu kekuatan gaya penceritaan penulis.<br /><br />Ha</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">l </span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">yang kurang berkenan bagi saya pada buku ini ia</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">l</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">ah gambar sampu</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">l</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">nya</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">.</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Terus terang, saya kurang suka dengan gambar sampu</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">l</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">nya</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">.</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Saya membayangkan sampul buku ini menampakkan t</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">o</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">koh wayang "Gandari" yang penuh kepedihan dan dendam</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">. Atau t</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">o</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">k</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">o</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">h Bisma sebagai kesatria yang siap menerima kematian</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">.</span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div><div><br /></div>riskahttp://www.blogger.com/profile/07060621046321279808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1817786201355689741.post-83074407341820220362017-06-28T20:15:00.000-07:002019-04-07T03:02:57.133-07:00Kutipan (Quote) Novel Sunset & Rosie Karya Tere Liye<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaKd1w17UGakfPdDaarVabIS4OiH-xY3fwhJOHV-nKPcB7l-K9LNrNMc_ZNr_evICvi2ybDhFJUngQ-9DYkBeIFjwX4dYH6Eb5dbK2gB7cziQ-u3ZZts0mP1pKvO2iiM6fsAANjNxRieQ/s1600/19598871_1181958875243662_377237747926645571_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="568" data-original-width="320" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaKd1w17UGakfPdDaarVabIS4OiH-xY3fwhJOHV-nKPcB7l-K9LNrNMc_ZNr_evICvi2ybDhFJUngQ-9DYkBeIFjwX4dYH6Eb5dbK2gB7cziQ-u3ZZts0mP1pKvO2iiM6fsAANjNxRieQ/s400/19598871_1181958875243662_377237747926645571_n.jpg" width="225" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kutipan (Quote) Novel Sunset & Rosie Karya Tere Liye</td></tr></tbody></table><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />Novel ini terbit pertama kali tahun 2011. Buku yang saya miliki adalah cetakan ke-20 tahun 2017. Wow... Berarti dalam 1 tahun novel ini cetak ulang 2-3 kali. <i>Best seller</i> lah pokoknya.</span><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />Bagi pembaca yang sentimental, novel ini bakal mengaduk-aduk perasaannya. Dengan mudah ia akan jatuh cinta pada tokoh-tokohnya, juga jalan ceritanya yang bertaburan refleksi-refleksi perasaan atas kenangan.<br /><br />Banyak kutipan-kutipan menarik di dalam novel <i>Sunset & Rosie</i>. Di antaranya sebagai berikut.</span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><blockquote class="tr_bq"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: large;"><i>Aku tenggelam dengan segala aktivitas pekerjaan. Membutuhkan seluruh kesibukan untuk membunuh semua perasaan yang terlanjur datang. </i></span></span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">(hlm 9)</span></blockquote><blockquote class="tr_bq"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: large;"><i>Kata orang bijak, kita tidak pernah merasa lapar untuk dua hal. Satu, karena jatuh cinta. Dua, karena kesedihan mendalam. </i></span></span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">(hlm 66)</span> </blockquote><blockquote class="tr_bq"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: large;"><i>Aku harus segera menyibukkan diri. Membunuh dengan tega setiap kali kerinduan itu muncul. Berat sekali melakukannya, karena itu berarti aku harus menikam hatiku setiap detik. </i></span></span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">(hlm 68)</span> </blockquote><blockquote class="tr_bq"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: large;"><i>Menangis dalam tidur. Kalau kalian tahu maksudnya itu sungguh lebih menyakitkan. Kaliam tidur, tetapi menangis dalam mimpi. Kalian tidur tapi hati tetap terisak sendu.</i></span> </span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">(hlm 75)</span> </blockquote><blockquote class="tr_bq"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: large;"><i>Aku tahu apa artinya sebuah kesedihan, aku pernah mengalaminya. Percuma berdiri di sini sepanjang hari, sepanjang tahun, tidak akan membantu. Tidak ada yang bisa membantu selain waktu. Tetapi agar waktu berbaik hati, kita juga harus berbaik hati kepadanya, dengan menyibukkan diri. </i></span></span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">(hlm 79-80)</span></blockquote><blockquote class="tr_bq"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: large;"><i>Saat kau pergi, seseorang akan baru merasa kehilangan, dan dia mulai bisa menjelaskan apa yang sesungguhnya dia rasakan.</i> </span></span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">(hlm 410)</span></blockquote></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /> </span><br /> </div><div><br /></div>riskahttp://www.blogger.com/profile/07060621046321279808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1817786201355689741.post-20291153068562325882017-06-28T19:56:00.000-07:002019-04-07T03:02:57.319-07:00Resensi Buku Reruntuhan Musim Dingin Karya Sungging Raga<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmU-iYXVn_Qpj4QTlYK93JbR11gBPgzIL8YmQiBgokeKEu17itD5l2egIGR8U-zUftyCBH3lCnthil_HNFCyDs3tkLaAvu9fv6jXOCfUzcI1Rh5W9rOlUqFvZQgCvcs8FEDe7LvPa2gUw/s1600/18952994_1167734916666058_8840934643728081178_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="960" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmU-iYXVn_Qpj4QTlYK93JbR11gBPgzIL8YmQiBgokeKEu17itD5l2egIGR8U-zUftyCBH3lCnthil_HNFCyDs3tkLaAvu9fv6jXOCfUzcI1Rh5W9rOlUqFvZQgCvcs8FEDe7LvPa2gUw/s400/18952994_1167734916666058_8840934643728081178_n.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Resensi Buku <i>Reruntuhan Musim</i> Dingin Karya Sungging Raga</span></td></tr></tbody></table><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br />Judul : Re<i>runtuhan Musim Dingin</i><br />Pengarang : Sungging Raga<br />Cetakan : Pertama, Januari 2016<br />Tebal : 204 hlm<br />Penerbit : DIVA Press </span><br /><blockquote class="tr_bq"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><i>Memang. Selalu saja ada kisah tentang perempuan yang menunggu. Dan tidak ada kisah yang lebih menyedihkan daripada perempuan yang merasa yakin bahwa penantiannya yakin akan berbuah manis. Apakah perempuan selalu ditakdirkan untuk menunggu?</i><br /> </span><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> (Sungging Raga. "Dermaga Patah Hati")</span></blockquote><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Jika ada tema cerita yang selalu menarik perhatian dan hangat untuk dibincangkan itulah cinta. Banyak buku -fiksi dan nonfiksi- yang menyajikan seluk-beluk asmara manusia. Dari ulama hingga penulis picisan. Dalam ranah nonfiksi, sebut aja <i>Raudhatul Muhibbin</i>-nya Ibnu Qayyim, <i>The Art of Love</i> karya Erich Fromm, dan <i>Men Are From Mars, Women Are From Venus</i> milik John Gray. Belum lagi bejibunnya buku-buku popular di pasaran yang menyematkan kata cinta di dalam judulnya.<br /><br />Dalam ranah fiksi, kisah Layla-Majnun dari Timur Tengah berhasil menggaungkan kisah kepedihan dan kegilaan karena cinta hingga ke seluruh dunia. Dari Barat, muncullah sejoli Romeo-Juliet. Tak kalah sendu, di Indonesia tersebarlah kisah cinta Hamid-Zainab dalam <i>Di Bawah Lindungan Kakbah</i> buah tinta dari Buya Hamka. Dari penulis yang sama lahir pula kisah<i> Tenggelamnya Kapal van Der Wijck</i> yang konon terinspirasi dari <i>Majdullin </i>karya Manfaluthi.<br /><b><span style="color: blue; font-size: large;"><br /></span></b></span><br /><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><b><span style="color: blue; font-size: large;">Cinta, Penantian, dan Kenangan </span></b><br />Cinta pula yang menjadi tema umum dalam cerpen-cerpen karya Sungging Raga yang terkumpul dalam buku <i>Reruntuhan Musim Dingin</i> ini. Tapi, ini bukan kisah cinta yang cengeng. Sungging Raga meramu kisah cinta yang tak biasa. Kalau kata Tia Setiadi dalam pengantarnya terhadap buku ini, "Sungging Raga bersikeras menampilkan kisah-kisah cinta yang, syukurnya, tak terjerumus ke dalam lautan klise."<br /><br />Pembaca bisa menduga-duga sendiri mengapa penulis memilih tema cinta dalam sebagian besar cerpennya. Kita bisa menyelami alasan penulis dalam meramu cerpen-cerpennya tersebut melalui argumennya dalam pengantar buku ini, </span></div><div><blockquote class="tr_bq"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">"<i>Ketika penulis dan cerpen sudah saling mencintai, maka bukan penulis yang menentukan harus menulis tentang apa, tapi cerpen itu yang mengarahkan penulis tersebut untuk menulis tema tertentu. Terkadang, saya merasa seperti itu, bahwa cerpenlah yang mengantar saya menulis cerita-cerita tertentu</i>." (hal. 21)</span></blockquote><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Mungkin memang benar, cerita itu yang mengarahkan penulis untuk menuliskan kisah-kisah cinta. Namun, jika boleh saya asal menebak, Sungging Raga banyak menulis kisah cinta karena jiwa mudanya sedang bergejolak. Penulis masih berusia muda --dan perlu dicatat-- masih jomblo (dan akhirnya menikah pada tahun 2017). Jadi, cinta memang menjadi magnet kuat yang menarik hati dan pikirannya hingga lahirlah kisah-kisah cinta singkat dalam cerpen-cerpennya.<br /><br />Meski banyak cerpennya berkisah tentang kepedihan seorang kekasih, namun penulis tak menggambarkannya dengan ekspresif. Penulis menggambarkan kisah cinta yang pilu seolah-olah sebagai kejadian sehari-hari yang jamak terjadi hingga tak perlu dilukiskan dengan tinta darah dan air mata. Meski begitu, penggambaran penulis tak kalah sendunya.<br /><br /> Kisah perpisahan sepasang kekasih, oleh penulis picisan, mungkin akan deraikan dengan kata-kata kepedihan yang menyesakkan dada hingga seolah-olah seribu duka ditimpakan kepada sepasang kekasih itu. Tapi oleh Sungging Raga, perpisahan sepasang kekasih di sebuah terminal dalam "Selebrasi Perpisahan" disajikan biasa saja. Tidak ada air mata yang mengalir. Hanya berpisah, begitu saja. Namun, justru di situlah kekuatan ceritanya.</span><br /><div><blockquote class="tr_bq"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><i>Barangkali, tidak ada perpisahan yang lebih menyenangkan untuk dirayakan daripada sepasang kekasih yang berpisah dalam keadaan masih saling mencintai. Sepasang kekasih yang kemudian akan saling bertanya: mengapa cinta tidak cukup kekal untuk menjadikan dua manusia bersama selamanya?</i></span><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">(Cerpen "Selebrasi Perpisahan")</span></blockquote><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Kisah seorang perempuan yang selalu menunggu di sebuah dermaga diceritakan oleh penulis dengan datar-datar saja dalam "Dermaga Patah Hati". Penulis tidak terjerumus dalam penggambaran karakter dan perasaan tokoh. Sebaliknya, penulis mengambil jarak dengan si tokoh. Penulis bukanlah orang ketiga yang serbatahu. Penulis bertindak seperti pembaca lainnya: tidak tahu siapa perempuan itu, apa yang ditunggunya, dan bagaimana perasaannya. Kesenduan dalam penantian yang ditunjukkan oleh tokoh perempuan itu terasa menyesakkan justru karena tidak diceritakan secara jelas bagaimana latar belakang dan perasaannya. <br /><br />Kisah serupa di atas adalah cerpen "Untuk Seseorang yang Kepadanya Rembulan Menangis". Cerpen ini mengisahkan seseorang perempuan berpakaian serba merah yang selalu duduk melamun di pinggir jalan Carrow Road. Dan wanita itu hanya bisa dilihat dari bulan oleh para astronot. Di bumi, di Arrow Road, wanita itu tak ada, tak terlihat. Entah kepedihan apa yang ditanggung wanita itu hingga rembulan pun menangis dan mengeluarkan air mata yang jatuh hanya di sepanjang Carrow Road tempat wanita itu duduk melamun.<br /><br /> Cerpen-cerpen yang lain serupa dalam cerita dan teknik penceritaannya. Sebut saja "Reruntuhan Musim Dingin", "Selamanya Musim Semi", "Turbulensi Kenangan", "Kompor Kenangan", dan "Lovelornia" yang kesemuanya menawarkan perihnya penantian, kenangan, dan pengkhiatan. <br /><br /> Khusus "Reruntuhan Musim Dingin" yang dijadikan judul buku kumpulan cerpen ini, penulis sepertinya memiliki ikatan khusus dengan cerpen ini. Ada beberapa unsur yang menyiratkan hal tersebut. Yang pertama, tokoh utamanya bernama Nalea. Jika Seno Gumira Ajidarma memiliki Alena, Sungging Raga memiliki Nalea. Nama Nalea beberapa muncul dalam cerpen-cerpennya. <br /><br /> Kedua, tokoh laki-lakinya berprofesi sebagai penulis sehingga perbincangan kedua tokoh itu menyerempet dunia buku. Uniknya, penulis seperti menyindir dan menertawai diri sendiri tentang profesi menulis ini. </span></div><div><blockquote class="tr_bq"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><i>"Kupikir, sebaiknya kamu jangan jatuh cinta kepada penulis. Ia lebih banyak memeras kenangan, sebanyak mungkin darimu, untuk kemudian ditinggalkan." </i>(hal. 68). </span></blockquote><blockquote class="tr_bq"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><i>"Tidak terbayang jika aku hidup bersama seorang penulis. Pasti sangat menyusahkan. Menulis itu bukan pekerjaan, itu cuma semacam pengisi waktu luang."</i> (hal. 70)</span></blockquote><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="color: blue; font-size: large;"><b></b></span></span><br /><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="color: blue; font-size: large;"><b><b>Kisah Cinta yang Absurd</b></b></span></span><br /><span style="font-family: arial, helvetica, sans-serif;">Selain kisah cinta yang realistis antara dua anak manusia, penulis juga "bermain-main" dengan kisah cinta yang absurd. Misalnya cinta seekor laba-laba kepada seorang gadis dalam "Melankolia Laba-laba". Sungai Serayu yang menjelma menjadi seorang perempuan dan menjalin hubungan dengan seorang laki-laki dalam "Rayuan Sungai Serayu". </span></div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /> Hubungan cinta antara seorang laki-laki dan seorang perempuan jelmaan bunga edelweis yang melahirkan anak-anak (bunga) edelweis dalam "Sihir Edelweis". Kisah cinta sepasang tengkorak yang melangsungkan pernikahan dengan mengundang para penghuni makam dalam "Biografi Sepasang Rangka". <br /><br />Dalam kisah-kisah yang absurd tersebut, penulis menggoyahkan logika pembaca. Seekor laba-laba bisa memiliki perasaan cinta kepada seorang manusia. Sebuah sungai bisa menjelma menjadi seorang perempuan yang bisa diajak jalan-jalan ke mall, berbelanja odol, sikat, dan sabun, menikmati es krim, dan menginap di sebuah losmen. <br /><br />Sekuntum bunga edelweis bisa menjelma menjadi seorang perempuan. Jika di rumah, bunga itu berdiam di dalam pot di dalam kamar. Saat dibawa pergi oleh laki-laki yang dicintainya --misalnya ke hotel-- bunga itu menjelma menjadi perempuan dan mereka pun bercinta. Demikian selama puluhan tahun hingga lahirlah anak-anak mereka yang tinggal di dalam bunga. <br /><br />Tengkorak di pemakaman bisa menjalani kehidupan layaknya manusia hidup. Mereka ngerumpi, bermain catur, jatuh cinta, melangsungkan pernikahan, dan berpesta. Di tangan Sungging Raga, kisah-kisah tak masuk akal tersebut diolah menjadi cerpen yang memikat.<br /><b><span style="color: blue; font-size: large;"><br /></span></b></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><b><span style="color: blue; font-size: large;">Akrobat Kata</span></b></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Meski kisah-kisah cinta dalam cerpen-cerpennya ditulis dengan penggambaran yang datar, yang berjarak, Sungging Raga tak membiarkan cerpennya kering kerontang. Penulis memainkan akrobat kata dan menampilkan atraksi frasa. Rangkaian kata-katanya seperti menari-menari dengan anggun dan indah saat menceritakan suatu keadaan atau perasaan. <br /><br /> Kutipan berikut ini bisa menggambarkan bagaimana akrobat kata yang ditampilkan oleh penulis. </span><br /><blockquote class="tr_bq"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><i>"Mengapa ia tak bisa melepas kenangan yang awalnya datang begitu ringan? Apakah kenangan memang bisa tumbuh dan berkembang, menciptakan cabang berupa anak-anak kenangan yang lain?</i>" (hal. 69-70) </span></blockquote><blockquote class="tr_bq"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><i>"Aku seperti terayun dalam gelombang Sungai Serayu yang dahsyat, seolah sedang mengayuh perahu sendirian di malam badai, di mana hujan turun bersama angin dan aku terombang-ambing tanpa tujuan, sebuah keadaan kacau yang tak memberiku ruang sedikitpun untuk memberontak, melainkan tunduk pada alirannya, pada gulungannya, pada empasannya...."</i> (hal. 88)</span></blockquote><blockquote class="tr_bq"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><i>"Gadis itu bernama Kunnaila, lahir di bawah rembulan, tumbuh sepanjang ilalang." </i>(hal. 146)</span></blockquote><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="color: blue; font-size: large;"><b>Melankolia yang Indah</b></span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Cerpen-cerpen dalam Reruntuhan Musim Dingin yang bertema cinta dengan baluran kisah-kisah sedih dan pilu itu berpotensi melahirkan melankolia yang indah. Pada sebagian kisah itu, mungkin pembaca akan mendapati dirinya seolah-olah menjadi tokoh utama yang sedang patah hati, yang sedang menanti, atau yang sedang jatuh cinta. <br /><br /> Pembaca mungkin akan diam dan merenung sejenak saat menjejaki cerpen-cepen itu. Mungkin ada yang teringat kenangan masa lalunya, yang teringat kekasih yang jauh tempatnya, yang teringat seseorang yang entah kapan datangnya. <br /><br /><br />(Sukoharjo, 28 Oktober 2016)</span></div></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Baca juga <b><a href="http://www.sukrisnosantoso.com/2016/10/kutipan-buku-reruntuhan-musim-dingin.html" target="_blank">kutipan-kutipan (quotes) dari buku <i>Reruntuhan Musim Dingin</i> karya Sungging Raga.</a></b></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>riskahttp://www.blogger.com/profile/07060621046321279808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1817786201355689741.post-12524260704205396472017-06-26T10:24:00.000-07:002019-04-07T03:02:57.506-07:00Semua Akan Kopelan pada Waktunya<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzOe9HkVWCisWLDo_izri29DB_DqmEHfhrbihB52qochZesG6e-Fd4-p6Yc8Lyg7uYQoPPQWeUmTzSpWE933Pb2QYXvfSpt69Cs86zlrKD_b6cL3UhbB29bEQ8_B8ILdAH4gtZygOfer0/s1600/Baju-Gamis-Batik-Kombinasi-Polos.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="870" data-original-width="960" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzOe9HkVWCisWLDo_izri29DB_DqmEHfhrbihB52qochZesG6e-Fd4-p6Yc8Lyg7uYQoPPQWeUmTzSpWE933Pb2QYXvfSpt69Cs86zlrKD_b6cL3UhbB29bEQ8_B8ILdAH4gtZygOfer0/s320/Baju-Gamis-Batik-Kombinasi-Polos.jpg" width="292" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber ilustrasi: gambarbajumuslim[dot]com</td></tr></tbody></table>Asyiknya lebaran di kampung halaman. Ketika dulu saya masih merantau, mudik lebaran selalu menjadi momen yang spesial. Ada buncah bahagia bisa berkumpul dengan keluarga, tetangga, sahabat, teman lama, teman baru, gebetan lama, gebetan baru, ataupun mantan yang sudah lama terkenang. Uhuk....<br /><div><br /></div><div>Kini, saya tinggal dan bekerja di kampung halaman. Di kabupaten Sukoharjo yang persawahannya dan perbukitannya indah serta mal-malnya megah.</div><div><br /></div><div>Lebaran kali ini, semua berjalan sebagaimana tahun-tahun lalu. Tak banyak perubahan. Termasuk status saya yang masih saja jomblo ini meskipun kabinet pemerintahan kita sudah berganti berulang kali.</div><div><br /></div><div>Lebaran tetap semarak. Beragam makanan diolah minuman meruah. Semua tersaji di atas meja. Para kerabat datang silih berganti. Tetangga-tetangga berkeliling desa, bermaaf-maafan, sambil tak lupa mencicipi makanan dan minuman di setiap rumah. Para perantau, setelah berjibaku melawan rimba jalan raya, semringah bersua dengan saudara dan kawan-kawan di desa. </div><div><br /></div><div>Semua tampak megah dan mewah. Orang-orang terlihat cantik dan tampan. Yang berkeluarga, jalan-jalan bersama. Ayah, bunda, dan anak-anaknya yang ramai serta lucu-lucuh. Aih, harmonisnya. </div><div><br /></div><div>Yang sudah punya pasangan tak henti-hentinya memamerkan senyum-tawa bahagia. Yang masih sendiri juga tak kalah suka citanya meski sering mati gaya ketika ditikam tanya, "Kapan nikah?".</div><div><br /></div><div>Lebaran berarti baju baru bagi sebagian besar orang. Yang berkeluarga memakai pakaian yang serupa motif dan warnanya. Bahkan, yang masih balita pun dibuatkan seragamnya. Aih, lucunya. Yang berpasangan, apalagi pengantin muda yang tangannya tak lepas bergandengan, bajunya kopelan (couple). Sepertinya hati dan perasaan yang sudah menyatu mestilah ditunjukkan pula dengan baju yang serupa-serasi. </div><div><br /></div><div>Rasanya indah sekali melihat para keluarga dan pasangan itu memakai pakaian yang seragam. Sudah jadi semacam pawai fashion. </div><div><br /></div><div>Melihat pemandangan seperti itu, saya jadi kepikiran sepertinya bagus jika saya memakai baju kopelan juga. Kegagahan dan ketampanan saya pastilah meningkat beberapa derajat. Khayal tingkat tinggi pokoknya....</div><div><br /></div><div>Tapi, masalah tersbesarnya ialah siapa yang mau memakai baju kopelan dengan saya? Lha, saya tidak ada pasangannya. Apa perlu baju kopelannya dipakein di pohon atau digalon air. Aih, mirisnya...</div><div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicNfHDVVFl4O28lGrdCKZJ7wvs1txyykMJMuaGojL4Q-t3fg9ixoahcpqjZWg5DvFgMeyOR_cgL4TsVxp464SiCs99bHIiumCyOyCQV-n-DHcBPHweLQ26kxrsti5QK67gSzLOei4fq-4/s1600/IMG_20170625_171519_027-1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="541" data-original-width="720" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicNfHDVVFl4O28lGrdCKZJ7wvs1txyykMJMuaGojL4Q-t3fg9ixoahcpqjZWg5DvFgMeyOR_cgL4TsVxp464SiCs99bHIiumCyOyCQV-n-DHcBPHweLQ26kxrsti5QK67gSzLOei4fq-4/s400/IMG_20170625_171519_027-1.jpg" width="400" /></a></div><br /></div><div>Tapi, tenang saja. Saya yakin kok bahwa "Semua akan kopelan pada waktunya". Yeah, asyik....</div><div><br /></div><div>Kutub aja ada utara dan selatan. Arus listrik ada positif dan negatif. Bunga ada putik dan benang sari. Setiap manusia pasti juga ada pasangannya, kan. Ada kopelannya. Misalnya, aku dan kamu, gitu. Eaaa....</div><div><br /></div><div>Meskipun saya dan para jomblo squad semuanya tak bisa memakai baju kopelan, hal itu tak mengurangi makna lebaran dan keceriaan kumpul-kumpul keluarga dan teman. Oke, jujur saja sih keceriaannya sedikit terkurangi apalagi jika sudah keluar soal esai paling susah sedunia: Kapan....<br /><br />Lebaran tahun depan, harapannya kita masih diberi umur panjang. Semoga pula para jomblo di manapun berada sudah memiliki pasangan pada lebaran tahun depan. Semoga disegerakan pula bisa memakai baju kopelan di atas pelaminan. Asyik....<br /><br /><br /><br /><br /></div>riskahttp://www.blogger.com/profile/07060621046321279808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1817786201355689741.post-557779526184056032017-06-20T11:49:00.000-07:002019-04-07T03:02:57.691-07:00Mengikis Plagiarisme Sejak Dini<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggLnnL6xmIhNXNqycW3G1nPERYqQrpf1ipJ9M3L35Khvphcjwr3PzsYn1RKrST1CBUm3kW4qJpI3Sqk-JWFhIJJX4s5ppi0OXN80CNY4RD6b5HUhEr0vICJosGZ09OCHJFr265UUnr_lk/s1600/Copy-Paste-MCQ-Typing-KMention.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="234" data-original-width="500" height="186" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggLnnL6xmIhNXNqycW3G1nPERYqQrpf1ipJ9M3L35Khvphcjwr3PzsYn1RKrST1CBUm3kW4qJpI3Sqk-JWFhIJJX4s5ppi0OXN80CNY4RD6b5HUhEr0vICJosGZ09OCHJFr265UUnr_lk/s400/Copy-Paste-MCQ-Typing-KMention.png" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber gambar: <i>kmention.com</i></td></tr></tbody></table><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br />Pada saat pelaksanaan Ujian Sekolah untuk siswa kelas IX, para siswa kelas VII dan VIII diliburkan. Hampir semua guru disibukkan oleh kegaitan US (menjadi panitia ataupun pengawas) serta ruang kelas yang tersedia digunakan sebagai ruang tes.<br /><br />Berbarengan dengan libur US tersebut, kalender menunjukkan dua angka berwarna merah: hari libur nasional. Ditambah libur hari Minggu, lengkap sudah libur yang cukup panjang bagi para siswa kelas VII dan VIII.<br /><br />Untuk mengisi liburan tersebut, para siswa diharapkan juga belajar di rumah. Untuk merangsang para siswa agar mau belajar, sekolah mengeluarkan kebijakan agar setiap guru memberikan pekerjaan rumah. Jika dalam satu hari siswa mengerjakan pekerjaan rumah satu mata pelajaran –sekira 30 menit—dalam masa liburan, pekerjaan rumah semua mata pelajaran akan selesai.<br /><br />Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, saya memberikan lembar soal yang berisi tiga pertanyaan esai untuk siswa kelas VII dan satu pertanyaan esai untuk siswa kelas VIII. Tidak banyak memang. Tapi, soal-soal tersebut berkategori HOTS (<i>Higher Order Thinking Skills</i>). HOTS adalah kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (<i>recall</i>), menyatakan kembali (<i>restate</i>), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (<i>recite</i>). Dimensi soal HOTS adalah menganalisis, mengevaluasi, atau mencipta.<br /><br />Salah satu pertanyaan pada lembar soal kelas VII menghendaki siswa untuk membuat puisi dengan batasan tertentu. Soal membuat puisi biasanya juga keluar saat Ulangan Akhir Semester. Oleh karena itu, tugas ini sekaligus berfugnsi sebagai latihan.<br /><br />Selesai masa liburan dan para siswa mengumpulkan tugas mereka, saya mengecek satu per satu lembar soal yang sudah mereka kerjakan. Pada soal membuat puisi, saya sempat berkerut. Saya mengenal sebagian kata-kata pada puisi hasil pekerjaan siswa. Saya pun mencarinya melalui internet dengan kata-kata kunci tersebut. Dan hasilnya, puisi siswa tersebut sebagian besar (atau malah seluruhnya mengambil dari internet).<br /><br />Saya pun mengecek satu pe satu puisi yang dituliskan oleh siswa dengan cara mengetikkan beberapa kata-kata pada puisi tersebut dan melakukan searching pada internet. Hasilnya membuat saya mengelus dada. Lima puluh persen lebih karya puisi siswa diambil dari internet. <br /><br />Puisi-puisi yang tidak saya temukan di internet, berarti kemungkinan besar memang karya siswa sendiri. Namun untuk memastikan, saya bertanya langsung kepada mereka –satu per satu saat mengambil hasil pekerjaan mereka di depan sehingga siswa yang lain tidak mendengar pertanyaan saya ataupun jawaban siswa tersebut. <br /><br />“Apakah ini puisi buatan kamu sendiri?” tanya saya.<br />“Iya. Pak!” jawab sebagian mereka. Nilai yang sangat baik pun saya goreskan di lembar jawaban mereka.<br /><br />“Mengambil dari buku, Pak!” jawab sebagian yang lain. Saya menghargai sangat kejujuran mereka.<br />“Iya, tidak apa-apa. Tapi, karena mengambil dari buku, nilainya tidak bisa maksimal, ya,” kata saya. “Kalau buatan sendiri, nilainya pasti bagus.”<br /><br />Dengan demikian, setidaknya tiga perempat siswa mengambil dari internet atau buku untuk tugas menulis puisi mereka.<br /><br />Saya cukup maklum dengan tindakan mereka. Mereka belumlah besar/dewasa. Mereka baru kelas VII SMP, belum lama lulus dari SD. Perkara mengambil karya orang lain ini belum mereka pikirkan masak-masak konsekuensinya. Mungkin pula mereka berpikir saya tidak akan mengecek karya puisi mereka. Padahal, saya membaca dan mengecek satu per satu puisi-puisi mereka, kemudian saya tulisakan komentar terhadapnya. Jika bagus, akan saya beri komentar yang bagus. Jika terbukti puisi tersebut hasil karya orang lain, akan saya tulis nasehat agar tidak mengambil dari internet atau buku. <br /><br />Dengan kejadian itu, saya pun berkesempatan untuk menjelaskan betapa berharganya orisinalitas dan betapa buruknya tindakan mengambil karya orang lain dan mengakuinya sebagai karya sendiri.<br /><br />Dalam memberi nilai terhadap karya puisi tersebut, saya jelaskan bahwa karya sendiri –apapun hasilnya—adalah lebih baik daripada mengambil karya orang lain. Saya tekankan bahwa, puisi buatan sendiri akan mendapat nilai yang lebih tinggi daripada puisi yang sebagian atau seluruhnya mengambil dari karya orang lain meskipun puisi hasil karya sendiri terlihat biasa-biasa saja, bahkan terkesan tidak bagus. Saya tak ragu-ragu memberi nilai yang sangat baik untuk puisi-puisi hasil karya sendiri.<br /><br />“Bahasa kasarnya begini, anak-anak,” kata saya, “sejelek apapun puisi kalian, kalau itu buatan sendiri, pasti akan Pak Guru beri nilai yang bagus. Sebaliknya, sebagus apapun puisi itu, jika hasil mengambil dari internet atau buku, nilainya tidak akan bagus.”<br /><br />Tak lupa, saya sampaikan bahwa perbuatan mengambil karya orang lain itu tidak baik. Membuat karya sendiri merupakan latihan agar keterampilan menulis bisa berkembang.<br /><br />“Nanti ketika UAS kalau ada soal membuat puisi biar kalian bisa mengerjakannya.” Saya memberikan penekanan mengapa membuat karya sendiri itu penting. <br /><br />“Saat kalian kuliah nanti, kemampuan menulis juga sangat diperlukan. Untuk menyusu skripsi kalian tidak bisa mengambil tulisan orang lain. Pasti akan ketahuan. Ada teknologi yang bisa mengecek berapa persen tulisan kita sama dengan tulisan orang lain. Dan jika ada yang ketahuan skripsinya sebagian besar copy-paste dari milik orang lain, sanksi paling ringan disuruh mengulangi menyusun skripsi dari awal.”<br /><br />Saya benar-benar menekankan agar para siswa mau menulis atau mengerjakan soal sendiri dan bangga dengan hasilnya. Akhirnya, pada kesempatan yang lain, saya memberi tugas kembali untuk menulis puisi sebagai pengganti puisi-puisi hasil copy-paste sebelumnya. <br /><br />Pada Ulangan Akhir Semester, soal membuat puisi memang keluar. Saya percaya bahwa para siswa akan bisa menulisnya dengan baik. Saat mengoreksi hasil UAS, saya puas dengan jawaban siswa. Pada soal menulis puisi, hampir semuanya menuliskannya dengan baik. Tak segan saya memberi nilai maksimal pada puisi-puisi tersebut. </span><br /><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>riskahttp://www.blogger.com/profile/07060621046321279808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1817786201355689741.post-46553698734991214932017-06-16T21:31:00.000-07:002019-04-07T03:02:57.877-07:00Semua Akan Cie Cie pada Waktunya #Jilid 3<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgo5jjDYtNgxYREiByJhykzrgQnuh07l22JLvHvWc6t5cKC6j1q3Xlm-tQY7UPh9ecWucUwwNGHd7QaY86wn_Cb7E4Ou5BRW43rq40mlF1VEpouG3Je6vht-_kb6IU2Ph69ph8fqjr5Elo/s1600/IMG_20160506_093055.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgo5jjDYtNgxYREiByJhykzrgQnuh07l22JLvHvWc6t5cKC6j1q3Xlm-tQY7UPh9ecWucUwwNGHd7QaY86wn_Cb7E4Ou5BRW43rq40mlF1VEpouG3Je6vht-_kb6IU2Ph69ph8fqjr5Elo/s400/IMG_20160506_093055.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Semua Akan Cie Cie pada Waktunya</td></tr></tbody></table><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br />Awal tahun 2017 saya mendapatkan mimpi siang hari yang sangat horor. Sebagai desainer grafis, mimpi saya pun berkaitan dengan soal mendesain dan mencetak. Dalam mimpi tersebut, saya mendapatkan pesanan membuat kartu undangan dari lima teman yang akan menikah di awal tahun. Bayangkan, lima teman saya mau menikah dan mereka memesan kartu undangan kepada saya. Sungguh, horor maksimal!<br /><br />Untunglah hal itu hanya mimpi meskipun setelah terbangun hati saya sempat berjumpalitan tak keruan juga. Saya pun teringat sebotol madu dan sari kurma yang beberapa waktu lalu saya beli. Saya ingin memimum kedua suplemen agar badan senantiasa sehat dan bugar karena saya tahu di tahun yang baru ini cobaan bagi para jomblo akan semakin berat. Ini ujian, ini ujian, demikian mantra yang perlu sering dirapal saat mendapat kartu undangan walimahan, apalagi jika berasal dari mantan.<br /><br />Sebagai jomblo akhir zaman, saya merasa selalu dipandang rendah oleh orang lain yang sudah berkembang biak, eh maksudnya yang sudah menikah. Dan saya yakin, saya punya teman senasib sememprihatinkan yang tak sedikit, atau malah banyak sekali.<br /><br />Saya bertanya-tanya kepada rumput yang berjoget ataupun kepada rembulan yang bersolek, mengapa para jomblo selalu dihina dan diremehkan? Mengapa... oh... mengapa?<br /><br />Ada yang mengambil sudut pandang agama dalam merisak para jomblo. Dikatakan bahwa jomblo adalah makhluk yang tidak sempurna karena belum menemukan separuh jiwanya. Jomblo adalah seburuk-buruk manusia jika meninggal. Jomblo adalah orang yang tidak yakin dan tidak tawakal dengan rezeki Tuhan. Lalu mereka pun mengiming-imingi nikmatnya nikah muda. Bahkan, ada seminar nikah muda, plus menghadirkan praktisinya. Haibat sekali, bukan! <br /><br />Ada yang menghitung-hitung dari segi ekonomi. Jika kamu menikah pada usia 20 tahun, saat anakmu masuk perguruan tinggi yang membutuhkan banyak biaya, kamu masih berusia sekitar 40 tahun. Artinya, kamu masih kuat mencari nafkah. Jika kamu menikah pada usia 30 atau 35 tahun, maka ketika anakmu kuliah, kamu sudah tua dan sudah tidak kuat lagi bekerja. Jadi susah kamu nanti. Begitulah ancaman-ancaman yang ditembakkan para ahli ekonomi untuk menakut-nakuti para jomblo yang kunjung naik ke pelaminan. Seolah-olah jomblo karatan bakal berkubang dalam kemiskinan.<br /><br />Ahli Psikologi punya penilaian sendiri. Seseorang yang menikah akan lebih cepat dewasa karena ditempa pengalaman dan permasalahan, serta hasratnya bisa tersalurkan dengan aman. Orang yang belum menikah cenderung punya sifat kekanak-kanakan, tidak bertanggung jawab, pemalas, sering keluyuran tak jelas, dan suka membayangkan yang bukan-bukan. Apakah memang benar demikian?<br /><br />Ahli kesehatan berkata lain lagi. Menikah usia muda itu memungkinkan memiliki anak yang sehat dan cerdas. Jika kamu menikah saat usiamu kepala tiga lewat, bakal susah mendapat anak dan risiko melahirkan tidak normal lebih besar. Aih... seremnya... <br /><br />Ahli perbintangan berkata lebih tajam, “Kamu lahir di bawah bintang kegelapan sehingga kamu akan susah bertemu dengan jodohmu.” E, lhadalah... <br /><br />Kenapa, sih, mereka pada suka mengolok-olok para jomblo seakan-akan jomblo adalah makhluk paling mengenaskan dan paling hina-dina sedunia?<br /><br />Saudara-saudara sebangsa jagat maya, janganlah merisak para jomblo. Mereka itu sudah menderita tekanan batin setiap hari, janganlah kamu tambahi penderitaannya. Tak kasihankah engkau melihat wajah-wajah kuyu nan pucat yang merindukan belaian itu? <br /><br />Lagipula, jodoh itu kan di tangan Tuhan. Bukan di tangan manusia. Sudah ditentukan jodoh dengan siapa dan kapan waktunya. Beruntunglah engkau yang menikah duluan. Tapi, jangan mengolok yang belum naik ke pelaminan. Itu namanya mengolok takdir Tuhan.<br /><br />Kita harus meyakini bahwa semua akan cie-cie pada waktunya. Jodoh tidak bisa dipaksakan. Tidak bisa dipercepat, tidak pula bisa dilambatkan. Soal menikah bukan pula soal dulu-duluan. Bukan balapan yang siapa cepat dia hebat.<br /><br />Saya yakin, semua jomblo pasti ingin segera duduk di pelaminan bersama <strike>Dian Sastro Wardoyo </strike>kekasih pujaan hatinya. Tapi, ada satu dua hal yang menjadi halangan sehingga pernikahan pun tak bisa segera diwujudkan. <br /><br /><i>Pertama</i>, ada orang yang dia siap menikah lahir batin. Wajah tampan rupawan, pekerjaan nyaman dan mapan, kendaraannya bukan kreditan. Tapi, keluarganya belum mengizinkan dia untuk menikah dengan berbagai alasan. <br /><br /><i>Kedua</i>, ada orang yang keluarganya sudah memberi lampu hijau, wajahnya menawan banyak menarik hati perawan. Tapi, sayang ia tak punya kerjaan. Menjadi pengangguran yang tinggal di kamar sewaan, yang setiap akhir bulan sering makan mie instan. <br /><br /><i>Ketiga</i>, ada orang yang keluarganya oke-oke aja, kerjaannya jadi orang kantoran, duitnya banyak di tabungan.Tapi sayang, wajahnya fakir ketampanan hingga para wanita pun enggan berdekatan. <br /><br /><i>Keempat</i>, ada orang yang keluarganya oke banget, pekerjaannya bergengsi, mobilnya sedan, wajahnya aduhai mengundang perhatian para janda dan perawan. Tapi sayang, ia takbisa move on dari mantan yang sudah ditikung oleh teman.<br /><br />Dan ada alasan-alasan lainnya yang membuat para jomblo tak bisa segera melangsungkan perkawinan dengan gadis idamannya.<br /><br />Orang-orang yang suka merisak itu apakah mereka paham dengan permasalahan setiap jomblo itu sehingga setiap ketemu selalu saja melemparkan olok-olok. Tak tahukah mereka kata-kata bijak yang mengatakan, “Janganlah kamu mengolok-olok para jomblo. Belum tentu kamu lebih baik daripada yang kamu olok-olok itu. Bisa jadi para jomblo yang kamu olok-olok lebih baik daripada dirimu.” <br /><br />Saudara-saudara, simak dan resapilah kalimat bijak di atas. <br /><br />Jika mengaku sebagai teman, alangkah baiknya berusaha membantu temannya yang kesulitan mencari jodoh. Yang kesulitan ekonomi, dibantulah dengan mencarikan pekerjaan. Yang kesulitan izin orang tua, dibantulah lobi-lobi dan negosiasi dengan orang tua dan kerabatnya. Yang kesulitan melupakan mantan, dibantulah mencarikan yang pengganti yang sepadan. Yang kesulitan dengan wajanya yang pas-pasan, ya dibiarkan saja karena itu sudah suratan, kecuali kalau mau operasi plastik di Korea Selatan.<br /><br />Pesan dan wasiat saya untuk para jomblo: </span><br /><ul><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><li>Jika kesulitan mencari rezeki, maka kerja... kerja... kerja... </li><li>Jika kesulitan mencari jodoh, maka kejar... kejar... kejar...</li><li>Ingatlah selalu pesan bijak berikut ini, “Hai, orang-orang yang bersendirian, tenangkanlah perasaanmu dan lapangkanlah hatimu. Jodoh tak akan ke mana. Takkan dipercepat, tak pula diperlambat. Bersabarlah, semua akan cie-cie pada waktunya.”</li></span></ul><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"></span><br /><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>riskahttp://www.blogger.com/profile/07060621046321279808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1817786201355689741.post-71705661968808084582017-06-16T11:40:00.000-07:002019-04-07T03:02:58.065-07:00Film India: Antara Pujian dan Cacian<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaFcItSgB2r8gV-Fq2XYbGIuRifd67-jYyjJYAeQR8HogwP5x2Mtkq19zDEEceXp70KO-ga-CVBEHQA2mqcoEAjpdYuCJgCHjPQGKLBepB356_DgoTVaIXTwHz4ab0CGQyxZYFMCdvRLA/s1600/bukunya.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaFcItSgB2r8gV-Fq2XYbGIuRifd67-jYyjJYAeQR8HogwP5x2Mtkq19zDEEceXp70KO-ga-CVBEHQA2mqcoEAjpdYuCJgCHjPQGKLBepB356_DgoTVaIXTwHz4ab0CGQyxZYFMCdvRLA/s400/bukunya.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">sumber gambar: bukupocer[dot]com</td></tr></tbody></table><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />Judul : <i>Aku dan Film India Melawan Dunia</i> (Buku I)<br />Penulis : Mahfud Ikhwan<br />Cetakan : 2017<br />Tebal : viii + 150 hlm<br />Penerbit : EA Books<br />ISBN : 978-602-1318-47-8</span><br /><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;"></div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;">“<em style="box-sizing: border-box;">Seperti film porno, film India disukai sekaligus tidak diakui, dikonsumsi tapi dianggap terlalu kotor untuk dibincangkan, ditonton sendirian kemudian dihinakan di depan banyak orang</em>.” (hal. 4)</div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;">Banyak orang yang sudah menonton film biru di dalam kamar tertutup. Akan tetapi, di depan teman-temannya ia akan berpura-pura sebagai seseorang yang lugu yang belum pernah melihat adegan-adegan dewasa itu sedikit pun. Begitu pula dengan film India. Banyak yang dengan rela menumpahkan air mata saat si tokoh utama berpisah dengan kekasihnya di film India atau ikut menggoyangkan pinggul saat si tampan dan si seksi bernyanyi dan berjoget mengelilingi pohon. Namun—sebagaimana film porno—tak ada yang membicarakan adegan-adegan film India dalam arisan bulanan atau obrolan <em style="box-sizing: border-box;">ngalor-ngidul</em> di kafe sepulang kerja. Intinya, film India adalah tontonan rendahan dan menjadi aib bagi orang yang menontonnya.</div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;">Generasi 90-an merasakan betul keadaan tersebut. Demikian pula yang dirasakan oleh Mahfud Ikhwan, si penulis yang masa remajanya disesak-penuhi heroisme film India, dan juga goyangan artisnya. Maka, menuliskan sesuatu—seremeh apa pun—tentang film India adalah sebuah keberanian luar biasa. Sebuah keberanian untuk melawan pandangan orang banyak, melawan dunia, melawan semesta. Kata penulisnya, <em style="box-sizing: border-box;">dushman dunia ka,</em> ‘sang musuh semesta’.</div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;">Sebelum diterbitkan, sebagian besar tulisan dalam buku ini diunggah dalam blog pribadi penulisnya yang beralamat di <em style="box-sizing: border-box;">dushmanduniyaka.wordpress.com</em>. Sebagai penikmat film India yang kadang-kadang malu mengakuinya, saya sudah sering bertamu ke blog tersebut. Sebagai sebuah blog, tulisan-tulisan Mahfud Ikhwan memang cenderung bersifat pribadi, bersifat intim. Demikian pula buku ini yang pembahasannya memang subjektif. Dalam bab “Thank You, India (Movies)!”, Mahfud Ikhwan memberikan tiga alasan mengapa ia menyayangi, merawat, dan membela film India. “Pertama<em style="box-sizing: border-box;">, ia sulit didapat; </em>kedua<em style="box-sizing: border-box;">, ia membuat saya merasa kaya; dan </em>ketiga<em style="box-sizing: border-box;">, ia menjadikan saya merasa istimewa</em>.” (hal.6)</div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;">Di tanah air, film India sempat menimbulkan ramai diperbincangkan saat Briptu Norman bergoyang dan bernyanyi “Chaiyya-Chaiyya” yang merupakan lagu latar film “Dil Se” (1998). Namun, peristiwa itu ibarat <em style="box-sizing: border-box;">ngobong-obong blarak</em> ‘membakar daun kelapa’ yang cepat dan mudah terbakar, namun cepat dan mudah pula padam. Pada satu masa, Norman dipuja dan wajahnya muncul di berbagai stasiun televisi. Masa berikutnya, ia sudah terlupakan oleh media.</div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;">Sinema India menemukan momentumnya kembali ketika muncul sinetron Mahabharata dengan deretan aktor yang tampan dan barisan aktris yang cantik. Sejak saat itu, layar kaca dibanjiri sinetron dari negeri Sungai Gangga ini. <em style="box-sizing: border-box;">Rating</em> sinetron India pun mengalahkan kontes dangdut, bahkan mengalahkan tayangan pertandingan sepak bola. Namun, hal itu hanya berlaku untuk sinetron yang merupakan film berseri, bukan untuk film layar lebar. Film-film India secara umum masih terpinggirkan. Membicarakan sinetron India sudah menjadi salah satu menu obrolan, tapi membicarakan film (layar lebar) India, masihlah menjadi sesuatu yang aneh.</div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;"></div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;"><span style="box-sizing: border-box; font-weight: 700;">Perjuangan Menonton Film India</span></div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;">Pada masa sebelum televisi menjadi barang yang memang semestinya ada di setiap rumah, menonton film India merupakan sebuah perjuangan yang berat. Dalam bab “Nonton India: Perjuangan Tak Berkesudahan”, Mahfud Ikhwan menceritakan perjuangan beratnya bersama teman-teman sekampung ketika ingin menonton film India.</div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;">Pada masa itu, di kampungnya hanya ada beberapa yang warga yang memiliki televisi dengan sumber energi berasal dari aki. Untuk menonton film India—yang seringnya tayang pada malam atau bahkan dini hari—Mahfud Ikhwan dan kawan-kawan seperjuangannya harus melobi si pemilik televisi dan memastikan akinya cukup untuk menghidupi televisi hingga beberapa jam. Tak jarang, mereka sampai ke luar kampung untuk mendapatkan televisi yang bisa dan boleh ditonton.</div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;">Munculnya pemutar video dengan layar proyektor membuat aktivitas menonton film India menjadi lebih semarak. Namun, yang tetap menjadi masalah adalah sulitnya mendapatkan video film India. Begitu juga saat teknologi CD <em style="box-sizing: border-box;">player</em> mulai dikenal orang-orang kampung. Meskipun CD yang berisi lagu-lagu <em style="box-sizing: border-box;">soundtrack</em> film India tidak terlalu sulit didapatkan, namun lagi-lagi, CD film India masih menjadi barang langka. Mencari film India ibarat mencari sebatang pulpen di dalam lapangan sepak bola.</div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;">Kegandrungan Mahfud Ikhwan terhadap film India sempat menurun saat ia merasakan “lelah” memburu film-film India. Namun, komputer dan internet menjadi berkah tersendiri bagi pencinta film India. Film-film India bisa dengan mudah ditemukan di internet. Sayang, untuk film-film <em style="box-sizing: border-box;">lawas</em>, belum ada <em style="box-sizing: border-box;">subtitle</em>-nya. Di sinilah keisengan Mahfud Ikhwan bermula. Ia mencoba menerjemahkan beberapa film India hingga akhirnya ia menyadari tidak berbakat dalam hal tersebut.</div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;"></div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;"><span style="box-sizing: border-box; font-weight: 700;">Banjir Kuch Kuch Hota Hai Menenggelamkan Angry Young Man</span></div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;">Film India masa kini berbeda dengan masa sebelum tahun 2000, atau lebih khususnya sebelum masa “banjir” film “Kuch Kuch Hota Hai”. Film yang melambungkan nama Shah Rukh Khan (SRK) itu telah menenggelamkan film-film <em style="box-sizing: border-box;">angry young man</em> yang berjaya pada tahun 70-an hingga 90-an. Dari film-film <em style="box-sizing: border-box;">angry young man </em>itulah generasi 90-an mengenal Amitab Bachchan, Jackie Shroff, Anil Kapoor, dan Sunny Deol. Juga Ajay Devgan, Akhsay Kumar, Sanjay Dutt, Salman Khan, Aamir Khan. Muhajjah</div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;">Pada masa itu, SRK hanyalah aktor yang tak diperhitungkan yang sering berperan sebagai antagonis. Tapi, semuanya berubah sejak “Kuch Kuch Hota Hai” menyerang. SRK merajai Bollywood. SRK yang sebelumnya berakting bagus sebagai antagonis dalam beberapa film pada awal 90-an menjelma menjadi SRK yang perayu dan pandai menguras air mata. Mahfud Ikhwan yang menggandrungi genre <em style="box-sizing: border-box;">angry young man </em>pun merasa benci-rindu dengan SRK. Hal tersebut diungkapkannya dalam bab “Shah Rukh Khan si Bajingan”.</div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;">Saya sendiri menyukai SRK meskipun beberapa filmnya memang membosankan untuk ditonton. Salah satu film SRK yang berkesan bagi saya yaitu “Shakti: The Power”, yang kebetulan menjadi salah satu film favorit Mahfud Ikhwan karena menampilkan Nana Patekar. Siapakah Nana Patekar?</div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;">Soal pengidolaan aktor, dengan terang Mahfud Ikhwan menyebut Nana Patekar. Ia membahasnya dalam bab tersendiri dengan cukup panjang dalam “Nana dan Saya”. Nana Patekar dengan tatapan menelisik setajam elang itu memang mudah membuat orang penasaran. Mahfud Ikhwan, bisa dibilang merasa “jatuh cinta pada pandangan pertama” dengan Nana. Ia melihat penampilan Nana pada sebuah film India yang ditontonnya pada dini hari. Sejak saat itu, Mahfud Ikhwan selalu mencari informasi tentang Nana Patekar dan film di mana ia berperan yang seringnya sebagai tokoh antagonis, atau tokoh abu-abu.</div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;">Soal idolanya ini, Mahfud Ikhwan menyebutkan, “<em style="box-sizing: border-box;">Saya menyukainya bahkan sebelum tahu namanya. Tak seperti kata orang Jawa bahwa rasa suka muncul dari seringnya berjumpa, saya menyukainya karena ia begitu sulit ditemui. Ia begitu misterius. Hampir selalu muncul tanpa pengenal, tanpa inisial, tapi daya pukaunya luar biasanya.”</em> (hal.49)</div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;">***</div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;">Salah satu yang patut diapresiasi dari perfilman India yaitu kebanggaan para sineasnya untuk menampilkan latar India, budaya dan patriotisme India. Nasionalisme sangat terasa dalam sebagian besar film-film India. Mahfud Ikhwan menyebutkan, “<em style="box-sizing: border-box;">Pada dasarnya sinema India, hampir secara keseluruhan hingga usianya yang ke seratus tahun, disadari atau tidak adalah usaha panjang, terus-menerus, kadang memutus-asakan, untuk menjaga, menemukan, atau menemukan kembali keindiaan</em>.” (hal.110-111)</div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;">Disebutkan beberapa film India yang menggambarkan karakter keindiaan di antaranya “Rang De Basanti” (2006), “Delhi-6” (2009), serta film-film <em style="box-sizing: border-box;">angry young man</em> yang karakter tokoh utamanya “Inspektur Vijay” dianggap sebagai “gambaran sejati tentang India”.</div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;">***</div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;">Buku <em style="box-sizing: border-box;">Aku dan Film India Melawan Dunia </em>merupakan buku pertama tentang film India yang saya baca. Dan saya belum menemukan buku lain semisalnya. Sampul buku ini menampilkan Irfaan Khan dalam pakaian yang sederhana yang berasal dari poster film “Billu” (2009). Dengan perpaduan warna merah dan hitam, membuat buku ini menegaskan posisinya yang tidak berada di arus utama, tidak dalam budaya populer, dan—sepertinya—tidak bakalan <em style="box-sizing: border-box;">best seller</em>. Judulnya terlihat mencolok dengan warna putih. Secara umum, buku ini terlihat seperti malu-malu tapi ingin diperhatikan, sederhana tetapi tampak angkuh.</div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;">Membaca buku <em style="box-sizing: border-box;">Aku dan Film India Melawan Dunia </em>mungkin masuk dalam daftar aktivitas yang tak ingin dilakukan di tempat umum. Bagaimanapun, film India (bukan sinetron India) belumlah menjadi tontonan populer di Indonesia. Menonton dan membahasnya—juga membaca buku tentang film India—masihlah menjadi hal yang bisa mendatangkan tatapan sinis. Jika memang berani malu atau memang tak peduli dengan omongan orang, maka bacalah buku ini di depan umum. Dan selamat menikmati. <em style="box-sizing: border-box;">Chaiyya…. Chaiyya….</em></div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;"><em style="box-sizing: border-box;"><br /></em></div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; margin-bottom: 24px; text-align: justify;"><em style="box-sizing: border-box;"><span style="color: #555555; font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: x-small; font-style: normal; text-align: left;">***</span><br style="color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: small; font-style: normal; text-align: left;" /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; text-align: left;">Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di basabasi.co pada tanggal 1 April 2017. </span></em></div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; margin-bottom: 24px; text-align: justify;"><em style="box-sizing: border-box;"><span style="color: #555555; font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: x-small; font-style: normal; text-align: left;"><br /></span></em></div><div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 24px; text-align: justify;"><em style="box-sizing: border-box;"><span style="color: #555555; font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: x-small; font-style: normal; text-align: left;"><br /></span></em></div>riskahttp://www.blogger.com/profile/07060621046321279808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1817786201355689741.post-53176811419164520162017-06-16T11:11:00.000-07:002019-04-07T03:02:58.254-07:00 KURMA: Kemah yang Tak Biasa<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXHQNOdm9nO8LenU7NrtGKJN2DxWLeOpx1LHaqa73Obqppce0RvHbpw3S60XfA7rZtj155_Xm62p1OSss1j0fVwTJlUVFr1myma1GoR-Nh-95BjGU38Q6yDnrBKqq50lZKk2gwbKKXleU/s1600/100_4823.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1203" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXHQNOdm9nO8LenU7NrtGKJN2DxWLeOpx1LHaqa73Obqppce0RvHbpw3S60XfA7rZtj155_Xm62p1OSss1j0fVwTJlUVFr1myma1GoR-Nh-95BjGU38Q6yDnrBKqq50lZKk2gwbKKXleU/s400/100_4823.JPG" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kerennya....</td></tr></tbody></table><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><a href="http://www.sukrisnosantoso.com/2017/06/forum-imtaq-wa-rohmah-sekali-berarti.html" target="_blank"><br />Forum IMTAQ wa Rohmah memiliki banyak agenda kegiatan setiap tahun</a>. Salah satu kegiatan yang paling berkesan di IMTAQ adalah KURMA yang merupakan kependekan dari Kemah Ukhuwah Remaja Masjid. Dulu cukup disebut Mukhoyam, biasanya dilaksanakan selama 3 hari 2 malam. Sudah berapa kali Kurma dilaksanakan, saya tak tahu pasti. Seingat saya, dulu diagendakan setahun sekali. Namun, karena kondisional terkadang terlaksana dua tahun sekali.<br /><br />KURMA berbeda dengan kemah pada umumnya. Kurma bukan kemah hura-hura yang penuh nyanyi-nyanyi dan joget-joget. Kurma bukan pula satu macam kegiatan outdoor seperti hiking atau mendaki. Kurma bukan pula seperti kemah Pramuka.<br /><b><span style="color: blue; font-size: large;"><br /></span></b></span><br /><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><b><span style="color: blue; font-size: large;">Peserta Kemah</span></b></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Selama ini peserta Kurma tidak pernah banyak. Biasanya berkisar antara 20-30 orang. Target peserta Kurma adalah remaja usia SMP dan SMA serta mahasiswa. Kemah ini cukup berat sehingga anak usia SD tidak diperbolehkan ikut. Para peserta yang akan ikut Kurma mestilah memiliki badan yang sehat. Tak kalah penting ialah para peserta mendapat izin orangtuanya.</span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgt67wsr8P30kOQ0vhXTxDQ9TMZOJRs1xKrcjWQVYs-xvNuz7aBdDiy-vjzQBQp4JtywyT5Q2VZlAOwPEs49Gg4XT1TX9ya2HAaOH54hH5Am1HCvg7wC5s2xiLYLKjJqb_IECqC_IcxH9o/s1600/S4031541.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgt67wsr8P30kOQ0vhXTxDQ9TMZOJRs1xKrcjWQVYs-xvNuz7aBdDiy-vjzQBQp4JtywyT5Q2VZlAOwPEs49Gg4XT1TX9ya2HAaOH54hH5Am1HCvg7wC5s2xiLYLKjJqb_IECqC_IcxH9o/s400/S4031541.JPG" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kurma tahun 2008, saat masih unyu-unyu</td></tr></tbody></table></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnttd5XWykmOMJC5NnzKqWmYDns9ROxliN1rrj-mVDmE91USrvch8n5O9RTPHkpMfTl9RNb1pDFpiqPqqxr3OwcC0Fgop7ZPv2K-KPFN67b4R956lQbafCBxGAd3ecIWf2YdudBSIE9QM/s1600/IMG_0904.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnttd5XWykmOMJC5NnzKqWmYDns9ROxliN1rrj-mVDmE91USrvch8n5O9RTPHkpMfTl9RNb1pDFpiqPqqxr3OwcC0Fgop7ZPv2K-KPFN67b4R956lQbafCBxGAd3ecIWf2YdudBSIE9QM/s400/IMG_0904.JPG" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kurma tahun 2009 di Selo, Boyolali</td></tr></tbody></table><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQnL7SuWCEam_8uyg4FavnB0_-rxrpb-9O2PPqUN6Rjcb0izgzrs1PkVBB293B7JERgUHJG02rWf5EjbR_6KCHztsODTBUmR0PcR_di4oFVziaanieTGhFm6PNcKolhYmR03kQS0rpEIw/s1600/IMG_0873.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="997" data-original-width="1391" height="286" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQnL7SuWCEam_8uyg4FavnB0_-rxrpb-9O2PPqUN6Rjcb0izgzrs1PkVBB293B7JERgUHJG02rWf5EjbR_6KCHztsODTBUmR0PcR_di4oFVziaanieTGhFm6PNcKolhYmR03kQS0rpEIw/s400/IMG_0873.JPG" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ini anaknya siapa, sih</td></tr></tbody></table><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><b><span style="color: blue; font-size: large;"><br /></span></b></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><b><span style="color: blue; font-size: large;">Lokasi Kemah</span></b></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Lokasi untuk Mukhoyam atau Kurma biasanya di lereng gunung. Tempat yang dekat dengan hutan serta jauh dari keramaian. Dan biasanya udaranya sangat dingin. Tempat yang pernah menjadi lokasi Kurma di antaranya Buper Sekipan, Tawangmangu. Di sini sangat dingin. Apalagi kalau malam hari. Siang hari saja udaranya cukup dingin. Dahulu –sebelum tahun 2010—tempat ini memang sudah cukup terkenal tapi belum seramai sekarang ini.<br /><br />Selain Sekipan, Buper lain yang dipakai untuk Kurma adalah Segorogunung, Kemuning. Tempatnya di daerah bukit yang banyak ditanami sayuran oleh warga. Di daerah ini juga terdapat kebun teh yang sangat luas. Pemandangan di Segorogunung sangat indah, baik siang maupun malam. Siang dengan hamparan hijau sayuran dan kebun tehnya, malam dengan kerlap-kerlip lampu kota di kejauhan yang tampak seperti bintang-bintang yang bersinar.<br /><br />Buper Kayu Ijo, Ngargoyoso juga sering digunakan untuk kegiatan Kurma. Letaknya tepat di atas air terjun Parangijo. Jadi, kegiatan kemah di sini bisa sekaligus bermain di air terjunnya. Tempat di Tawangmangu yang terakhir digunakan untuk kemah yaitu Buper Tlogo Dringo. Ini adalah tempat paling tinggi dan paling dingin yang pernah digunakan. Tlogo Dringo sering digunakan sebagai lokasi diksar organisasi pecinta alam. <br /><br />Kurma pernah pula dilaksanakan di lereng gunung Merbabu, tepatnya di daerah Selo, Boyolali. Tempatnya cukup ekstrim, karena tidak terlalu jauh dari lokasi kemah terdapat jurang. Tempat ini termasuk jarang digunakan untuk kemah dan sepertinya sekarang sudah jarang atau tidak ada lagi yang menggunakannya.</span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgf4T6KTIwRhA2BDh5HMLLQg-PbndkPBqeMEpOI7b98-B24ITt9BBiBZr5z4vj6o6SffCmErS65RO8EDRYlSkicR-tnBWH7O3EaoHI4uku5Huxe_9SRNBvlbv7VZ3iBdpdIbmoL-nQqr5Y/s1600/100_4768.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1203" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgf4T6KTIwRhA2BDh5HMLLQg-PbndkPBqeMEpOI7b98-B24ITt9BBiBZr5z4vj6o6SffCmErS65RO8EDRYlSkicR-tnBWH7O3EaoHI4uku5Huxe_9SRNBvlbv7VZ3iBdpdIbmoL-nQqr5Y/s400/100_4768.JPG" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-XmyqHixOSZRb4-bG71tB7aFSH5E7hMYeAv9atPqMiOmGZUhdBh-K4LNe9l7aEcglklbDOsNSBZ2MEMHzoePlhJP30eT3dXzEgAge1P5Fod66gjzzo6ajSsSM3JPPwAKA5to7k9_Rfj0/s1600/IMG_0852.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-XmyqHixOSZRb4-bG71tB7aFSH5E7hMYeAv9atPqMiOmGZUhdBh-K4LNe9l7aEcglklbDOsNSBZ2MEMHzoePlhJP30eT3dXzEgAge1P5Fod66gjzzo6ajSsSM3JPPwAKA5to7k9_Rfj0/s400/IMG_0852.JPG" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4n9tKknu64wd9QMvUieSZ_bxogmwvbkoTjLMk4sV2upIn3c9UY911g7-YI90NotPuu_NnP4aLYCLv__xFJ-lq3JCROLWxkI0-cPw-fVnNPFCVVjr8R-di48RvCWMYWsduZ9u-e9DeYw8/s1600/SAM_0407.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4n9tKknu64wd9QMvUieSZ_bxogmwvbkoTjLMk4sV2upIn3c9UY911g7-YI90NotPuu_NnP4aLYCLv__xFJ-lq3JCROLWxkI0-cPw-fVnNPFCVVjr8R-di48RvCWMYWsduZ9u-e9DeYw8/s400/SAM_0407.JPG" width="400" /></a></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><b><span style="color: blue; font-size: large;"><br /></span></b></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><b><span style="color: blue; font-size: large;">Kegiatan Kurma</span></b></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Kegiatan Kurma cukup berat. Outbond dan permainnya seru serta cukup menguras tenaga dan pikiran. Ada permainan meniti jembatan tali, berayun dari ketinggian 2 meter lebih, dan kegiatan fisik lainnya. Ada tuh yang waktu berayun dia takmau melepaskan talinya hingga dia berayun-ayun terus di atas. Mungkin saking takutnya kali. <br /><br />Pernah suatu malam yang gelap dan dingin, sekira pukul dua dini hari, para peserta dibangunkan kemudian disuruh guling-guling di rumput. Untungnya sih, waktu itu saya menjadi panitia jadi tidak ikut guling-guling. Dalam kondisi menahan kantuk berat, mereka berguling, salto ke depan mencapai jarak tertentu. Percayalah, itu sungguh kegiatan yang sangat berat. Rata-rata kepalanya langsung pusing. Sampai ada yang muntah segala.<br /><br />Malam yang lain, para peserta dibangunkan disuruh membongkar tenda dan dimulailah game perang gerilya. Sewaktu di Buper Sekipan, malam hari peserta dibangunkan dan diajak mengikuti permainan Rangers Patrol. Rangers Patrol adalah permainan perang dengan misi mengambil slayaer (kain) milik musuh. Para peserta berkelompok dan berpencar, lalu bergerilya mencari kelompok lain. Maka, tak ayal terjadi banyak tubrukan dan gulat di rumput untuk saling merebut slayer. Ini permainan yang sangat seru, menegangkan, dan menyenangkan.<br /><br />Pada Kurma yang lain, malam hari diisi dengan kegiatan uji nyali. Karena dekat dengan hutan dan jauh dari perkampungan penduduk, lokasi Kurma gelap. Ada permainan uji nyali mengambill slayer di tempat yang agak jauh dan gelap, katakanlah masuk ke dalam hutan. Waktu di Buper Kayu Ijo, saya menjadi “penunggu” slayer, mengawasi para peserta dari tempat persembunyian. <br /><br />Para peserta secara sendiri-sendiri mencari-cari slayer yang ditaruh secara acak. Ada peserta yang dengan gagah berani mencari dan langsung menemukan slayer. Ada peserta yang terlihat takut, berjalan pelan-pelan sambil menengok kanan kiri. Ada peserta yang saking takutnya mengucap “Allahu akbar” dengan keras dan berulang-ulang. Ada yang lari tanpa mengambil slayer. Ah, lucu kalau mengingat tingkah para peserta waktu itu. <br /><br />Oh ya, adakah yang ingat saat permainan sepakbola hutan? Yaitu sepakbola yang tempatnya di hutan sehingga banyak pohon penghalang. Membuat permainannya semakin susa, kan. Siapa ya, yang dulu niat hati mau menendang bola tapi malah kena batang pohon. Tahu sendiri akibatnya kalau mau mengadu kaki dengan batang pohon.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAGnFXlwfpyp-HBSNWVKiCKa4n-MuNBTc6-SB9wwwKWaM1QBMwXxlldhIJp5FowzwTRNi8wDT8P_RMiVtuTO6tfXyNtUVi5wdCbGVhi1DpYwN31AjkvynFC1dMKAAcKX2PjMEBFRm6Glo/s1600/100_4807.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1203" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAGnFXlwfpyp-HBSNWVKiCKa4n-MuNBTc6-SB9wwwKWaM1QBMwXxlldhIJp5FowzwTRNi8wDT8P_RMiVtuTO6tfXyNtUVi5wdCbGVhi1DpYwN31AjkvynFC1dMKAAcKX2PjMEBFRm6Glo/s400/100_4807.JPG" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXzlQMW8L_jRkjXPzmR8JqRr1zmyAN0vjxdWiRhp2RmJaqb9WfNwVtyVta4oaO5MO7YdAOz1v3mBTl4mF7BJD33ydJtunc2emC0sbNLbNhO36rAz4Zq30jcENKlOenioefeYjlrbuvHjM/s1600/100_4830.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1203" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXzlQMW8L_jRkjXPzmR8JqRr1zmyAN0vjxdWiRhp2RmJaqb9WfNwVtyVta4oaO5MO7YdAOz1v3mBTl4mF7BJD33ydJtunc2emC0sbNLbNhO36rAz4Zq30jcENKlOenioefeYjlrbuvHjM/s400/100_4830.JPG" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTWTYKx5HDcc3jE8TYaJnrWT7hTMiUE1a6T5cdCvfcFypztVZ_YZzPSJ4PNrmixzSPM5JFlvRcWerqHkqWMqycrxzy1RDJH3TkTaeChReYqHGfdtXJuBZ-4tEvU19Pledo_NXSmVA3Sks/s1600/IMG_0903.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTWTYKx5HDcc3jE8TYaJnrWT7hTMiUE1a6T5cdCvfcFypztVZ_YZzPSJ4PNrmixzSPM5JFlvRcWerqHkqWMqycrxzy1RDJH3TkTaeChReYqHGfdtXJuBZ-4tEvU19Pledo_NXSmVA3Sks/s400/IMG_0903.JPG" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrZUoddfm4GQQmlrswkTZK4pg-GqWp8ngzLysqtjqMDqkxA4MT3eA64TK9kQL199jtL4Ey2JzsqMVwqcqnaBgfQWdwirGug7BdOooB36zH1SXGiGe_Fbs9RPyPTkv5Cvwg-k5S-cd1DoU/s1600/SAM_0458.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrZUoddfm4GQQmlrswkTZK4pg-GqWp8ngzLysqtjqMDqkxA4MT3eA64TK9kQL199jtL4Ey2JzsqMVwqcqnaBgfQWdwirGug7BdOooB36zH1SXGiGe_Fbs9RPyPTkv5Cvwg-k5S-cd1DoU/s400/SAM_0458.JPG" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4_5g-8yevcY-BhPtDAJaS9kLfTigsD0ZPe9STiuNGfzf7TOHcz-LpnMXz5hpqpxcUBA2HbYCBPJ_ZuKkznabwa0PvQnPvtTgs7BUxPRWnebGdET79tXZ-tgdyN-q9Y6PIHwZ8PwDnWqU/s1600/SAM_0487.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4_5g-8yevcY-BhPtDAJaS9kLfTigsD0ZPe9STiuNGfzf7TOHcz-LpnMXz5hpqpxcUBA2HbYCBPJ_ZuKkznabwa0PvQnPvtTgs7BUxPRWnebGdET79tXZ-tgdyN-q9Y6PIHwZ8PwDnWqU/s400/SAM_0487.JPG" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEismOhHn1Wj2B7RVpkhRq7LFc91j4zu_CXA-CIRFBUw5kyhECKvmPHwRFZknsvfwU2rRKX-Tfso5gcZK0i7pUxyPtiBw7VKLFZDzA-2uEywc_FiuNq6qLg9nr511__iaKLAUTTEd0_ORcM/s1600/SAM_0519.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEismOhHn1Wj2B7RVpkhRq7LFc91j4zu_CXA-CIRFBUw5kyhECKvmPHwRFZknsvfwU2rRKX-Tfso5gcZK0i7pUxyPtiBw7VKLFZDzA-2uEywc_FiuNq6qLg9nr511__iaKLAUTTEd0_ORcM/s400/SAM_0519.JPG" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /><span style="color: blue; font-size: large;"><b><br /></b></span></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="color: blue; font-size: large;"><b>Masak</b></span><br />Memasak mandiri adalah ciri khas Mukhoyam atau Kurma. Para peserta secara berkelompok mempersiapkan perlengkapan dan bahan masak selama kemah. Dulu mereka memasak tanpa kompor. Jadi mereka membuat tungku api dengan batu atau batu bata dan mencari kayu bakar. Sialnya jika udara lembap atau habis turun hujan, kayu-kayu tidak ada yang kering. Semakin susahlah menghidupkan api. </span><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Yang pernah ikut Kurma pasti tahu ternyata betapa susahnya memasak makanan.</span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br />Asap membubung, memencar memenuhi pertendaan. Membuat tenggorokan sakit dan mata pedih. Kok susah banget sih membuat api yang besar. Masak di hutan dengan peralatan sekadarnya, jika beruntung dan pintar masak bakal mendapat menu makan yang enak. Setidaknya nasinya bisa matanglah. </span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Soalnya pernah kelompok saya menanak nasi, hasilnya setengah matang. Ada tempe setengah jadi yang ketika digoreng tidak jadi akhirnya dibuat sambal. Maka menu utama pagi itu adalah nasi setengah matang dan sambal tempe setengah jadi. Rasanya, begitulah. Tapi habis juga sih, namanya juga kelaparan, di hutan pula, dan adanya hanya itu.</span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEga4p0iIv6LeDIZlIGQqh1MrEjg0XRnnF52DBrB0xTb1hT0RNdzg3200VPkh4Mmj0NyFRdnk2kgWCUVLul1kMkRLCTSdfW1MNrOZVzSiRlQ6gUFEbidU5d0PdaAe7hO2GS0twU4b6xNKtg/s1600/IMG_0829.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEga4p0iIv6LeDIZlIGQqh1MrEjg0XRnnF52DBrB0xTb1hT0RNdzg3200VPkh4Mmj0NyFRdnk2kgWCUVLul1kMkRLCTSdfW1MNrOZVzSiRlQ6gUFEbidU5d0PdaAe7hO2GS0twU4b6xNKtg/s400/IMG_0829.JPG" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZRxiSE1bY2IhfgJeuZfCKvRo_NobfqxBo1TvD1vnjt_FC-0ZpCor_EOboZ6ZJ7yRZysMjUp05J38iDPyNYi98sdrxU71lqBkwsjHkA0CAu_IqYWE0H0y8mM7y9lzpgWxN7bld-MT4ntE/s1600/IMG_0830.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZRxiSE1bY2IhfgJeuZfCKvRo_NobfqxBo1TvD1vnjt_FC-0ZpCor_EOboZ6ZJ7yRZysMjUp05J38iDPyNYi98sdrxU71lqBkwsjHkA0CAu_IqYWE0H0y8mM7y9lzpgWxN7bld-MT4ntE/s400/IMG_0830.JPG" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBoZ0M0Fmk6gAQjG7fbAn45Ohze5s653hx5cDEaB2PIjy0xMITFyBiw2F2nmRlGS-QSGKp9oXefI3eMQBRihVIIcqos3w93L2NAw7SEkdEnjeGicagfYwy_hB4Um6bzkVE_3d2KcQTaV8/s1600/IMG_0852.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBoZ0M0Fmk6gAQjG7fbAn45Ohze5s653hx5cDEaB2PIjy0xMITFyBiw2F2nmRlGS-QSGKp9oXefI3eMQBRihVIIcqos3w93L2NAw7SEkdEnjeGicagfYwy_hB4Um6bzkVE_3d2KcQTaV8/s400/IMG_0852.JPG" width="400" /></a></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">***</span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br />Kegiatan kemah, susahnya kalau sedang hujan. Saat kemah di Tlogo Dringo, sampai lokasi disambut oleh hujan. Pakaian dan perbekalan basah. Sempat terlintas dalam pikiran ketua panitia untuk membatalkan acara. Namun, dengan tekad kuat dan kebersamaan, acara tetap berlanjut meski para peserta tidur dalam kondisi kedinginan. Semua pakaian termasuk pakaian dalam basah. Esoknya, mereka pun menjemur semua pakaian dan perbekalan. Dalam kondisi seperti ini, ada aja yang bikin lucu. Ada yang kehilangan pakaian dalamnya karena saat dijemur, bercampur. Semoga tidak ada tragedi semvak yang tertukar. Ah, konyol...<br /><br />Sepulang kemah biasanya badan akan pegal-pegal dan bakalan bugar setelah 1-2 hari. Hal ini karena kegiatan kemah memang padat dan berat, tapi menyenangkan kok. Sebagian besar peserta yang ikut Kurma pasti ketagihan untuk ikut lagi.<br /><br />Mukhoyam/Kurma memang meninggalkan banyak kesan. Dinginnya tempat yang membuat mereka tak pernah mandi selama kemah, beratnya outbond, asyiknya permainan, serunya perang-perangan, “enaknya” masakan setengah matang, suara dengkuran saat malam, dan kejadian-kejadian lucu selama kemah bakal menjadi kenangan yang tak terlupa.</span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7puPHi1xvc-TzP87QSxTToKj50anWBZXnzquS6u5THdO1jlnrWhG4l7BLNKtxIfd2vOZuiH79smSLoelp3bO1wUHnfqxbIbE8bwzmF9EPSji7iH0Qj9KMEmbMojwWRmqGmI1QrzPFuMg/s1600/SAM_0468.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7puPHi1xvc-TzP87QSxTToKj50anWBZXnzquS6u5THdO1jlnrWhG4l7BLNKtxIfd2vOZuiH79smSLoelp3bO1wUHnfqxbIbE8bwzmF9EPSji7iH0Qj9KMEmbMojwWRmqGmI1QrzPFuMg/s400/SAM_0468.JPG" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUo8z8hyxwzYFJ4yGtnak17O0jjtGMLJKQv4WU_VDM1UMke2LxzPiz9zk7xr_LQ_ahHF8LoRL1O2vQKIb2SjEOKyO3KOtnSHezlhsoteyPUU21RNLkmgBLQWuSTsMvXiON0urf720lkZg/s1600/SAM_1461.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1024" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUo8z8hyxwzYFJ4yGtnak17O0jjtGMLJKQv4WU_VDM1UMke2LxzPiz9zk7xr_LQ_ahHF8LoRL1O2vQKIb2SjEOKyO3KOtnSHezlhsoteyPUU21RNLkmgBLQWuSTsMvXiON0urf720lkZg/s400/SAM_1461.JPG" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgC9PeQl4rmb48baIqxqJXwOXukN6jGEW1fyMVhvL4zCbNCTO1PVNbge8o7BJkLlaSALVB5Bu4kbxlb1Pu7k6RSfjrYYHYocsY5LlRPau1MTCHUblsXyw3poMmqEMb-ZcQox05a43U7bM/s1600/100_4737.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1203" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgC9PeQl4rmb48baIqxqJXwOXukN6jGEW1fyMVhvL4zCbNCTO1PVNbge8o7BJkLlaSALVB5Bu4kbxlb1Pu7k6RSfjrYYHYocsY5LlRPau1MTCHUblsXyw3poMmqEMb-ZcQox05a43U7bM/s400/100_4737.JPG" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsR_TV03sr9mZ83xfvvLVTRon36ccHw_mtRMJNFkVOFXazp7e54WU-3dJQZyv4Ics3n3MzRFF3aCO-6WpzsnjK7pGdWeWGnRGGSRezqN7Zzz7k9MeKhf93bpzsMK64N3Hzqhg4bdByM4I/s1600/100_4747.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1203" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsR_TV03sr9mZ83xfvvLVTRon36ccHw_mtRMJNFkVOFXazp7e54WU-3dJQZyv4Ics3n3MzRFF3aCO-6WpzsnjK7pGdWeWGnRGGSRezqN7Zzz7k9MeKhf93bpzsMK64N3Hzqhg4bdByM4I/s400/100_4747.JPG" width="400" /></a></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>riskahttp://www.blogger.com/profile/07060621046321279808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1817786201355689741.post-83613049246630849132017-06-12T11:00:00.000-07:002019-04-07T03:02:58.442-07:00Forum Imtaq Wa Rohmah: Sekali Berarti, Kan Terkenang di Hati<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhj1lW3hlRSwZlyv1e5shL3JLyrpfFyWmOe_TbcdhQZVP9mYenjddxwmeN5o6duJvmADpNjg5oIJmK8hqbnE49ivejlp4Y4A4zYXWXupLdv4ck_WAa7YsF-ZklAHZErhhvOFGXdR8zVjD0/s1600/S4031541.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhj1lW3hlRSwZlyv1e5shL3JLyrpfFyWmOe_TbcdhQZVP9mYenjddxwmeN5o6duJvmADpNjg5oIJmK8hqbnE49ivejlp4Y4A4zYXWXupLdv4ck_WAa7YsF-ZklAHZErhhvOFGXdR8zVjD0/s400/S4031541.JPG" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Kegiatan Kurma (Kemah/Mukhoyam) tahun 2008 di Sekipan, Tawangmangu</span></td></tr></tbody></table><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br />Bulan Juni ini, usia saya bertambah. Jangan tanya berapa usia saya sekarang. Lihat saja wajah saya kra-kira sesuai dengan usia berapa. <br /><br />Dengan bertambahnya usia, kita semakin sering membongkar-bongkar kenangan. Melihatnya kembali, mengamati, lalu tersenyum-senyum atas peristiwa masa lalu yang pernah dijalani.<br /><br />Bulan Juni sebagai penanda ini, saya akan mencoba mengingat-ingat kenangan, mengumpulkan yang telah lama terserak, mengikatnya, dan mengabadikannya dalam tulisan. Agar ia bisa menjadi cermin diri dalam bermuhasabah, menjadi penghibur kala hati susah, menjadi bahan perbincangan saat bersua kawan lama.<br /><br />Satu kenangan yang erat dengan masa remaja –hingga dewasa—saya ialah adanya <b>FORUM IMTAQ WA ROHMAH</b>. <br /><br />Forum Imtaq Wa Rohmah –lebih terkenal dengan sebutan <b>IMTAQ</b>—adalah sebuah organisasi para pembina TPQ (Taman Pembina Al-Quran). Awalnya IMTAQ didirikan oleh pembina dari tiga TPQ. Dalam perkembangannya, IMTAQ mencakup TPQ di dua kelurahan –Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Grogol dan Kelurahan Bugel, Kecamatan Polokarto-- yang totalnya tidak kurang dari 20 TPQ. <br /><br />Saya kira, banyak warga di dua kelurahan itu, hingga kini pun, bakal masih teringat dengan IIMTAQ. Sungguh, sudah banyak kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi yang memiliki motto “<b>Satukan Langkah Eratkan Ukhuwah</b>” ini. Pada “zaman keemasannya”, bahkan IMTAQ mengadakan kegiatan akbar satu bulan sekali.<br /><br />Pada tahun berapa IMTAQ didirikan tidak ada yang tahu persis. Dari informasi beberapa generasai pertama, IMTAQ mulai berdiri pada masa reformasi. Sampai pada tahun 2014, IMTAQ masih aktif melaksanakan berbagai kegiatan. Para rentang masa yang cukup lama itu, sudah banyak generasi yang silih berganti menjadi motor penggerak kegiatan IMTAQ.<br /><br />Terkadang, saya berjumpa dengan seseorang. Sesudah berbincang menyangkut soal IMTAQ, tak tahunya orang tersebut dulu juga ikut aktif di IMTAQ. Bisa dikatakan alumni IMTAQ sudah tak terhitung jumlahnya.<br /><br />Pertama kali ikut IMTAQ, saya tidak terdaftar sebagai anggota, tetapi langsung sebagai pengurus. Ini gara-gara jebakan senior pembina TPQ saya yang langsung mengajak saya dalam acara reorganisasi. Saya lupa, dulu sebagai Ketua Bidang Dakwah dan Tarbiyah atau bidang lainnya. Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 2004 atau 2005. Saat itu saya duduk di bangku SMA.<br /><br />Dalam kepengurusan IMTAQ terdapat bidang Dakwah Tarbiyah –pada kemudian hari dipecah menjadi bidang Dakwah dan bidang Tarbiyah, bidang TPQ, bidang Nisa, dan bidang Ekonomi. Setiap bidang memiliki agenda kegiatannya masing-masing.<br /><br />Kegiatan utamanya adalah “menghidupkan” dan menyemarakkan kegaitan TPQ di masjid-masjid. <br /><br />Selain menjabat sebagai ketua bidang Dakwah dan Tarbiyah, saya pernah menjadi ketua Umum, lalu ketua bidang Ekonomi, lalu purna tugas hingga menjadi pembina atau penasehat. Secara umum, para pengurus IMTAQ adalah remaja usia SMA. Sedikit yang mahasiswa, apalagi yang sudah bekerja. Yang sudah dewasa biasanya bertindak sebagai pembina atau penasehat. Motor penggeraknya tetaplah para remaja SMA. <br /><br />Bagi saya –dan bagi banyak orang lain—IMTAQ telah memberikan banyak hal. Pengalaman, persaudaraan, perjuangan, pengorbanan, kebahagiaan, kedewasaan, keterampilan, bahkan tak sedikit di antara anggota yang berjodoh di pelaminan. Asyik.....<br /><br />Berbagai kegiatan yang dilaksanakan di IMTAQ, saya akui, telah membentuk sebagian dari diri saya. Sebagian besar masa remaja saya habiskan di IMTAQ. IMTAQ telah menempa diri saya. Di dalamnya saya belajar berbicara di depan umum, berpendapat dalam forum, mengorganisasi, merencanakan kegiatan, bekerja sama dengan sesama anggota IMTAQ atau dengan organisasi lain, memecahkan masalah, dan lain-lain. Sungguh, IMTAQ telah memberikan banyak hal kepada diri saya.<br /><br />Bakalan terlalu banyak jika saya membincangkan segala hal tentang IMTAQ. Saya akan menuliskan beberapa kenangan selama aktif di IMTAQ yang sempat saya pungut dari sisa-sisa ingatan saya. Akan saya tuliskan beberapa kegiatan yang di dalamnya terjalin indahnya rasa persaudaraan.<br /><b><span style="color: blue; font-size: large;"><br /></span></b></span><br /><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><b><span style="color: blue; font-size: large;">1. KURMA: Kemah Ukhuwah Remaja Masjid</span></b></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Kurma, awalnya bernama Mukhoyam, sebuah istilah untuk kegiatan berkemah di alam. Kurma sudah dilaksanakan beberapa kali dan di beberapa tempat. Seingat saya, Kurma pernah dilaksanakan di buper Sekipan, Kayu Ijo, Segorogunung, lereng Merbabu, dan yang terakhir di Tlogo Dlingo. Para peserta Kurma rentang usia SMP-SMA, juga mahasiswa. Kegiatan berkemah ala Kurma ini bukan kegaitan hura-hura, tapi banyak tantangan di sana. Oleh sebab itu, Kurma menjadi salah satu kegiatan paling berkesan.</span></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkfZrqdiEZeC11Gus_xzOvzwJBJbSaYEtBV0o4_XCVgt7QFZO9s6ljvvnlcGFBseeb1R64fK5bDLOZk5NH8Gw28bDtX7yv9VCVct0CiRKDb6hml7-FfpqgDJNl_Lgq4aH4Of9d70ID928/s1600/IMG_0904.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkfZrqdiEZeC11Gus_xzOvzwJBJbSaYEtBV0o4_XCVgt7QFZO9s6ljvvnlcGFBseeb1R64fK5bDLOZk5NH8Gw28bDtX7yv9VCVct0CiRKDb6hml7-FfpqgDJNl_Lgq4aH4Of9d70ID928/s400/IMG_0904.JPG" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Kegiatan Kurma tahun 2009 di lereng Gunung Merbabu</span></td></tr></tbody></table><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><b><span style="color: blue; font-size: large;"><br /></span></b></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><b><span style="color: blue; font-size: large;">2. TKS: Taman Kreasi Santri</span></b></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Salah satu agenda TPQ ialah Pertemuan Santri, yaitu kegiatan akbar yang diikuti oleh ratusan santri dari berbagai TPQ. Pertemuan Santri dilaksanakan setidaknya setahun 3 kali. Pada masa saya menjadi Ketua Umum, saya mengganti namanya menjadi Taman Kreasi Santri, disingkat TKS. Kegiatan di TKS biasanya ada lomba, ceramah, atau buka puasa bersama.</span></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgROPR2opHS_YzE8voNoqyEH96SdJHKWGRfM_IYU4qgPQQgXdU6kQREhUML3pvUaGJbMDS6GgrVcLvNyjklW8q7LiO8v20XXsMmVV6KbopX2PHK7RzgO6PrLdWM3bvlEKg1fg2NokrhzMA/s1600/IMG_0603.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgROPR2opHS_YzE8voNoqyEH96SdJHKWGRfM_IYU4qgPQQgXdU6kQREhUML3pvUaGJbMDS6GgrVcLvNyjklW8q7LiO8v20XXsMmVV6KbopX2PHK7RzgO6PrLdWM3bvlEKg1fg2NokrhzMA/s400/IMG_0603.JPG" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Mengikuti kemah santri di Wonorejo, Polokarto tahun 2009</span></td></tr></tbody></table><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><b><span style="color: blue; font-size: large;"><br /></span></b></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><b><span style="color: blue; font-size: large;">3. TAC: Total Action Camp</span></b></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Nama TAC juga muncul pada masa saya menjadi Ketua Umum. Sebelumnya sudah ada kegiatan serupa, biasanya kegiatannya dinamakan Training Pembina TPQ, pernah pula bernama Training Menembus Batas. TAC merupakan kegiatan kemah di wilayah kerja IMTAQ –biasanya di SD atau di lapangan dekat SD. Peserta TAC adalah santri yang sudah cukup besar atau pembina TPQ pemula. TAC bisa dikatakan sebagai kegiatan pembibitan pembina TPQ. </span></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihTOUjhn17JQQ2-PjhDzdMDoZNJd8oz8kyeaJnpkW33cqhVwztXxMwWNQUP_NSiemGZCgjHXu1jiXdpmfeXQvrGgXijUKc5t1-vIzH3VaxUIjkchTJsn-pJWRAqBRRph6KKOE7qp3BGic/s1600/IMG_0532.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihTOUjhn17JQQ2-PjhDzdMDoZNJd8oz8kyeaJnpkW33cqhVwztXxMwWNQUP_NSiemGZCgjHXu1jiXdpmfeXQvrGgXijUKc5t1-vIzH3VaxUIjkchTJsn-pJWRAqBRRph6KKOE7qp3BGic/s400/IMG_0532.JPG" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Sebagian peserta kegiatan TAC tahun 2010</span></td></tr></tbody></table><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="color: blue; font-size: large;"><b><br /></b></span></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="color: blue; font-size: large;"><b>4. Gema Ramadan</b></span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Ramadan menjadi salah satu bulan tersibuk bagi IMTAQ. Dalam satu bulan itu, IMTAQ bisa melaksanakan hingga empat atau lebih kegiatan. Di antaranya Pawai Ramadan, TKS, TAC, Buka Puasa Bersama, hingga Takbir Kemenangan. Kegiatan Pawai Ramadan selalu meriah dengan banyaknya para santri yang berkeliling desa menaiki sepeda hiasnya masing-masing. Takbir Kemenangan adalah acara pertemuan santri dan pembina di malam Hari Raya Idul Fitri. Di dalamnya ada acara penyerahan hadiah lomba, pentas, mendongeng, atau lainnya. </span></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOwphPcKoq61S39crmZio8FfZVJU5HE_2Cixv76zTLU9BVKdMdY9jgLgJvuYPoPzrBfWi12tU-SACBFIPzz6qob-ng8YJK6hHkNe5LPH9EzlTe5Nubgjx-W5i2SIxsGSHLk5V4NvZL2A8/s1600/100_4652.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1203" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOwphPcKoq61S39crmZio8FfZVJU5HE_2Cixv76zTLU9BVKdMdY9jgLgJvuYPoPzrBfWi12tU-SACBFIPzz6qob-ng8YJK6hHkNe5LPH9EzlTe5Nubgjx-W5i2SIxsGSHLk5V4NvZL2A8/s400/100_4652.JPG" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Meriahnya kegiatan Pawai Ramadan tahun 2014</span></td></tr></tbody></table><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><b><span style="color: blue; font-size: large;"><br /></span></b></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><b><span style="color: blue; font-size: large;">5. Nisa Kreatif</span></b></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Untuk kegiatan Nisa saya tidak terlalu tahu detailnya. Tapi, secara umum, pembina putri rutin mengadakan pertemuan dan kegiatan. Bentuk kegiatannya bisa kajian, bedah buku, hasta karya, atau yang lainnya.<br /><span style="color: blue; font-size: large;"><b><br /></b></span></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="color: blue; font-size: large;"><b>6. Lomba Masak dan Makan-makan</b></span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Saat Hari Raya Idul Adha biasanya IMTAQ mengadakan kegaitan lomba masak dan atau makan bersama. Kegiatan ini selalu menyenangkan. Dengan menu utama masakan daging kambing yang diolah menjadi sate atau gulai, acara makan-makan menjadi acara yang santai dan penuh kekelurgaan.<br /><span style="color: blue; font-size: large;"><b><br /></b></span></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="color: blue; font-size: large;"><b>7. Rihlah </b></span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Tak afdol kiranya jika suatu organisasi tidak mengadakan rekreasi. IMTAQ sudah mengadakan beberapa Rihlah, sebagian besar untuk para pembina TPQ. Tujuan rihlah di antaranya Tawangmangu, Magelang, dan Yogyakarta.</span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div><div><br /></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Selain kegiatan-kegiatan di atas, masih ada beberapa kegiatan lain. Insyaallah akan saya tuliskan sepengingatan saya.</span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div><div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>riskahttp://www.blogger.com/profile/07060621046321279808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1817786201355689741.post-20370358020026204262017-04-21T18:42:00.000-07:002019-04-07T03:02:58.630-07:00Perbedaan Laki-laki dan Wanita<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHEriQzuv64RIfj7hTFPVq3FrfY2CFZRdrLCOFNz4qNxdlfMO7q6Z9FtUBX1REP_4zuHmyXcCT-KhGRuqvNLqNGDXIrCwBPZV-opYDsiMYhH6ZNslKLhhQmBvb5mcLMp0DLL0LDmaHnGM/s1600/P+Baron+-+9.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><img border="0" data-original-height="1068" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHEriQzuv64RIfj7hTFPVq3FrfY2CFZRdrLCOFNz4qNxdlfMO7q6Z9FtUBX1REP_4zuHmyXcCT-KhGRuqvNLqNGDXIrCwBPZV-opYDsiMYhH6ZNslKLhhQmBvb5mcLMp0DLL0LDmaHnGM/s400/P+Baron+-+9.jpg" width="400" /></span></a></div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Laki-laki dan wanita memiliki banyak perbedaan, baik secara fisik, psikis, pikiran, maupun perasaan. Perbedaan keduanya kadang menimbulkan konflik, benturan, dan ketegangan. Kadang pula memunculkan kejadian-kejadian lucu. Saya mengamati perbedaan tersebut. Saya juga mempelajarinya dan mendapat banyak wawasan dari buku <i>Indahnya Bahasa Cinta</i> karya Karim Asy-Syadzili dan <i>Why Men Never Remember & Women Never Forget </i>karya Marianne J.Legato. </span></span><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Berikut ini beberapa perbedaan antara laki-laki dan wanita.</span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><b><span style="color: blue; font-size: small;"><br /></span></b></span></span><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: medium;"><b><span style="color: blue; font-size: large;">1. Laki-laki terus saja mencari, sedangkan wanita bisa menemukan dengan sekali lihat </span></b></span></span></span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;">Seringkali seorang suami kebingungan mencari barang-barang keperluannya, misalnya dasi atau pulpen. Beberapa lama ia mencari-cari di dalam kamarnya dan masih belum bisa menemukannya. Tatkala hal tersebut diadukan kepada istrinya, kemudian sang istri masuk ke dalam kamar, ia pun dengan cepat menemukan barang-barang tersebut. <br /><br />“Dasinya berada di atas kursi, sejak kemarin.” Atau, “Tidakkah kamu melihat bahwa pulpennya dari tadi ada di atas buku itu?” Demikianlah, laki-laki terkadang tidak bisa menemukan barang yang bahkan ada di depannya. <br /><b style="font-size: x-small;"><span style="color: blue; font-size: small;"><br /></span></b></span></span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-size: medium;"><b><span style="color: blue; font-size: large;">2. Laki-laki selalu fokus pada satu pembicaraan, sedangkan wanita bisa mendengarkan banyak hal </span></b></span></span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;">Pendengaran wanita memang lebih peka. Ia lebih mudah terbangun apabila ada suara-suara yang terdengar. Lebih-lebih, jika anaknya menangis, maka si ibu yang akan lebih sigap terbangun. Bandingkan dengan si ayah yang masih saja enak tertidur. <br /><br />Selain itu, wanita juga bisa mendengarkan beberapa pembicaraan sekaligus. Seringkali seorang wanita berbicara dengan seseorang di telepon sambil menonton televisi. Sedangkan, laki-laki akan fokus pada satu pembicaraan yang didengarnya. Jika ia sedang berbicara dengan istrinya, suara televisi tidak akan terdengar di telinganya. Sebaliknya, jika ia sedang terfokus menonton televisi, suara perkataan istrinya tak akan didengarnya sedikitpun. <br /><br />“Eh, tadi kamu tanya apa?” begitu tanggapan suami saat istrinya menanyakan sesuatu sedangkan ia sendiri sedang asyik menonton tayangan sepakbola. <br /><b style="font-size: x-small;"><span style="color: blue; font-size: small;"><br /></span></b></span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-size: medium;"><b><span style="color: blue; font-size: large;">3. Laki-laki fokus pada satu pekerjaan, sedangkan wanita adalah pegawai serba bisa </span></b></span></span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;">Laki-laki suka dengan satu pekerjaan yang ditekuninya. Ia akan bekerja sepenuh hati dalam satu profesi yang digelutinya. Dalam kehidupan rumah tangga, lak-laki juga akan fokus pada satu pekerjaan rumah tangga saja. Misalnya, ketika menyiram tanaman, maka hanya itu saja perkerjaan yang dilakukannya. Atau ketika mencuci piring, pikiran dan tenaganya fokus pada kegiatan mencuci itu. <br /><br />Wanita, berlaku sebaliknya, bisa melakukan beberapa tugas tumah tangga sekaligus. Ia bisa memasak sekaligus mencuci, sekaligus menata meja kursi. Ketika menyiram tanaman, ia sekaligus bisa mengatur bunga-bunga atau mengelap jendela. <br /><span style="font-size: small;"><b><span style="color: blue;"><br /></span></b></span></span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: small;"><b><span style="color: blue; font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: large;">4. Laki-laki hanya menyampaikan fakta, sedangkan wanita suka bercerita sesukanya</span></b></span></span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Dalam menyampaikan sebuah peristiwa, laki-laki akan menyampaikan seperlunya saja sesuai dengan apa yang dilihat atau didengarnya. Wanita --dengan tingkat imajinasi dan prasangkanya-- akan menjadikan sebuah peristiwa yang seharusnya selesai diceritakan dalam waktu lima menit menjadi lima jam karena akan dibumbui dengan berbagai pandangan subyektifnya. </span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-size: small;"><b><span style="color: blue;"><br /></span></b></span></span></span><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: small;"><b><span style="color: blue; font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: large;">5. Laki-laki sering kehabisan kata-kata, sedangkan wanita adalah pabrik kata-kata </span></b></span></span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Tak jarang, ketika sedang berbincang-bincang, laki-laki akan kehabisan topik dan kata-kata untuk berbicara. Sedangkan wanita, seolah-olah semua topik dipahaminya dan semua kosakata dikuasainya. Wanita selalu bisa membicarakan sesuatu hal dengan pembicaraan yang panjang lebar. Lalu, bisa pula tiba-tiba berpindah ke topik lain yang tak ada hubungannya sama sekali dengan yang sebelumnya. </span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-size: small;"><b><span style="color: blue;"><br /></span></b></span></span></span><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: small;"><b><span style="color: blue; font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: large;">6. Laki-laki suka memberi, sedangkan wanita suka menerima </span></b></span></span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Tabiat laki-laki adalah suka memberi. Ia suka memberi sebagai bentuk ungkapan perhatian, kasih sayang, serta tanggung jawabnya. Wanita, adalah makhluk yang suka diistimewakan. Pemberian hadiah merupakan satu bentuk pengistimewaan. Oleh karena itu, wanita sangat senang dengan hadiah –sekecil apapun hadiah tersebut. </span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-size: small;"><b><span style="color: blue;"><br /></span></b></span></span></span><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: small;"><b><span style="color: blue; font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: large;">7. Laki-laki suka melupakan, sedangkan wanita suka mengingat-ingat </span></b></span></span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;">Terkadang, istri bisa begitu heran mengapa suaminya bisa melupakan sesuatu hal yang menurutnya sangat penting. Suami pun tak kalah heran, mengapa istrinya begitu mengingat-ingat hal-hal yang menurutnya kecil dan sepele. Misalnya, tanggal pertama kali bertemu, tempat-tempat spesial yang dikunjungi, hadiah-hadiah yang telah diberikan, dan lain-lain. <br /><br />Wanita memang memiliki daya ingat yang kuat terkait dengan detail-detail kenangan. Terkait pesta pernikahan, misalnya, wanita akan lebih ingat hari dan tanggalnya, detail acaranya, warna pakaiannya, dan dekorasinya. <br /><br />Sedangkan, laki-laki mudah melupakan hal-hal yang dianggapnya tidak penting, padahal bagi wanita hal-hal tersebut sangat penting. <br /><span style="font-size: small;"><b><span style="color: blue;"><br /></span></b></span></span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: small;"><b><span style="color: blue; font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: large;">8. Laki-laki suka menyembunyikan, sedangkan wanita suka memamerkan </span></b></span></span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Laki-laki bisa menjadi sangat pencemburu tatkala ada orang lain yang melirik atau menaruh perhatian kepada istrinya. Bagi laki-laki, istri adalah perhiasan yang dimilikinya yang tak seorang pun boleh menaksir apalagi memilikinya. Wanita, sebaliknya, suka memperlihatkan suaminya kepada wanita lain. Ia akan dengan bangga menceritakan kelebihan-kelebihan suaminya. Dengan menceritakannya, ia merasa sebagai wanita yang beruntung dan istimewa karena memiliki suami yang hebat.<br /><br /></span> <br /> </span></span>riskahttp://www.blogger.com/profile/07060621046321279808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1817786201355689741.post-36079953991207129602017-04-07T21:54:00.000-07:002019-04-07T03:02:58.817-07:00Tempat-Tempat untuk Merayakan Malam Minggu Jomblo di Kota Solo<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhttQWSku1WOskeW8_KWzpfGpSUbLGnrQ35xKkhCUb1Afy9YadDWNgpMvAkHr9Z1jSgkPBR8OOzjSy3kWcer2ioPqUOi3EsfpBnWAFRSEfZ-otUCUvWkOUpgoczjyHXgWJyFLswJj03XsE/s1600/Tempat-Tempat-Rekomendasi-untuk-Merayakan-Malam-Minggu-Jomblo-di-Kota-Solo.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="227" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhttQWSku1WOskeW8_KWzpfGpSUbLGnrQ35xKkhCUb1Afy9YadDWNgpMvAkHr9Z1jSgkPBR8OOzjSy3kWcer2ioPqUOi3EsfpBnWAFRSEfZ-otUCUvWkOUpgoczjyHXgWJyFLswJj03XsE/s400/Tempat-Tempat-Rekomendasi-untuk-Merayakan-Malam-Minggu-Jomblo-di-Kota-Solo.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">sumber gambar: <i>wisatasenibudaya.com</i></td></tr></tbody></table><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />Selamat pagi, Jomblo yang berbahagia. <br /><br />Bagaimana kabarmu hari ini? Semoga keyakinan akan datangnya cinta sejati tidak pernah pudar dari hati dan pikiranmu. <br /><br />Ngomong-ngomong, bagaimanakah cara kamu melewati horornya malam Minggu? Apakah kamu menghabiskan malam Minggu dengan meratapi nasib diri sebagai jomblo kedaluwarsa di dalam kamar tidur yang sempit sambil tergilas kenangan? Jika kamu melakukan hal seperti itu, tenang saja, banyak teman yang senasib sepenanggungan. <br /><br />Lalu, bagaimana dengan malam Minggu saya? Meskipun saya mengidap jomblo stadium empat setengah, tapi sebagian besar malam Minggu saya terselamatkan di kota Solo. <br /><br />Saya tinggal di Sukoharjo yang masuk dalam Karesidenan Surakarta. Solo menjadi kota kedua karena saya SMA dan kuliah di Solo. Apa yang saya lakukan saat malam Minggu di kota Solo? <br /><br />Berikut ini beberapa tempat dan acara di kota Solo yang biasanya menyelamatkan Malam Minggu Jomblo saya. <br /> <b><span style="font-size: large;"><span style="color: blue;"> </span></span></b></span></span><br /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b><span style="font-size: large;"><span style="color: blue;">1. Toko Buku yang Memanjakan Pandangan Mata </span></span></b><br />Apa yang lebih indah daripada pemandangan buku-buku yang berjajar rapi di rak bagi seorang pencinta buku? Toko buku menjadi alternatif untuk nongkrong di malam Minggu. Melihat ratusan atau ribuan buku sungguh membuat mata menjadi hijau. Ada rasa senang yang tak terkatakan ketika melihat-lihat, memegang, dan menghidu aroma buku. Dengan berjalan-jalan ke toko buku, setidaknya saya merasa kegantengan saya naik beberapa derajat. Dan, siapa tahu di toko buku ada jodoh yang menanti saya. #Ahay…. <br /><br />Di Solo, ada beberapa toko buku yang bisa memanjakan pandangan mata. Ada toko Gramedia dan Togamas di Jalan Slamet Riyadi. Di Gramedia, buku-buku lebih lengkap, sedangkan di Togamas disediakan diskon untuk setiap buku, rata-rata 10%. Selain kedua toko buku itu, saya sering menyambangi toko buku Arafah di Cemani, Sukoharjo. Buku-buku <a href="http://basabasi.co/tag/agama/">agama</a> dari berbagai penerbit terpajang di sana, dan ada kedai kopinya. Asyik, kan? Semua buku di toko buku ini mendapat diskon antara 5%–25%. </span></span><br /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: large;"><b><span style="color: blue;">2. Balai Sudjatmoko dengan Agenda Seni Budaya </span></b></span><br />Lesehan di Balai Sudjatmoko bukan maksud saya duduk-duduk sambil makan seperti di rumah makan. Di Balai Sudjatmoko sering diadakan agenda kebudayaan yang biasanya para pesertanya duduk lesehan di tikar. Lokasinya di Jalan Slamet Riyadi, satu gedung dengan toko Gramedia. <br /><br />Ada beberapa agenda setiap bulan di Balai Sudjatmoko. Di antaranya, pameran lukisan dan fotografi, pentas musik dan atau tari dan nyanyian, pelatihan menulis, bedah buku, dll. </span></span><br /><br /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: large;"><span style="color: blue;"><b>3. Benteng Vastenburg dengan Pentas yang Emejing </b></span></span><br />Solo adalah kota kecil dengan banyak agenda seni budaya. Benteng Vastenburg menjadi salah satu tempat pelaksanaannya. Acara semacam Solo International Performing Art (SIPA) yang menyedot ribuan pengunjung dari dalam dan luar kota, bahkan luar negeri, dilaksanakan di benteng yang peninggalan Belanda ini. Selain itu, Solo Keroncong Festival, Solo Indonesia Culinary Festival, dan banyak acara kesenian dilaksanakan di benteng ini. </span></span><br /><br /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: blue;"><span style="font-size: large;"><b>4. Ketoprak dan Sendratari Ramayana yang Memukau di Taman Balekambang </b></span></span><br />Ketoprak dan sendratari merupakan budaya Jawa yang saat ini sudah tak dikenal lagi oleh para pemuda, remaja, apalagi anak-anak. Mereka lebih suka duduk-duduk dengan posisi uenak di depan televisi menonton sinetron. Konflik yang klise dan akting lebay dari aktris yang berpakaian rok di atas lutut di layar kaca ternyata lebih banyak menarik minat orang-orang daripada pementasan ketoprak dan sendratari. <br /><br />Di Taman Balekambang, secara rutin dilaksanakan pentas ketoprak dan Sendratari Ramayana. Pentas seni ini, menurut saya, sungguh memukau. Mereka—para pelaku seni itu—mendarmakan dirinya untuk nguri-nguri budaya Jawa dan memberi hiburan bagi masyarakat Solo. <br /><br />Ketoprak biasanya mengambil kisah legenda atau cerita rakyat. Sendratari Ramayana—seperti namanya—mengambil cerita kisah Ramayana. Meskipun saya sudah hafal cerita Ramayana, pentas yang menyajikan tarian tanpa dialog ini selalu menarik ditonton karena ketika dipentaskan oleh paguyuban seni yang berbeda, kreasinya pun berbeda. </span></span><br /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span><br /><br /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: large;"><b><span style="color: blue;">5. Wedang Ronde dan Bakso Bakar di Alun-Alun Selatan </span></b></span><br />Pagi hari, Alun-alun Selatan Keraton Solo akan tampak sepi. Siang hari menjadi lebih sepi. Saat panas matahari sudah tak menyengat, mulailah lapangan di selatan Keraton Solo ini mulai ramai. Para pedagang mulai berdatangan dan mendirikan lapaknya. Anak-anak dan remaja mulai menyerbu lapangan untuk bermain bola. <br /><br />Saat malam hari—khususnya malam Minggu—Alun-alun Selatan ini lebih semarak lagi. Sepanjang pinggir jalan yang melingkari lapangan dipenuhi lapak-lapak para pedagang. Mulai dari warung makan dan minuman, pakaian, aksesori ponsel, arena mandi bola, dan lain-lain. Para pedagang dan pengunjung memenuhi alun-alun ini. <br /><br />Jika tak ada acara di Solo yang bisa saya datangi, saya biasanya jalan-jalan sebentar muter-muter kota Solo kemudian mampir di Alun-alun Selatan. Wedang Ronde menjadi minuman yang sering saya nikmati ditemani dengan bakso bakar sambil memandang orang-orang yang lalu lalang. Ah, syahdunya…. </span></span><br /><br /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: blue;"><span style="font-size: large;"><b>6. Warung Hik yang Hangat </b></span></span><br />Ngopi di wedangan/hik bisa menjadi alternatif menghabiskan malam Minggu. Tentu dengan ditemani nasi kucing, gorengan, satu jeroan, serta tempe dan tahu bacem. Di Solo, banyak yang buka sampe malam bahkan sampai dini hari. Suasananya sangat akrab. Kita bisa mengobrol santai dengan penjualnya, berkelakar seperti seorang teman. Demikian juga dengan pembeli lain. Menurut saya, itulah salah satu kemewahan makan di hik. Tak jarang saya mendapati pembeli yang datang dengan berkendara mobil mewah. Mereka dengan santainya menikmati menu makanan yang sederhana, duduk bersama dengan pembeli lain: tukang becak, pedagang pasar, tukang parkir, dan saya. <br /><br />Itulah beberapa tempat dan acara di Solo yang bakal menjadi penyelamat saya saat dilanda sindrom Malam Minggu Jomblo. Jika kamu kebetulan datang ke Solo pada saat malam Minggu—dan kamu jomblo—maka kamu tahu ke mana kamu akan menuju. Iya, kan?<br /><br /> <br /> ***<br />Tulisan ini pertama kali dimuat basabasi.co pada tanggal 4 Januari 2017. </span></span><br /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /> </span></span><br /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /> </span></span><br /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /> </span></span><br /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /> </span></span>riskahttp://www.blogger.com/profile/07060621046321279808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1817786201355689741.post-18570242953925629462017-04-05T18:30:00.000-07:002019-04-07T03:02:59.001-07:00Tentang Kehilangan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhe6pnZMNNeto4nn7vBbmaQbMJ9w0W1rjd03KGOhCchAcLJaz1GBIHZoPoT2ZHihreo30AdIIM4o3-lX3GnkgIBx0qiHjx2w50ATvPP-iVDjaSzf7-L4JVDryrP7fpHGKFAgn4HbJOuZJg/s1600/kata-kata-mutiara-perpisahan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhe6pnZMNNeto4nn7vBbmaQbMJ9w0W1rjd03KGOhCchAcLJaz1GBIHZoPoT2ZHihreo30AdIIM4o3-lX3GnkgIBx0qiHjx2w50ATvPP-iVDjaSzf7-L4JVDryrP7fpHGKFAgn4HbJOuZJg/s400/kata-kata-mutiara-perpisahan.jpg" width="400" /></a></div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /> Chuck Noland nekat berlayar dengan perahu yang hanya terbuat dari beberapa batang kayu yang diikat dengan tali dari kulit pohon. Bersama Wilson, ia bertekad meninggalkan pulau tempatnya terdampar selama 4 tahun. Di tengah perjalanan, saat terasa kepayahan yang luar biasa, Wilson, teman satu-satunya jatuh ke dalam air dan mengapung menjauh. <br /><br /> Chuck yang menyadari Wilson tidak berada di tempatnya, mencari-cari dan segera menemukan Wilson sudah berada jauh dari jangkauannya. Ia berenang menuju Wilson, tapi tali yang diikatkannya ke perahu tak cukup panjang. Chuck memanggil-manggil Wilson. Suaranya ditingkahi suara ombak dan tangisnya yang pecah kemudian. Akhirnya, Chuck kembali ke perahu, terlentang dan menangis sesenggukan sambil berulangkali mengucapkan, "Maafkan aku." Serasa dalam kepedihan Chuck karena ditinggalkan oleh Wilson yang telah menemaninya selama 4 tahun di pulau terpencil.<br /><br /> Adegan di atas terdapat dalam film <i>Cast Away</i>. Chuck Noland diperankan Tom Hanks, sedangkan Wilson diperankan oleh...sebuah bola voli. Iya, Wilson adalah bola voli yang digambari wajah oleh Chuck. Karena merasa kesepian, Chuck menjadikan sebuah bola voli sebagai teman. Ia berbincang dengannya, berunding, bahkan berdebat. Tentu yang terdengar hanya suara Chuck. Saat Wilson jatuh ke laut dan menjauh dari jangkauannya, Chuck merasa sangat kehilangan.<br /><br /> Demikianlah tentang kehilangan.<br /><br /> Adegan film di atas mengingatkan saya tentang dua nama wanita yang saya ajak berbincang-bincang selama beberapa malam, sekira sepuluh tahun silam. Jangan salah, dua nama wanita itu bukan milik seseorang, tapi miilk sesuatu. Dua nama wanita itu adalah nama dua unit mesin yang selama berbulan-bulan (mungkin lebih dari setahun) menjadi partner saya dalam bekerja.<br /><br /> Mesin-mesin itu menemani saya, pagi, siang, juga malam hingga pagi lagi saat saya mendapat jatah sift malam. Mesin itu saya rawat, saya lap, saya bersihkan setiap hari --karena memang demikianlah prosedur pemakaiannya. Mesin-mesin itu tak jarang menjengkelkan ketika macet, dan kadang saya menendangnya dengan sepatu safety saya yang keras. Tentu saja, mesin-mesin itu bergeming.<br /><br /> Di akhir masa kontrak kerja, saya merasa ada sesuatu yang hilang. Ada kepedihan ketika mesin-mesin yang saya operasikan setiap hari tidak akan lagi bisa saya lihat. Sebelumnya saya tidak memberi nama mesin-mesin itu. Beberapa hari terakhir sebelum kepergian saya, barulah mereka saya beri nama. Tak hanya itu, saya pun berbincang dengan kedua "wanita" itu. Tentu saja, keduanya tak menjawab. <br /><br /> Jika Chuck memberi "nyawa" pada sebuah bola voli, saya melakukannya pada dua mesin produksi. Bola voli dan mesin hanyalah sebuah benda mati. Tapi, karena Chuck maupun saya memberikan hati dan perasaan kepada mereka, jadilah mereka menjadi sesuatu yang berharga. Dan ketika mereka pergi, pergi pula secuil hati milik Chuck dan saya.<br /><br /> Demikianlah. Kehilangan tak semata karena sesuatu itu asalnya berharga. Kita yang menjadikan sesuatu itu berharga. Kita yang menjadikan sesuatu menjadi bagian dari hidup kita. Kita merasa kehilangan karena kita merasa memiliki.<br /><br /> Bisa pula dipersamakan dengan harta dan kekuasaan. Harta dan kekuasaan adalah sesuatu yang netral. Tapi, <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">bagi seseorang yang telah memasukkan </span>harta dan kekuasan itu ke dalam hatinya, ketika keduanya hilang atau terenggut dari kita, pedihlah rasanya. <br /><br /> Pun demikian dengan seseorang. Seseorang itu hanyalah orang lain kecuali kita menjadikan ia bagian dari kita. Kita menjadikan<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> ia</span> milik kita. Dan sebaliknya, ia memiliki diri kita. Kita memberikan hati dan perasaan kepadanya. Hingga, ketika <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">ia</span> pergi dari <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">kehi<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">du<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">pan </span></span></span>kita, <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">rasa</span> kehilangan yang sangat akan melanda diri kita. Kita merasa hati kita dibawanya pergi juga. <br /><br /> Demikianlah tentang kehilangan.<br /><br /> (Sukoharjo, 2 April 2017)</span></span><br /><br /><br />riskahttp://www.blogger.com/profile/07060621046321279808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1817786201355689741.post-9165343942768241882017-03-01T06:38:00.000-08:002019-04-07T03:02:59.185-07:00 [semacam] Sinopsis Film Devdas (2002)<br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVRlFlsxPCOEcNqixp3SoexvJ_OQTm1dZoccVK70WYHeqoAa6jLf41sE2HJjMxIIm4PAiOHFY5ywlK_qc78bWAOAXMpsXOqEAUGLV3yvbRqqqCuSbe5Rq09Pn-7kkeVE2x7UY5Rvkm4G8/s1600/410_800x600.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="175" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVRlFlsxPCOEcNqixp3SoexvJ_OQTm1dZoccVK70WYHeqoAa6jLf41sE2HJjMxIIm4PAiOHFY5ywlK_qc78bWAOAXMpsXOqEAUGLV3yvbRqqqCuSbe5Rq09Pn-7kkeVE2x7UY5Rvkm4G8/s400/410_800x600.png" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Shah Rukh Khan dalam <i>Devdas </i>(2002)</td></tr></tbody></table><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">“Badi-ma, Dwijdas, Kumud, Padma, Dharamdas, di mana semua orang? Lihat, ini ada surat Devdas. Devdas akan kembali dari London!” <br />* <br />“Paro, Devdas akan pulang.” <br />“Sungguh?” <br />“Ya, Devdas akan pulang.” <br />* <br />“Bodoh, kau menangis? Jangan sampai air mata bahagia memadamkan lampunya sebelum Devdas pulang.” <br />“Tidak ada kekuatan di bumi ini yang bisa memadamkan lampu ini.” <br />* <br /><i>Silsila yeh chaahat ka na maine bujhne diya... hooo... hmmm... </i><br />‘Aku tidak akan membiarkan lampu (rindu) ini padam’ <br /><i>Oh piya yeh diya naa bujha hai naa bujhega </i><br />‘Oh kasih, lampu ini tidak padam, dan tak akan pernah padam’ <br /><i>Mere chaahat ka diya mere piya ab aaja re mere piya </i><br />‘Ini nyala apiku, cintaku, datanglah padaku, cintaku’ <br />* <br />“Bagaimana kabarmu, Paro? Tidak maukah kau berpaling untuk melihat wajahku? Kita bertemu setelah berhari-hari.” <br />“Hari? Bagimu, mungkin. Bagiku 10 tahun 6 bulan 4 hari dan 6 jam. Kau tidak merindukanku?” <br />“Aku merindukanmu.” <br />* <br /><br />“Hai, Paro! Pernah sekali saat aku merindukanmu.” <br />“Kapan?” <br />“Saat aku bernapas.” <br />* <br /><i>Bairi piya bada bedardi, ishq </i><br />‘Kekasih pendendam, sangat tak berperasaan’ <br /><i>Oh bairi piya bada bedardi </i><br />‘Oh, kekasih pendendam, sangat tak berperasaan’ <br /><i>Dil ka dard na jaane </i><br />‘Kamu tidak tahu sakit hatiku’ <br /><i>Saudaai harjaai zulmi ram duhaayi </i><br />‘Tidak setia, tidak adil, oh Tuhan’ <br /><i>Kaise kaho kaha se kaho haay ram </i><br />‘Bagaimana aku bisa tahu, siapa yang harus aku katakan, ya Tuhan’ <br /><i>Dil ka dard na jaane </i><br />‘Kamu tidak tahu sakit hatiku’ <br /><i>Na jaane na jaane na jaane jaane jaane jaane haay </i><br />‘Kamu tidak tahu, kamu tidak tahu, kamu tidak tahu’ <br />* <br /><br />“Tidak, Kaki-ma, tidak ada alasan. Malam ini kau bernyanyi dan menari.” <br />“Tidak, sayang, bukan aku...” <br />“Apakah kau malu? Bayangkan saja kau sedang menari di pernikahan Paro.” <br />“Sekarang aku tidak bisa menolak, kan.” <br />* <br /><i>Jamuna ke teer baje mridang </i><br />‘Di tepi Sungai Jamuna, drum akan berbunyi’ <br /><i>Kare krishn raaz radha ke sang </i><br />‘Krishna akan menari dengan Radha’ <br />* <br />“Apa ini?” <br />“Tanda pertunangan, anakku untuk anakmu. Paro dan Devdas.” <br />“Apakah kau sudah kehilangan akal sehatmu, Sumitra? Aku mengundang ibu dan anak untuk menghibur tamu-tamuku dengan sedikit tarian dan drama.” <br />* <br />“Cukup! Menjawabmu sama saja menjatuhkan martabatku. Dulu kau kupanggil Kakak. Mulai sekarang, cukup Kaushalya!” <br />* <br />“Tidak lama lagi kau akan berdiri terpaku menyaksikan kehancuran putramu. Aku bersumpah, putriku akan menikah dengan keluarga yang lebih kaya dari keluargamu.” <br />* <br /><br />“Mengapa di sini sekarang?” <br />“Mengapa sungai mengalir ke laut? Mengapa bunga matahari selalu menghadap matahari? Dan mengapa Paro tidak menghiraukan harga dirinya dan kehormatan keluarganya sehingga aku mau menjelajah di dalam kegelapan malam. Mengapa aku berlindung di kakimu? Untuk semua pertanyaan itu hanya ada satu jawaban.” <br />“Untuk jawaban yang sama, terlalu banyak pertanyaan yang dikemukakan untuk dijawab.” <br />“Tidak ada pertanyaan. Tidak, selama kita bersama.” <br />“Itulah yang tidak mereka inginkan.” <br />“Apa yang kau inginkan?” <br />“Kebahagiaan untukmu. Tetapi, ayahku tidak akan melihatnya melalui cara pandang kita.” <br />“Kita akan mengalahkan dia.” <br />“Bagaimana jika dia tidak mengalah?” <br />“Di mana ada cinta, tidak ada ketakutan.” <br />“Di mana ada asap, di situ ada api. Dalam api perseteruan, aku tidak ingin kita habis terbakar.” <br />“Aku sudah hancur, apapun yang terjadi. Apakah itu bersamamu, atau tanpamu.” <br />* <br />“Dev pergi, Paro. Ujian yang dihadapinya sama denganmu. Lihatlah sendiri! Mana yang lebih dia pedulikan: kau atau keluarganya? Apakah dia membawamu bersamanya? Atau dia meninggalkanmu? Jika dia tidak membawamu bersamanya, maka kau harus memenuhi permintaan ibumu.” <br />* <br />“Berhenti, Deva! Aku takkan membiarkanmu pergi! Berhenti!” <br />“Menyingkir dari jalanku!” <br />* <br /><br />“Chandramukhi.” <br />* <br /><i>Dhaai shaam rok lai, aur chakmaka mukh choom lai </i><br />‘Khrisna menghentikannya, dia mengejutkan Radha dengan ciuman’ <br /><i>Mukh choom lai....mukh choom lai </i><br />‘Dengan ciuman... dengan ciuman’ <br />* <br /><br />“Dan setelah malam ini, tak seorang pun yang memanggilnya Paro. Hanya Parvati.” <br />“<i>Kaki-ma, Paro hai</i>?”’Bibi, apakah Paro ada?’ <br />“Prosesi pernikahannya sebentar lagi sampai. Kau boleh menemuinya.” <br />* <br />“Cukup! Hentikan, Paro! Kesombongan seperti itu tidak baik.” <br />“Mengapa aku tidak boleh sombong? Kau siapa Dev, selain kaya dan tampan? Aku memiliki kebajikan, kecantikan. Dan setelah malam ini, juga kekayaan. Mulai sekarang, aku melebihi dirimu. Jika kau adalah tuan tanah, aku dengan bangga akan menjadi bangsawan.” <br />“Sombong sekali. Bahkan bulan pun tidak sesombong itu.” <br />“Tapi, bulan telah terluka.” <br />* <br />“Apa yang telah kau lakukan?” <br />“Aku telah melukaimu, seperti bulan. Dengan tanda dari cintaku.” <br />* <br /><i>Hamesha tumko chaaha, aur chaaha, aur chaaha... chaaha...chaha... </i><br />Selalu, kaulah yang aku cinta, dan yang aku cinta, dan yang aku cinta selamanya...’ <br /><i>Hamesha tumko chaaha, aur chaaha, kuchh bhi nahin... </i><br />‘Selamanya aku mencintaimu, dan aku tak mencintai yang lain...’ <br />* <br />“Kaushalya! Waktu mempermainkan semua orang. Putriku merajut kehidupan yang indah sekarang. Tapi, lihatlah! Lihat anakmu! Adalah kebanggaan yang telah kaubakar. Ada dua babak dalam drama ini. Dalam babak pertama, aku dan putriku menari. Dan di babak kedua, sekarang kau dan anakmu yang akan menari.” <br />* <br /><br />“Tapi, orang yang kau tunggu-tunggu tidak tertarik denganmu atau musikmu. Adalah kunang-kunang Paro yang terbang ke dalam apimu sambil berteriak, Paro... Paro... Dia tidak akan kembali Chandramukhi.” <br />“Dia akan datang, Kali-babu. Kau lihat saja nanti. Hatiku mengatakannya.” <br />* <br /><i>Yeh kiski hai aahat </i><br />‘Langkah kaki siapa itu’ <br /><i>Yeh kiska hai saaya </i><br />‘Bayangan siapa itu’ <br /><i>Huvi dil mein dastak yahan kaun aaya </i><br />‘Siapa yang mengetuk pintu hatiku’ <br />* <br />“Aku minum sehingga aku bisa memaksa diri untuk bisa melihatmu, menerimamu... sehingga aku bisa hilang kesadaran untuk membantuku melupakan Paro. Tapi Chandramukhi, kenangan akan Paro tidak membiarkanku untuk kehilangan kesadaran. Mengapa, setelah aku minum, kenangan dirinya selalu menghantuiku siang dan malam? Mengapa? Mengapa? Mengapa manusia bisa begitu naif? Mengapa membuat kesalahan? Mengapa manusia yang lemah mendapatkan hukuman yang begitu berat? Mengapa? Hanya untuk dihancurkan?” <br />* <br /><br />“Apakah kau mencintaiku?” <br />“Atau kau bisa bertanya kepadaku apakah aku bernapas.” <br />“Kau bernapas, Chandramukhi? Apa yang akan kau dapatkan dari semua ini? Aku tidak punya rumah, tidak punya hati.” <br />“Mencintai bukan sekadar menerima. Cinta, telah kuperdagangkan berkali-kali. Tapi dicintai, hanya sekali.” <br />“Chandramukhi, menuang ke dalam cawan yang terisi penuh, dan apa yang terjadi?” <br />“Akan tumpah ke tanah.” <br />“Demikian pula dengan cangkirku yang telah dipenuhi dengan Paro. Lebih dari sekadar tumpah, jatuh, dan dalam kejatuhan akan membawamu juga.” <br />“Tapi dalam tumpahan itu, anggur pasti telah dibelai oleh cawannya.” <br />“Lalu tumpah... lagi...” <br />* <br /><br />“Lihatlah, Paro! Dirimu apakah ingat? ‘Oh, Deva!’ ‘Ada yang terjadi, Paro?’ ‘Deva, aku kehilangan gelangku, apakah kau melihatnya?’ ‘Tidak, Paro. Aku tidak melihatnya.’ Aku mencurinya. Dan kau tahu mengapa aku melakukannya? Sepanjang hari, suara gemerincing dari gelang kakimu, dan-Deva-ini-dan-Deva-itu, dan ini pancimu, dan ini kenang-kenangan dari cinta kita, perpisahan kita. Kau pergi bergitu saja, itulah akhir dari hubungan kita. Tapi aku masih terikat dengan semua ini, Paro.” <br />“Dan aku terikat dengan kenanganmu.” <br />“Apa itu?” <br />“Beberapa koin.” <br />“Tiga rupee.” <br />“Nilainya setara dengan kenangan.” <br />“Milikku, bukan? Kau pencuri.” <br />* <br />“Berjanjilah padaku kau tidak akan minum lagi.” <br />“Bisakah kau berjanji kau akan melupakanku?” <br />* <br />“Aku tidak tahan melihatmu seperti ini. Aku merasa seperti sekarat, Dev. Aku merasa seperti sekarat.” <br />“Jika merawatku bisa membuatmu bahagia, maka baiklah, aku berjanji, sebelum aku mati, aku pasti akan datang ke depan pintu rumahmu.” <br />* <br /><br />“Tak seorang pun di rumah ini yang memahamimu. Kami semua bertanggung jawab untuk kehancuranmu. Sebelum kami membuatmu menjadi lebih buruk lagi, tinggalkan rumah ini.” <br />“Babu-ji berkata tinggalkan desa, semua orang berkata, tinggalkan Paro. Paro berkata, tinggalkan minuman. Sekarang kau berkata, tinggalkan rumah ini. Suatu hari, Dia akan berkata, tinggalkan dunia ini.” <br />* <br /><br />“Dari pandanganmu, kau tidak bisa melihat apa-apa. Dari pandanganku, kau akan menemukannya di mana-mana. Lihat, dia ada di sana, dalam nyala lampu. Di sana dia berbaring, dalam lipatan selimut. Dalam setengah dari cawan itu, rasa hausnya tergeletak, tak terpuaskan. Wangi tubuhnya masih melekat. Ambil semuanya, jika kau mampu. Cahayanya, lipatannya, wangi tubuhnya, semuanya. Semua milikmu. Tapi aku tak bisa memberikan Devdas kepadamu.” <br />“Kau tulus mencintai Dev?” <br />“Aku hanya memujanya.” <br />“Sekarang aku yakin Dev tidak sendirian lagi.” <br />* <br /><br />“Dan ada Paro. Dan aku mencintainya. Kau tahu, sangat banyak. Sangat banyak, kan. Paro.... Sekarang dia terasing pula. Tapi ada satu orang, seorang Chandramukhi. Tulus mencintaiku. Tapi... Pendeta, pendeta, bisakah kau melakukan upacara terakhir?” <br />“Tentu saja. Siapa yang meninggal?” <br />“Devdas Mukherjee.” <br />* <br /><br /><i>Hey dola re dola re dola re dola</i> <br />‘Aku bergoyang’ <br /><i>Haai dola dil dola mann dola re dola </i><br />‘Mengayunkan hatiku’ <br /><i>Hey dola re dola re dola re dola </i><br />‘Aku bergoyang’ <i><br /></i>Haai dola dil dola mann dola re dola <br />‘Mengayunkan hatiku’ <br />* <br /><br />“Apa kau memanggilku?” <br />“Ya, Parvati. Aku ingin tahu...” <br />“Siapa Devdas? Devdas adalah teman masa kecilku. Dia adalah raga, aku adalah jiwanya. Dia adalah cintaku dan dia adalah kebanggaanku dan dia bersamaku, selalu.” <br />“Sadarkah kau dengan apa yang kau katakan, Parvati?” <br />“Sama seperti apa yang kau katakan. ‘Kau sekarang adalah nyonya rumah ini, ibu dari anak-anakku. Tidak diragukan lagi. Tapi Subadra, aku tidak bisa melupakannya.’” <br />“Subadra adalah istriku.” <br />“Subadra adalah cinta pertamamu. Devdas adalah cinta pertamaku. Cinta pertama, seperti tahun-tahun yang tidak pernah bisa dihilangkan.” <br />* <br />“Kau tidak boleh melangkah keluar dari rumah ini. Itulah hukumanmu.” <br />* <br /><br /><i>Dhirk dhirk dil dhirk dhirk dil dhirktha jaaye re </i><br />‘Pukullah, pukullah, pukullah hati ini, pukullah’ <br /><i>Dhamk dhamk dham dhamk dhamk dham dhamk dhamk dham jaaye re</i> <br />Dhamk dhamk dham dhamk mereka berbunyi <br />* <br />“Bahkan setetes alkohol adalah racun baginya.” <br />* <br />“Apa ini, Chandramukhi? Aku mengumpamakan dirimu sebagai ketabahan. Kau berubah menjadi apa? Boneka lilin? Lihatlah dirimu, meleleh. Akankah kau biarkan lilin mencair dan menyelimutiku dalam kegelapan? Kau melakukan terlalu banyak untukku, Chandramukhi. Satu bantuan lagi. Biarkan aku pergi.” <br />“Tidak! Kau tidak tahu apa yang kau derita.” <br />“Kau tahu dan aku yang menderita?” <br />“Lalu mengapa kau harus? <br />“Aku harus menghadapi diriku sendiri sebelum aku tersesat.” <br />“Bolehkah seorang pelayan mengikutimu?” <br />“Aku tidak tahan melihat kematianku tercermin di matamu.” <br />* <br />“Ini untukmu.” <br />“Tidak Chuni-babu, aku tidak minum.” <br />“Seseorang telah dipaksa berjanji?” <br />“Bukan begitu.” <br />“Kalau begitu lakukan, demi persahabatan.” <br />* <br /><br />“Apakah kita sudah sampai?” <br />“Perjalanan baru saja dimulai. Ada apa denganmu?” <br />* <br />“Lebih cepat, tolong.” <br />* <br />“Kita sudah sampai di Manikpur sebelum matahari terbit. Siapa yang ingin kau temui di Manikpur?” <br />* <br />“Paro... Paro... Aku di sini Paro...” <br />* <br />“Ada keramaian apa di luar?” <br />“Ada orang asing yang tergeletak di sana sepanjang malam. Mungkin sedang sekarat. Jiwa yang malang, pasti datang untuk mengembalikan sesuatu yang dia pinjam dalam hidup ini.” <br />“Semoga Tuhan menenteramkan jiwanya.” <br />* <br />“Tak ada peluang untuk hidup, Mahendra. Dia sedang sekarat.” <br />* <br />“Paro...” <br />* <br />“Ya Choti-ma, kau memanggilku?” <br />“Ya, siapa pria yang tergeletak di luar?” <br />“Seseorang dari desamu. Devdas Mukherjee.” <br />“Siapa?” <br />“Devdas Mukherjee.” <br />* <br />“Choti-ma, berhenti!” <br /> “Apa yang terjadi dengan Choti-ma?” <br />“Apa yang terjadi di rumah ini? Mengapa berteriak? Ada apa, Mahendra?” <br />“Ibu mau keluar untuk menemui orang bernama Devdas.” <br />“Dia sudah gila. Hentikan dia! Behenti, Parvati! Jangan biarkan dia melangkah keluar dari rumah ini!” <br />* <br />“Deva... Oh, Deva... Oh, Deva...” <br />* <br />“Berhenti, Babu-ji melarangmu!” <br />“Deva....” <br />“Amankan pintunya!” <br />* <br />“Deva... Deva... Deva...Deva....” <br />* <br />“Paro...” <br />* <br /><i>Di mana akan kutemukan kembali <br />kepolosanku yang hilang, <br />mimpi-mimpiku yang hilang, <br />masa kecilku yang hilang <br />Ke mana perginya bayangan dari sebuah pohon, <br />di mana aku merasa akan sudah ada di rumah. </i><br /><br /><br /><br /> <br /><br /> </span></span>riskahttp://www.blogger.com/profile/07060621046321279808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1817786201355689741.post-74172126508319938232017-02-23T10:57:00.000-08:002019-04-07T03:02:59.371-07:00Hidupku Bukan Semacam Drama Korea<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAm4DVEZCek4VU2iIhcauVDxZHZmJP-zmUfkIf7HvA2up0NibaiSaCkpRZo4OvwA2MXSZPUKkjtHahL3LyFIMLrsGeFHYT0AZJltRnHuISRlHGDqc7mj5nXqIaPbQeNvFmQ6Z437nfbaM/s1600/cc3cb198-de91-4f4c-9cfc-853af592f376.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="231" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAm4DVEZCek4VU2iIhcauVDxZHZmJP-zmUfkIf7HvA2up0NibaiSaCkpRZo4OvwA2MXSZPUKkjtHahL3LyFIMLrsGeFHYT0AZJltRnHuISRlHGDqc7mj5nXqIaPbQeNvFmQ6Z437nfbaM/s400/cc3cb198-de91-4f4c-9cfc-853af592f376.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Lee Dong-wook dan Gong Yoo dalam serial <i>Goblin </i>(2016-2017)</td></tr></tbody></table><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"></span></span><br /><blockquote class="tr_bq"><i><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;">Hamesha tumko chaaha aur chaaha, aur chaaha... chaaha...chaha...</span></span></i><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;">Selalu, kaulah yang aku cinta, dan yang aku cinta, dan yang aku cinta selamanya... </span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"></span><br /><i><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"> Hamesha tumko chaaha aur chaaha, kuchh bhi nahin </span></span></i><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;">Selamanya aku mencintaimu, dan aku tak mencintai yang lain... </span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"> (Hamesha Tumko Chaha, ost Devdas [2002]) </span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"></span></blockquote><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /> Dalam kisah percintaan di kebanyakan drama Korea, ada tembok penghalang berupa derajat dan harta. Dan seringnya, si laki-laki digambarkan sebagai orang kaya yang cool dengan wajah yang “cantik” --kamu tahu maksudku kan. Rumahnya megah, dan mobil sportnya berjejer di garasi. Biasanya digambarkan sebagai pewaris perusahaan besar atau setidaknya adalah anak dari orang yang harta warisannya tak akan habis tujuh turunan. Si perempuan berada pada posisi sebaliknya: digambarkan sebagai gadis periang, pekerja keras, dan bersahabat dengan kerasnya kehidupan. <br /><br />Lihat saja <i>Coffee Prince</i> (2007). Choi Han Kyul (Gong Yoo), seorang pewaris perusahaan besar, menyukai Go Eun Chan (Yoon Eun Hye), seorang wanita tomboi yang bahkan harus menyamar menjadi laki-laki agar bisa bekerja di kedai kopi. <i>Boys Before Flowers</i> (2009) menampilkan bintang 4 sekawan yang tampan dan kaya—Gu Jun-pyo (Lee Min-ho), Yoon Ji-hoo (Kim Hyun-joong), So Yi-jeong (Kim Bum), dan Song Woo-bin (Kim joon). Dan di antara “para pangeran” tersebut, terseliplah si rumput liar, Geum Jan-di (Ku Hye-sun), gadis pekerja keras dari keluarga pemilik toko laundry. <br /><br />Lihat pula <i>Secret Garden</i> (2010) yang menceritakan hubungan cinta-benci-rindu Kim Joo-won (Hyun Bin) dan Gil Ra-im (Ha Ji-won). Kim Joo-won yang saking kayanya, ia merindukan menjadi pengangguran, sedangkan Gil Ra-im harus bekerja babak belur menjadi pemain pengganti (<i>stuntwomen</i>). <br /><br /><i>The Heirs</i> (2013) memperlihatkan Lee Min-ho yang berperan sebagai Kim Tan, seorang anak konglomerat. Keadaannya berbanding terbalik dengan wanita yang disukainya, Cha Eun-sang yang diperankan Park Shin-hye. Drama populer terbaru yang tayang akhir tahun 2016 sampai awal 2017, <i>Goblin</i>, juga menyajikan hal yang tak jauh beda. Kim Shin yang diperankan oleh Gong Yoo adalah goblin yang takkan kekurangan harta karena mudah saja baginya memperoleh uang dan emas. Sebaliknya, Ji Eun Tak –sang pengantin goblin-- yang diperankan oleh Kim Go Eun adalah gadis SMA yang mesti kerja part time di rumah makan untuk mendapatkan uang. <br /><br />Begitulah gambaran sebagian besar drama Korea. <br /><br />Sekarang kita tengok tetangga jauhnya, India. Kalau India, saya akan membicarakan filmnya, bukan drama atau sinema berserinya. Film <i>Devdas </i>(2002) –yang lirik lagunya saya kutip di awal tulisan—memiliki kisah yang serupa. Devdas (Shah Rukh Khan), anak seorang tuan tanah, menyukai Paro (Aiswarya Rai) yang “hanya” anak orang biasa. Cinta keduanya pun mesti dipisahkan. Devdas yang merana mengantarkan Paro menuju prosesi <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">perkawinan</span> dengan laki-laki lain. #ugh nyesekkk<br /><br />Kisah Devdas termasuk salah satu pengecualian dari gambaran umum kisah cinta dalam film India. Kebanyakan film India berkebalikan dengan romansa drama Korea. Lakon dalam film India ditampilkan sebagai sosok sederhana yang pekerja keras. Ia mencintai seorang wanita dari golongan ningrat, dan karena cintanya itu ia mesti menanggung banyak derita. <br /><br />Film-film <i>angry-youngman</i> tahun 80an dan 90an yang dibintangi Amitabh Bhachan, Sanjay Dutt, Sunny Doel, kemudian Akhsay Kumar, Aamir Khan, dan Salman Khan memperlihatkan hal di atas. Si laki-laki dari rakyat jelata yang sering berdarah-darah dipukul ke sana kemari untuk memperjuangkan cintanya, atau hal yang dicitakannya semisal melawan kejahatan atau kesewenang-wenangan. Setelah tahun 2000, bisa kita lihat film <i>Chalte-Chalte</i> (2003) dengan Raj (Shah Rukh Khan), seorang sopir truk ekspedisi –yang kemudian bangkrut—yang mencintai Priya, wanita dari kalangan atas. Perbedaan kondisi keduanya mengakibatkan konflik yang mengancam pernikahan mereka. <br /><br />Dalam <i>Jab Tak Hai Jan</i> (2014), Samar (Shah Rukh Khan) dan Meera (Katrina Kaif) saling jatuh cinta. Meera adalah putri pengusaha sukses, sedangkan Samar adalah seorang pekerja serabutan yang pernah menjadi penyapu salju, penjual ikan, pelayan restoran, dan penyanyi jalanan. <br /><br />Film-film India masa sekarang memang sudah sangat berkurang kadar konflik fisiknya, berbeda pada era 80an dan 90an. Namun secara umum, film-film India tak menampilkan aktor dengan wajah lembut dengan pakaian jas rapi dan mobil mewah yang mentereng –seperti dalam drama Korea. Lakon dalam film India ditampilkan sebagai laki-laki biasa dengan pekerjaan biasa, namun penuh dengan perjuangan hidup yang luar biasa. Dalam ceritanya, si lakon akan diguncangkan hidupnya, diombang-ambingkan ombak dan diempaskan ke batu karang, hingga berdarah-darah raganya, berdarah-darah pikiran dan perasaannya. <br /><br />Dengan melihat perbandingan drama Korea dan film India, maka aku akan katakan bahwa hidupku bukan semacam drama Korea. Pada suatu waktu, aku justru seperti sedang melakoni sebuah film India. <br /><br />Kamu tahu, aku kadang merasa sedang dipukul dari berbagai arah. Hingga berdarah bibirku, bengkak pipiku, remuk tulangku. Dan hujan pun mengguyur deras. Tapi sebagaimana dalam film-film India, tokoh utama selalu bisa bangkit dan tertawa. Bukan tertawa karena menang, tapi tertawa terhadap keadaan babak belurnya. Setelah menertawai kondisinya, ia akan bangkit menghantam, mengalahkan lawan. <br /><br />Menertawai keadaan diri yang memprihatinkan itu sungguh sulit. Tapi, aku selalu berusaha melakukannya. Kamu tahu kenapa? Karena hidup ini keras dan tak akan menjadi lunak dengan ratapan. Tertawa ketika jatuh dan terguling adalah cara untuk menghibur diri. Bahwa hidup ini memang beginilah jalannya. Jika tak bisa mengubahnya menjadi suatu keadaan yang nyaman tenteram, mengapa tak menikmati keadaan yang sekarang mesti penuh derita? <br /><br />Aku berusaha menertawakan diriku sendiri saat masa kuliah dahulu, ketika aku mengajukan beasiswa berprestasi dan tak lolos. Hei, temanku yang nilainya di bawahku malah mendapat beasiswa. Aku juga tertawa saat mengajukan beasiswa kurang mampu dan tak lolos juga. Hei, temanku yang orangtuanya PNS mendapat beasiswa. <br /><br />Dahulu, aku juga berusaha tersenyum dan tertawa ketika menghadiri pernikahan seseorang yang sebelumnya pernah ada kisah di antara aku dan dia. Dan aku membawa kado pernikahan untuknya. Hei, hidup ini sungguh lucu bukan. <br /><br />Atau aku akan tersenyum dan tertawa ketika naik sepeda motor, hujan-hujanan karena lupa membawa mantol. Aku akan berusaha menikmati hujan dengan bersenandung meski badan menggigil. <br /><br />Aku pernah tersenyum dan tertawa ketika akan keluar dari perusahaan dan bakal berpisah dengan teman-temanku dan dengan mesin-mesin yang selalu menemani malam-malamku yang sudah kuanggap selayaknya teman –bahkan, mesin-mesin itu aku beri nama dan kadang aku bercerita kepada mesin-mesin itu. Mungkin kamu bisa membayangkan tentang seseorang yang sedang terpuruk dan hanya benda mati yang bersedia mendengarkan keluh kesahnya sambil tersenyum sinis. <br /><br />Menyenangkan sekali bisa menertawakan diri sendiri dalam kondisi seperti itu. Meskipun kamu tahu, kan, ada deru tangis di kedalaman batin sana. <br /><br />Menurutku, kemampuan menertawakan diri adalah sebuah bekal untuk menjalani hidup dengan cara yang lebih baik, lebih menyenangkan. Orang lain mungkin saja merasa kasihan dengan kondisi kita. Tapi, heh, kita tertawa menikmatinya bukan?! <br /><br />Aku akhiri tulisan ini dengan potongan lirik lagu Hamesha Tumko Chaha lagi. </span></span><br /><blockquote class="tr_bq"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><i>O pritam, o pritam bin tere mere is jivan mein kuchh bhi nahin... nahin... nahin... kuchh bhi nahin </i></span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;">Kekasihku, kekasihku, tanpamu hidupku bukanlah apa-apa, bukan apa-apa, bukanlah apa-apa sama sekali </span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><i>Hamesha tumko chaaha aur chaaha, aur chaaha... chaaha...chaha...</i></span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;">Selalu, kaulah yang aku cinta, dan yang aku cinta, dan yang aku cinta selamanya... </span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><i>Haan chaaha chaaha chaaha chaaha </i></span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;">Ya, kaulah yang aku cinta, dan yang aku cinta, dan yang aku cinta </span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><i>Bas chaaha chaaha chaaha chaaha </i></span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;">Hanya kaulah yang aku cinta, dan yang aku cinta, dan yang aku cinta </span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><i> Haan chaaha chaaha chaaha chaaha </i></span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;">Ya, kaulah yang aku cinta, dan yang aku cinta, dan yang aku cinta </span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><i>Aur chaaha chaaha chaaha chaaha... </i></span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;">Kaulah yang aku cinta, dan yang aku cinta, dan yang aku cinta </span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"></span></blockquote><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;">(Sukoharjo, 24 Februari 2017. 01.00 WIB)</span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span>riskahttp://www.blogger.com/profile/07060621046321279808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1817786201355689741.post-46675145856617029592017-02-17T22:57:00.000-08:002019-04-07T03:02:59.558-07:00Kutipan Novel Rindu Karya Tere Liye<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuGbx_f-NmTgQ8z0izGCXZb1-FJYW_MvoCBK6gaKdg_3DvykE-sMaBuggzC2eCyfuaf7Nxwo57IiF4UzlsvENZKMyjgz4b_xyakko049v8DyhSmui64Ly_hcIoDI2kfGZSXoysiNMEOAI/s1600/7003a-buruan2bbeli2bnovel2brindu2bkarya2btere2bliye.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuGbx_f-NmTgQ8z0izGCXZb1-FJYW_MvoCBK6gaKdg_3DvykE-sMaBuggzC2eCyfuaf7Nxwo57IiF4UzlsvENZKMyjgz4b_xyakko049v8DyhSmui64Ly_hcIoDI2kfGZSXoysiNMEOAI/s400/7003a-buruan2bbeli2bnovel2brindu2bkarya2btere2bliye.jpg" width="278" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Novel <i>Rindu </i>Karya Tere Liye</td></tr></tbody></table><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;">Judul: <i>Rindu</i><br /> Penulis: Tere Liye<br /> Penerbit: Republika Penerbit<br /> Tahun Terbit: 2014<br /> Jumlah halaman: 544 halaman<br />***<br /><br />Rindu, sebuah novel tentang perjalanan. Perjalanan raga, juga perjalanan batin. <br />Sejumlah calon jamaah haji melakukan perjalanan laut menuju tanah suci. Mereka naik kapal Blitar Holland, sebuah kapal uap yang terkenal.</span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;">Di dalam kapal itu terjadilah interaksi antarpenumpangnya. Ada Gurutta Ahmad Karaeng yang ahli agama dan bijaksana. Ada Daeng Andipati, seorang pengusaha, yang membawa serta istri dan kedua anaknya yang bertingkah lucu dan menggemaskan, Anna dan Elsa. Ada Ambo Uleng, seorang pemuda murung yang patah hati dan menjadi kelasi kapal hanya agar bisa "melarikan diri" dari kesedihannya.</span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dalam pelayaran yang panjang itu, setiap orang membawa perang batin sendiri-sendiri. Mereka memendam konflik batin yang berkepanjangan. Pada akhirnya, semua akan terurai seiring melajunya kapal membelah lautan.<br /> <br />Berikut ini beberapa kutipan dari novel Rindu karya Tere Liye.</span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"></span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"></span><br /><blockquote class="tr_bq"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">"Izinkan aku menyampaikan rasa simpati yang mendalam atas kehidupanmu yang keras dan menyesakkan. Tidak semua orang sanggup menjalaninya. Maka saat itu ditakdirkan kepada kita, insya Allah karena kita mampu memikulnya." </span></span></span></blockquote><blockquote><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: large;">"Cara terbaik menghadapi masa lalu adalah dengan dihadapi. berdiri gagah. Mulailah dengan damai menerima masa lalumu. Buat apa dilawan? Dilupakan? Itu sudah menjadi bagian hidup kita. Peluk semua kisah itu. Berikan dia tempat terbaik dalam hidupmu. Itulah cara terbaik mengatasinya. Dengan kau menerimanya, perlahan-lahan, dia akan memudar sendiri. Disiram oleh waktu, dipoles oleh kenangan baru yang lebih bahagia." </span><br />(hal. 312) </span></span><br /><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: large;">"Maka ketahuilah, Nak, saat kita tertawa, hanya kitalah yang tahu persis apakah tawa itu bahagia atau tidak. Boleh jadi, kita sedang tertawa dalam seluruh kesedihan. Orang lain hanya melihat wajah. Saat kita menangis pun sama, hanya kita yang tahu persis apakah tangisan itu sedih atau tidak. Boleh jadi kita sedang menangis dalam seluruh kebahagiaan. Orang lain hanya melihat luar. Maka, tidak relevan penilaian orang lain." </span><br />(hal. 313) </span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: large;">Kita tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Itu kehidupan kita. Tidak perlu siapa pun mengakuinya untuk dibilang hebat. Kitalah yang tahu persis setiap perjalanan hidup yang kita lakukan. Karena sebenarnya yang tahu persis apakah kita bahagia atau tidak, tulus atau tidak, hanya diri kita sendiri. Kita tidak perlu menggapai seluruh catatan hebat menurut versi manusia sedunia. Kita hanya perlu merengkuh rasa damai dalam hati kita.sendiri. </span><br />(hal. 313) </span></span><br /><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: large;">Kita tidak perlu membuktikan apapun kepada siapa pun bahwa kita itu baik. Buat apa? Sama sekali tidak perlu. Jangan merepotkan diri sendiri dengan penilaian orang lain. Karena, toh, kalaupun orang lain menganggap kita demikian, pada akhirnya tetap kita sendiri yang tahu persis apakah kita memang sebaik itu. </span><br />(hal. 313-314)</span></span><br /><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: large;">Berhenti lari dari kenyataan hidupmu. Berhenti cemas atas penilaian orang lain, dan mulailah berbuat baik sebanyak mungkin. </span><br />(hal. 315)</span></span> </span></span><br /><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: large;">Lihatlah kemari, wahai gelap malam. Lihatlah seorang yang selalu pandai menjawab pertanyaan orang lain, tapi dia tidak pernah bisa menjawab pertanyaan sendiri. <br />Lihatlah kemari, wahai lautan luas. Lihatlah seorang yang selalu punya kata bijak untuk orang lain, tapi dia tidak pernah bisa bijak untuk dirinya sendiri. </span><br />(hal. 315) </span></span><br /><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: large;">Hidup ini akan rumit sekali jika kita sibuk membahas hal yang seandainya begini, seandainya begitu. </span><br />(hal. 331) </span></span></span></span><br /><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"></span></span></span><span style="font-size: large;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">"Untukmu, dalam situasi pagi ini mungkin kebahagiaan itu adalah berhenti membahas seandainya begini, seandainya begitu. Maka bahagia sudahlah kau."</span></span></span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;">(hal 332)</span></span><br /><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: large;">"Selalu menyakitkan saat kita membenci sesuatu. Apalagi jika itu ternyata membenci orang yang seharusnya kita sayangi." </span><br />(hal. 372)</span></span><br /><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: large;">"Pikirkan dalam-dalam, kenapa kita harus benci? Kenapa? Padahal, kita bisa saja mengatur hati kita, bilang saya tidak akan membencinya. Toh, itu hati kita sendiri. Kita berkuasa penuh mengatur-aturnya. Kenapa kita tetap memutuskan membenci? Karena boleh jadi, saat kita membenci orang lain, kita sebenarnya sedang membenci diri sendiri."</span> <br />(hal. 373)</span></span></blockquote><blockquote><span style="font-size: large;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">"Saat kita memutuskan memaafkan seseorang, itu bukan persoalan apakah orang itu salah, dan kita benar. Apakah orang itu memang jahat atau aniaya, Bukan! Kita memutuskan memaafkan seseorang karena kita berhak atas kedamaian di dalam hati." </span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;">(hal. 374)</span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"></span></blockquote><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span>riskahttp://www.blogger.com/profile/07060621046321279808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1817786201355689741.post-22524178382202469972017-02-17T21:00:00.000-08:002019-04-07T03:02:59.740-07:00Kutipan Novel Beside A Burning Sea Karya John Shors<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTKsT4UOJduy5ovyAGY7h_qeOvXh4ginYRCOpKCN3tGYj1OweXiEKA8FoWKPaBZJD0DtWD3GLXQcYNcTDGFRGz42IGXeQ6PwHOfgTYEKkHUMm5oKVDsjyZeJNaR2SFDIMwyDick_G13dA/s1600/36.%252BBurning%252BSea.jpeg.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTKsT4UOJduy5ovyAGY7h_qeOvXh4ginYRCOpKCN3tGYj1OweXiEKA8FoWKPaBZJD0DtWD3GLXQcYNcTDGFRGz42IGXeQ6PwHOfgTYEKkHUMm5oKVDsjyZeJNaR2SFDIMwyDick_G13dA/s400/36.%252BBurning%252BSea.jpeg.jpg" width="257" /></a></div><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />Judul asli: <i>Beside A Burning Sea</i><br /> Judul terjemahan: <i>Burning Sea, Bara Cinta di Tengah Deru Perang</i><br /> Penulis: John Shors<br /> Penerbit: Qanit<br /> Tahun Terbit: 2009<br /> Kota terbit: Bandung<br /> Jumlah halaman: 516 halaman<br /> <br /> ----------------------------------------------------<br /> Perang Dunia II tengah membakar daratan dan samudra. Benevolence, sebuah kapal rumah sakit Amerika Serikat, mengarungi Pasifik Selatan dalam misi damai. Namun, ulah seorang pengkhianat menyebabkan kapal itu diserang oleh torpedo Jepang dan tenggelam.<br /><br /> Hanya sembilan orang yang selamat dan berhasil mencapai pantai terpencil di sebuah pulau. Di pulah sepi dan tak berpenghuni itu, mereka berjuang untuk bertahan hidup dan mengatasi sisi gelap dalam diri masing-masing.<br /><br /> Di antara mereka terdapat Akira, seorang prajurit Jepang tawanan Amerika dan Anie, perawat muda Amerika. Akira yang telah muak akan kengerian perang, menenggelamkan diri dalam keindahan puisi Jepang, Haiku. Anie yang selalu gelisah dan mencari jati diri, menemukan dirinya tertarik pada tawanan misterius nan lembut itu. Cinta pun terjalin melintasi budaya dan kubu peperangan.<br /><br /> Di sebuah pulau terpencil, di tepian samudra membara, di tengah deru perang, Akira dan Anie mempelajai makna cinta, penebusan diri, dan penerimaan tanpa penghalang warna kulit, bangsa, dan perbedaan budaya.<br /><br /> Namun, tanpa mereka sadari, sang pengkhianat masih tersembunyi di antara mereka....<br /> ----------------------------------------------------<br /> Berikut ini kutipan novel <i>Beside A Burning Sea </i>karya John Shors<br /> </span></span><blockquote class="tr_bq"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> <span style="font-size: large;">"Kita tahu bagaimana peperangan mengubah orang baik menjadi orang yang sangat baik, dan orang jahat menjadi orang yang sangat kejam."</span></span></span><br /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> (hal. 226)</span></span><br /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></span><br /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> <span style="font-size: large;">"Cinta seorang lelaki yang baik akan membuatmu tidak merasa sendirian."</span></span></span><br /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> (hal. 229)</span></span><br /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></span><br /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> <span style="font-size: large;">"Karena hal-hal berharga kadang-kadang terlupakan. Tetapi, hal-hal seperti itu harus dinikmati. Puisi-puisi tentang keindahan itu harus ditulis dan tidak boleh terlupakan."</span></span></span><br /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> (hal. 267)</span></span><br /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></span><br /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> <span style="font-size: large;">"Tapi, aku orang yang gagal. Dan bagaimana seorang guru bisa mengalami kegagalan?" </span></span></span><span style="font-size: large;"><br /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> "Kau pikir para guru tidak membuat kesalahan? Bagaimana kau bisa belajar jika tidak pernah membuat kesalahan?"</span></span><br /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> (hal. 280)</span></span></blockquote><br /><br />riskahttp://www.blogger.com/profile/07060621046321279808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1817786201355689741.post-75042289302492794322017-02-15T08:33:00.000-08:002019-04-07T03:02:59.925-07:00Saya Menyerah Kali Ini <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUZaI2I2fROZyUdq49XXl3omH4UnE_YERvTVVdSjhPb1NfL5viCl6xbUZL4L5972zJlqJ3cp0WRBpVcAGRFfenYJK5zwWVte4nHu84UlOXCinBlX5-tzxBw4ypW6TdNraogBbhNrknXCc/s1600/gelas-pecah1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUZaI2I2fROZyUdq49XXl3omH4UnE_YERvTVVdSjhPb1NfL5viCl6xbUZL4L5972zJlqJ3cp0WRBpVcAGRFfenYJK5zwWVte4nHu84UlOXCinBlX5-tzxBw4ypW6TdNraogBbhNrknXCc/s400/gelas-pecah1.jpg" width="400" /></a></div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Cuaca siang ini mendung. Matahari sedang kumat malasnya. Masih asyik selimutan awan gelap. Mungkin sedang bermimpi bercumbu dengan rembulan yang tidak pernah bisa dijumpainya. Kasihan amat, deh. <br /><br />Seperti biasa, pada hari ini, pukul segini, jadwal saya mengajar kelas VII A. Fyi, kelas VII A itu kelas super dan spesial dengan aneka bumbu: manis, pedas, kecut, asem. Tapi, saya pun tak mau kalah. Saya selalu mencoba memegang kendali, mengondisikan kelas agar tidak pecah perang dunia kedua setengah. <br /><br />Di kelas ini saya mengajar setelah istirahat siang. Tahu sendiri, kan, bagaimana suasana siang di sekolah itu. Cuacanya bikin gaya gravitasi makin berat aja. Apalagi, setelah kenyang makan siang, ditambah langit mendung, dan embusan angin dari kipas yang wess...wess...wess.... <br /><br />Murid putra di kelas ini sebagian besar cenderung aktif. Saya harus sering-sering mengingatkan agar belajar dengan tenang. Kadang ada yang berseliweran ke meja temannya, ada yang saling ejek, ada yang teriak, ada yang menyembunyikan pulpen temannya, ada yang ngupil, ada yang pura-pura tidur, ada yang menggambar. Saya mesti sering menegur agar mereka konsentrasi. <br /><br />Terkadang saya mendekat dan menasehati langsung satu siswa yang benar-benar butuh perhatian karena terlalu berisik atau tidak fokus mendengarkan. Terkadang saya mengeluarkan suara tegas agar seluruh siswa mengerjakan apa yang semestinya dikerjakan, misalnya menjawab soal atau mencatat materi. Saya sering keliling kelas, mendatangi satu per satu siswa untuk memastikan mereka benar-benar mencatat dan mengerjakan soal. <br /><br />Siswa putrinya sebagian besar juga cenderung aktif. Ada yang suara teriakannya melengking tinggi melampaui nada penyanyi opera. Mungkin gelas bisa retak jika dihadapkan pada suara teriakan itu selama 1 jam nonstop. <br /><br />Pada setengah waktu pelajaran, kondisi kelas baik-baik saja. Mereka mencatat apa yang saya tulis di papan tulis yang kemudian saya terangkan. Mereka juga mengerjakan soal yang saya berikan meskipun ada yang bertanya bagaimana cara mengerjakan soal. Padahal, sebelumnya sudah saya jelaskan. Setelah itu, yang lain bertanya lagi dengan peratanyaan yang sama. Setidaknya ada tiga orang yang bertanya demikian. Wakdess... anaknya siapa inih, pengen saya lumat. <br /><br />Kira-kira lima belas menit sebelum usai pelajaran, saya merasa kelas sudah tak terkondisikan. Banyak yang ramai, berjalan ke sana, berlari ke sini. Saya sudah peringatkan agar kembali tenang. Biasanya, mereka akan kembali tenang. Tapi, kali ini mereka tenang sebentar, kemudian kembali ramai lagi. <br /><br />Siswa putri yang biasanya aktif dan bisa saya ajak interaksi dalam pelajaran, kali ini tampak berma<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">las</span>an. Sebagian meletakkan kepala di atas meja. Saya memancing perhatian mereka dengan beberapa pertanyaan. Responnya negatif, mereka tampak malas, wajahnya lesu. <br /><br />Siswa putra banyak yang ramai, siswa putri bermalas-malasan. Kali ini saya merasa tidak bisa mengondisikan kelas. Siswa putra yang saya nasehati agar tenang, tidak bisa sepenuhnya tenang. Siswa putri yang saya pancing perhatiannya, tidak memberi respon yang positif. Ada apa ini? Saya merasa ada gejolak di dalam dada. Anak-anak ini sungguh membuat saya ingin marah. <br /><br />Sepuluh menit sebelum pelajaran berakhir –dan kondisi kelas belum bisa saya kendalikan, akhirnya saya meminta perhatian dengan tegas. Dengan suara tegas. Yang ramai kemudian diam. Yang tertunduk kemudian memberi perhatian. <br /><br />Kali ini saya menyerah. Saya menyerah mengondisikan kelas. Saya menyerah memberikan nasehat sambil tersenyum. Saya hampir tidak bisa menahan marah. Rasanya mungkin melegakan jika saya menyemburkan amarah kepada mereka. Namun kata-kata yang keluar dari mulut saya seperti ini. </span></span><br /><blockquote class="tr_bq"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;">“Sepertinya hari ini kalian sedang tidak ingin belajar. Jika kalian tidak ingin belajar, buat apa kita belajar di sini. Buat apa Pak Guru mengajar kalian sekarang. Perbuatan kalian membuat Pak Guru mau marah. Tapi, jangan ada marah di antara kita, ya. Jangan ada marah di antara kita. Jika kali ini kalian sedang tidak ingin belajar, ya sudah, kita hentikan pelajaran hari ini. Masih ada waktu 10 menit. Kalian tidak ingin belajar, hal itu membuat Pak Guru tidak ingin mengajar kalian. Pelajarannya kita sudahi sekarang.” </span></span><br /><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"></span></blockquote><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;">Saya mengatakan hal di atas sambil menahan gejolak di dada. Sebenarnya, bisa saja saya mengeluarkan suara keras kepada mereka. Bisa saja saya memarahi mereka. Dan mereka akan diam mendengarkan, kemudian pelajaran bisa dilanjutkan. Tapi, saya tidak mau. Saya berusaha menahan. Menahan. Sabar. <br /><br />Lagi pula, tingkah mereka yang kali ini sulit dikendalikan mungkin karena saya melakukan sebuah kesalahan, melakukan sebuah dosa. Saya ingat, ada seorang saleh pada zaman dulu yang mendapati hewan peliharaannya susah dikendalikan, yang karena hal itu ia mengetahui bahwa tingkah peliharaannya tersebut disebabkan karena sebuah kesalahan yang dilakukannya. <br /><br />Setelah itu, saya pun keluar dari kelas. Tapi sebelumnya sempat berbincang dengan siswa putri. Saya bertanya mengapa mereka tampak lemas. Sedang berpuasa, jawab mereka. Oh, pantas saja wajah mereka tampak lelah. Mungkin lapar dan mengantuk. Nanti sore mau berbuka puasa bersama, kata mereka. Saya pun memberi pujian, bagus. <br /><br />Ah, saya lelah. <br /><br /> </span></span>riskahttp://www.blogger.com/profile/07060621046321279808noreply@blogger.com0